1 tahun kemudian
Setelah penentuan kelulusan di umumkan beberapa hari yang lalu, aku memantapkan diriku untuk pindah ke Bandung melanjutkan pendidikan disana dengan mengandalkan beasiswa yang aku terima di sekolah. Bukan tanpa alasan, melainkan ada beberapa pertimbangan sehingga aku memilih kuliah disana dari pada di ibu kota tempat kelahiranku.
Aku yang setahun lalu mengubah paradigma hidupku yang awalnya acuh tak acuh dalam belajar berubah menjadi anak yang tak kenal waktu dan tempat dalam belajar. Aku menghabiskan hampir seluruh waktuku untuk belajar dan memforsir seluruh tenagaku untuk membaca dan mempelajari setiap pelajaran yang aku dapat di sekolah. Aku seperti anak yang kecanduan membaca hingga tertidur pun buku-buku pelajaran masih melekat dalam genggamanku.
Usaha ku pun berbuah manis, aku menjadi salah satu siswa yang memperoleh nilai tertinggi saat penentuan kelulusan UN. Kedua orang tua ku merasa sangat bahagia dan tanpa menunggu waktu lama aku diberi tahu bahwa ternyata aku mendapatkan beasiswa dari salah satu universitas ternama di Bandung. Aku pun tak mau membuang kesempatan ini, meskipun aku terlahir dari keluarga yang berada, tapi akan lebih membanggakan jika aku bisa kuliah dengan usahaku sendiri. Terlebih disana ada kak Mita yang tinggal dengan suaminya mengajakku untuk tinggal bersama. Selain untuk membantunya menjaga ke dua buah hatinya karna kak Arya yang harus bolak balik ke kalimantan untuk mengurus bisnis pertambangannya, tapi karna aku juga sangat menyayangi anak kecil terlebih terhadap keponakanku sendiri. Rasanya sangat menyenangkan bisa berinteraksi dengan anak kecil, tak dapat ku bayangkan ketika aku menjadi seorang ibu nantinya. Ahhh mungkin aku akan menjadi wanita paling bahagia.
Pagi ini setelah semua barangku siap untuk diangkut oleh pak Ujang supir keluarga kami, aku duduk di sofa sembari menunggu Mila yang tak kunjung tiba padahal jadwal penerbangan tak lama lagi. Aku menatap wajah mama dengan tatapan sendu, rasanya amat berat meninggalkan wanita luar biasa yang teramat ku cintai itu. Aku tak tega meninggalkannya.
" Ma, udah dong nangisnya. Masa anaknya mau nuntut ilmu mamanya malah nangis terus." ucapku menenangkan mama yang tak henti-hentinya menangis.
" Gimana mama gak nangis Nay, dulu kakak mu pergi dari rumah ini mengikuti suaminya. Yah itu sih masih wajar karna memang kodratnya istri itu ikut suaminya tapi sekarang kamu juga ikut-ikutan mau ninggalin mama disini. Mama tuh ngerasa gak punya anak sama skali hiks..hiks"
" Astaghfirullah ma, mama jangan ngomong gitu. Nayla minta maaf kalo keputusan Nayla ini udah nyakitin hati mama. Kalo emang mama gak ridho Nayla pergi, Nayla bakalan batalin semua ini ma." ku rengkuh tubuh mama yang sedikit bergetar dan air mata pun juga lolos meluncur dari ke dua pelupuk mata ku.
Mama melepas pelukanku lalu menyeka air matanya, dia menatapku dengan tatapan sendunya membuat hati ku menghangat.
" Mama ridho kamu pergi dan maafin mama udah bersikap kayak gini. Tapi ingat disana kamu gak boleh terlalu capek meskipun dalam hal belajar kamu harus bisa atur waktu kapan harus belajar dan istirahat dan yang paling utama, mama gak mau denger kalo kamu sampe down lagi kayak dulu. Ucap mama panjang kali lebar dia memang sedikit cerewet perihal semua tentangku baik dari hal terkecil hingga yang paling besar. Tapi aku tahu itu semua karna dia sangat menyayangiku.
" Iya mama sayang, I promise." kataku sembari mengecup pipinya kemudian bergelayut manja di bahunya.
Terdengar suara riuh dari luar rumah.
" Assalamualaikum."
"Waalaikum salam" jawabku berbarengan dengan mama
" Aaaduhh maaf ya Nay, tante aku rada telat habis ada urusan mendadak." ujar Mila memelas.
" Gimana gak telat orang loe dandannya lama banget padahal cuman mau naik pesawat aja make up nya udah kayak mau kondangan." timpal Syita ketus.
" Iya gak papa, tapi kita harus berangkat sekarang takut makin telat dan pesawatnya keburu take off."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreaker
Romance"Zafran Hidayatullah nama yang tak pernah absen dari lisanku, seperti halnya dzikir dan sholawat yang menenangkan jiwa, namamu selalu punya andil dalam untaian do'aku. Aku tak tahu sejak kapan rasa itu ada, yang ku tahu rasa ini tumbuh subur dalam r...