Cinta bukanlah soal matematika yang membutuhkan jawaban pasti, melainkan ungkapan rasa yang sewaktu-waktu dapat berubah. Hari ini kau mungkin belum mencintaiku, tapi esok? Tak ada yang tahu.
~Rio Febrian~
Hari yang ditunggu-tunggu Nayla pun tiba, rasa gugup, khawatir, dan cemas menerpa bathinnya. Hari ini dia memutuskan untuk tidak berangkat ke sekolah, berhubung karena hari ini adalah hari penentuan kelulusan bagi kelas XII maka baik kelas XI maupun X tidak akan mengikuti
pelajaran apapun, jadi mereka bebas memilih mau datang atau tidak.Lagu Spring day (BTS) menggema dari dalam kamarnya memenuhi seluruh ruang pendengarannya. Satu-satunya hal yang dapat membuatnya lebih tenang adalah dengan mendengarkan suara dari ke tujuh pemuda tampan tersebut. Hingga, dering Handphone membunyikan lagu dengan judul yang berbeda menandakan ada panggilan yang masuk.
Nayla's POV
"Iyaa halo?"
"Nayla loe dimana, belum nyampe di skolah?"
" Gue gak ke skolah hari ini"
"Lah kenapa? Loe gak mau pamitan apa sama kakak kelas?" Ehhh kak Rio nyariin loe tuh katanya dia pengen ketemu sama loe buat yang terakhir kalinya sebelum dia berangkat ke Amrik ngelanjutin kuliahnya."
"Titip salam aja yah sama dia."
"Loe kenapa sih Nay...jangan bilang kalo loe itu gak dateng karna gak mau ketemu sama kak Zafran yahhh?."
"Ingin rasanya ku bekap mulutmu saat ini juga Syita" ucapku dalam hati.
"Ahhh udah yah aku tutup dulu, ada kerjaan nih, bye." ku tutup sambungan telephone.
****
Aku membereskan segala keperluanku untuk menginap di rumah Syita malam ini. Untuk melancarkan rencanaku Mila dan Syita menyarankan agar aku menginap saja di rumah Syita katanya sih biar lebih leluasa. Ntah lah aku juga tidak mengerti dengan ucapan mereka.
Ku langkahkankan kaki ku menuju ruang tamu, dimana ada mama dan Bilqis yang ada di gendongannya.
" Ma, Nayla izin mau nginep di rumah Syita yah malam ini." Ucapku dengan tas ransel yang menggantung di punggungku."
" Tumben kamu mau nginap disana, biasanya cuman main habis itu pulang ke rumah."
"Iyya mah, habisnya kan aku bentar lagi bakal ujian kenaikan kelas jadi kami mau belajar bareng dulu."
Suaraku sedikit bergetar aku tahu ini salah karna telah berbohong pada mama, bahkan aku sendiri sangat membenci kebohongan tapi mau bagaimana lagi aku tidak mungkin mengatakan semuanya sama mama.
" Ohhh yaudah mama ijinin."
"Makasih mah, Nayla pamit yah." ku raih tangan mama untuk kucium punggung tangannya kemudian bertolak ke rumah Syita.
****
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam. Ku tatap wajahku yang tengah di make over oleh dua ongol-ongol ini. Yah, siapa lagi kalo bukan Mila dan Syita. Mereka sejak jam 6 sore telah menjadikan ku sebagai bahan uji coba dari benda-benda yang sangat lekat dengan perempuan itu, namun tidak denganku. Mila membawa semua alat make up nya kemudian mengaplikasikannya ke wajah ku, baru kali ini selama hidupku benda-benda itu menempel diwajah polosku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreaker
Romance"Zafran Hidayatullah nama yang tak pernah absen dari lisanku, seperti halnya dzikir dan sholawat yang menenangkan jiwa, namamu selalu punya andil dalam untaian do'aku. Aku tak tahu sejak kapan rasa itu ada, yang ku tahu rasa ini tumbuh subur dalam r...