Part. 3 Rasa penasaran

45 15 0
                                    

Hari ini cuaca terlihat sangat mendung. Tapi belum tentu hujan akan turun. Nara masih terbaring di atas kasur dengan selimut berwarna pink kesukaannya. Kebetulan hari ini hari minggu, maka ia tak harus menjalankan rutinitas sekolah seperti biasanya.

"Ahaa! Daripada kurang kerjaan kayak gini mending aku jogging ke taman kota, sekalian ajak Azka
juga." batinnya.

Ia mulai mengambil handphone yang terletak diatas laci lemarinya. Tiba-tiba saja dering handphonenya berbunyi pertanda adanya telepon baru masuk. Dilayarnya tertera nama "Azka Sahila Kiran", Nara pun menerima panggilannya.

"Hallo, Ra?"
"Iya ka, ada apa?"
"Ra, kayaknya besok aku gak bakalan sekolah deh soalnya sekarang mau berangkat ke Bogor, ke rumah nenek."
"Oh gitu, iya gakpapa ka. Tadinya sekarang aku mau ngajakin kamu jogging ke taman kota."
"Aduh maaf banget ya, Ra."
"Gakpapa ka, santai aja kali. Yaudah hati-hati dijalan ya."
"Iya Ra. Jangan rindu ya haha."
"Idihh apaan sih dasar jones wkwk, udah ah bye mau proses pelangsingan dulu haha."

***

Saat Nara sedang jogging, tepat di perempatan jalan dia melihat seorang yang mencuri perhatiaannya. Tidak salah, orang itu adalah Surya. Nara pun berniat menghampirinya. Dengan sikap sok akrab Nara mulai menyapa Surya,

"Hallo selamat pagi, Surya Dwi Renzi." ucapnya dengan senyum yang kian merekah.

Namun, Surya tetap saja bersikap dingin seolah tak mendengar sapaan Nara. Ia tetap melanjutkan joggingnya. Nara pun tidak berhenti berkata hingga akhirnya dengan terpaksa Surya harus meladeninya.

"Apaan sih ganggu terus!" ucap Surya penuh kekesalan.
"Akhirnya kamu bicara juga ku kira bisu haha."

Lagi-lagi Surya tak menghiraukan Nara. Ia semakin mempercepat langkahnya.

"Surya ih tunggu!"
"Suryaaaaaaaaaaaa!" Teriak Nara, seketika semua mata tertuju padanya, lalu berkata,

"Mas, ini pacarnya kok ditinggal sih?"
"Iya, kasian tuh. Jadi cowok kok gak gentle!"

Perkataan itu membuat Surya risih sehingga ia menarik tangan Nara dan menjauh dari keramaian.

"Mau kamu apa?" tegas Surya.
"Aku mau mengenal kamu."
"Hah jawaban macam apa! Kita sudah lama kenal bahkan sejak SMP pun satu sekolahan."
"Tapi aku merasa kita belum kenal, kamu terlalu tertutup, Surya."
"Lantas urusan mu apa?"
"Memang aku tidak berhak mencampuri hidupmu. Tapi tolong anggap saja aku temanmu. Kamu tak perlu sungkan bercerita tentang apapun itu."

Mendengar perkataan Nara, hati Surya sedikit tersentuh. Surya terlalu menganggap dunia kejam dan dipenuhi ketidakadilan sebab kedua orangtuanya telah lama meninggal. Itulah mengapa Surya selalu merasa sendiri dan cenderung bersikap tertutup.

"Maaf untuk kali ini aku ingin sendiri, tolong pergilah!" ucap Surya.

Nara pun tidak bisa berbuat apapun, ia segera berlalu meninggalkan Surya yang masih terdiam di taman kota.

***
Sesampainya di rumah, Nara lebih senang menghabiskan waktu dengan cara menuliskan hal apa saja yang mungkin bisa ia wujudkan, termasuk mimpi konyolnya tentang petualangan mencari ujung dunia. Nara terhanyut dalam lamunannya hingga ribuan tanya mengusik,

"Apakah dunia berujung?
Jika benar, apakah aku bisa pergi kesana?
Siapa yang akan menemaniku?
Jelas--- aku ingin bersama Surya."

Seketika ia sadar,

"Hah Surya, aduhh ada apa dengan pikiranku. Mana mungkin perasaan yang telah lama ku kubur dalam-dalam bisa seenaknya muncul kembali ke permukaan,"

***

Rasa bosan mulai menghampiri Nara. Ia pun membuka akun sosial medianya. Untuk kedua kalinya akun *Mstrs* itu mencuri perhatiannya lagi dengan sebuah status yang bertuliskan,

"Ajari aku untuk tidak kaku---
Agar memahami setiap bahasa rindumu.
---mstrs---"

Nara semakin dihantui rasa penasaran. Ia pun mencoba mengomentari status itu dengan menuliskan beberapa kalimat pujian. Ia berharap semoga pemilik akun *Mstrs* dapat membalas komentarnya.

"Lagi-lagi, aku terpikat
Meski dalam benak muncul sebuah tanya---
Siapa kamu?"
--Kinara Ashqia--

Hingga Batas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang