Part. 1 Rutinitas membosankan bagi Nara

64 18 3
                                    

Suatu pagi yang cerah dengan ke sejukan kota kembang yang kian punah, terlihat seorang gadis masih terlelap dalam tidurnya. Dia adalah gadis cantik dengan mata besar berwarna coklat, bulu mata yang lentik, serta rambut pangjangnya yang hitam. Gadis itu bernama Kinara Ashqia.

"Non Nara, bangun! Udah jam setengah 7," ucap wanita separuh baya yang telah lama tinggal di rumah berlantai dua itu.
Dia adalah Bi Suti, seorang pembantu sekaligus pengasuh Kinara saat dia berumur 1 tahun.

Orangtua Kinara telah berpisah. Ayahnya yang menetap di Malaysia. Sedangkan Kinara tinggal bersama ibunya, Namun, Kinara selalu merasa sendiri karena ibunya selalu sibuk bekerja.
Seketika Kinara terbangun dan melihat handphone berwarna pink yang berada tepat disebelahnya, Ternyata waktu telah menunjukkan pukul 06.36 WIB.

"Aduhh bakalan telat lagi!"

Ia pun berlari ke kamar mandi. Lalu mengenakan baju berwarna putih abu yang sebentar lagi akan segera ia lepas karena saat ini Kinara telah menginjak kelas XII semester akhir.

"Bi, Ibu udah pergi?"
"Udah non dari jam 6 tadi katanya Ibu ada meeting."
"Huhh selalu sibuk." Jawab Kinara sambil berdiri setelah menyantap beberapa roti.
"Yaudah, Nara berangkat dulu Bi."
"Iya non hati-hati."

Kinara lebih memilih menaiki kendaraan umum daripada menggunakan mobil pribadi karena setidaknya bisa mengurangi polusi dan kemacetan di kota ini. Seperti biasa, angkot berwarna merah telah menjadi langganannya berangkat ke sekolah. Jaraknya pun tidak terlalu jauh. Salah satu alasan lain mengapa Kinara memilih kendaraan umum karena ia bisa bercengkrama dengan makhluk sosial lainnya, menambah pengetahuan tentang apapun. Meskipun ia harus duduk berdempetan juga menghirup aroma bau yang kurang mengenakan.

"Mau kemana, Bu?" tanya Nara kepada salah seorang Ibu yang duduk disebelahnya.
"Biasa neng, saya mau ke pasar. Neng ini cantik sekali."
"Walah ibu bisa aja. Saya cantik karena saya seorang wanita hahaha," Gelak tawa Nara membuat salah seorang lelaki ketus meleparkan tatapan tajam padanya. Dia adalah Surya Dwi Renzi.

Seseorang yang terkenal kaku dan bersikap tertutup, lebih tepatnya dia senang menyendiri. Namun dibalik sikapnya itu, banyak sekali wanita yang tergoda dengan ketampannya alisnya yang tebal, hidung mancung, berkulit sawo matang, dan bertubuh atletis. Memang Nara pun menaruh hati padanya sejak masuk SMP. Tetapi Nara tidak bisa menebak tutur bahasa dan sikap Surya yang terkesan misterius.

"Woyy tatapannya tajam banget! Kaget ya lihat cewek cantik hihihi." Ucap Nara dengan cengiran kuda khasnya.

Tak ada satupun kata yang dikeluarkan dari mulut Surya. Dia hanya acuh memperhatikan sekitaran jalanan.

"Ohiya btw, ko kamu naik angkot si? Biasanya kan naik motor terus," Tanya lagi Nara yang berharap kali ini Surya akan menjawab walau dengan satu kalimat saja.

Tetapi hasilnya nihil, lagi-lagi Surya tak menghiraukan pertanyaan Nara.

"Dasar lelaki misterius," Batin Nara.

Hingga sesampainya di sekolah menengah atas Bina Karya, Nara dan Surya pun turun dari angkot. Sayangnya, gerbang sekolah telah ditutup sejak pukul 07.00 WIB. Bukan Nora namanya kalau dia tidak melakukan hal yang bisa dibilang gila. Saat ini dia mulai memanjat gerbang sekolah yang lumayan tinggi itu. Tingkah gila ini membuat Surya kaget dan heran,

"Kok ada yaa cewek aneh kayak dia." batin Surya.

Sementara itu Surya masih berada di depan gerbang sekolah tersebut. Rupanya ia pasrah dengan menunggu gerbang tersebut dibuka sekitar setengah jam lagi tepat pada saat jam pelajaran ke dua akan dimulai.

Hingga Batas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang