Chapter 2

24 1 0
                                    

"Nat, Natya". Rico melambaikan tangannya didepan wajahku. Aku tak sadar sudah sejak tadi aku melamun dan mengabaikan obrolannya.

"eh.. iya?". Kataku spontan.

"Jadi kamu mau kemana?". Tanya Rico. Aku benar-benar tidak paham arah pembicaraanku dengannya karna sejak tadi aku memikirkan hal lain dan mengabaikannya.

"Mau kemana?". Tanyaku penuh kebingungan.

"Iya, kado Anniv kali ini kamu mau kemana". Kata Rico antusias. Matanya berbinar-binar saat mengucapkan kata Anniv, belum lagi senyum di wajahnya yang begitu bahagia. Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya. Rico tipe cowok yang romantis, punya banyak cara buat bikin pasangannya berdecak "wow" dengan kejutan yang diberikannya. Itu mungkin berlaku untuk mantan-mantannya Rico, tapi semua hal yang dilakukannya menurutku biasa. Aku tipe orang yang cuek, saat Rico memberikanku kejutan tentu saja aku senang. Hanya saja hanya sebatas senang. Seperti malam ini, Ia menyiapkan candle like dinner ditaman belakang rumahku. Banyak lilin-lilin bertebaran disekeliling taman, belum lagi setangkai mawar merah diatas meja yang dipersembahkannya untukku. Benar-benar romantis. Kalo Fanny yang dikasih kaya gini sama Dika tentu aja Ia sudah menangis dalam pelukannya Dika.

"Co, Aku mau minta maaf sama kamu". Kataku memulai obrolan.

"Maaf? maaf buat?". Ekspresi diwajah Rico menggambarkan kebingungan.

"Aku gak bisa lanjutin hubungan ini". Mendengar ucapanku sekejap Rico menggenggam tanganku.

"Loh Nat, Kenapa? aku ada salah ya sama kamu?". Aku memang bodoh menyia-nyiakan cowok seperti Rico, Cowok yang super sabar, yang gak banyak nuntut, yang gak overprotect. Yang selalu ada kapanpun aku butuh. Aku memang menyayanginya, tapi perasaanku ke Rico tidak sebesar perasaanku untuk Mika.

"Kamu gak ada salah apa-apa sama aku Co, aku yang udah jahat sama kamu". Rico makin bingung dengan ucapanku. Delapan bulan pacaran kami gak pernah berantem hebat, malah jarang banget berantem karena hal kecil. bisa dibilang hubungan kami berjalan mulus.

"Jahat kenapa?". Melihat ekspersi diwajah Rico aku jadi tidak tega untuk melanjutkan ucapanku selanjutnya.

"Makasih selama ini kamu udah baik banget sama aku, udah sayang banget sama aku. Tapi aku gak bisa kasih sayang yang besar juga ke kamu. Selama ini aku bertahan karena kamu baik banget sama aku, aku gak mau ngecewain kamu Co. Tapi setelah aku pikir, aku gak bisa giniin kamu terus, kamu berhak dapet yang lebih baik. Yang bener-bener bisa sayang tulus sama kamu. Maaf kalau aku keterlaluan dan baru bilang semuanya sama kamu sekarang. Maafin aku". Rico hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya. Sepertinya Ia tak ingin melihat wajahku lagi, atau Ia berusaha menyembunyikan kesedihan diwajahnya.

"Nat, Apa ada orang lain yang kamu sayang?". Aku hanya mengangguk menjawab ucapan Rico kemudian Ia menatap mataku tajam sebelum melanjutkan ucapannya "Apa orang itu Mika?. Aku terkejut saat Rico menyebut nama Mika, seperti petir sedang menyambar diriku. Bagaimana bisa Ia tau nama Mika sementara aku tak pernah memberitahunya selama ini. Mungkinkah Fanny yang memberitahu Rico. Segelintir pertanyaan hinggap dipikiranku.

Ka..kamu tau soal Mika darimana?". Tanyaku hati-hati. Rico menghela nafasnya dan mulai menceritakan semuanya padaku.


**********

Setelah kejadian malam itu, Rico tidak pernah menghubungiku lagi. Mungkin rasa sakitnya terlalu besar sampai Ia enggan untuk menghubungiku. Sesekali aku mengirim pesan atau menelponnya tapi tidak ada jawaban. Jujur aku merasa kehilangan, tapi aku sama sekali tidak merasa patah hati seperti yang Rico alami. Hanya saja semua hal-hal yang hampir kulakukan setiap hari dengannya semuanya hilang. Sampai seseorang menyadari situasi ini dan bertanya kepadaku.

Sampai Kapan? [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang