Chapter 6

17 0 0
                                    

Hari demi hari kulewatkan dengan sangat membosankan, hiburanku satu-satunya saat ini hanya evergreen night. Tapi sekarang baru hari kamis. Skirpsiku juga sudah selesai, aku hanya tinggal menunggu waktu sidangku saja sekitar satu setengah bulan lagi. Aku menghubungi Fanny mengajaknya untuk shopping. Dan tentu saja dengan senang hati Fanny mau menemaniku.

"Yakin Fan?, tinggi amat". Aku menatap sepatu pump berhak Sembilan senti dihadapanku. Aku bukan penggemar sepatu hak tinggi. Cuma punya satu malah, yang usianya sudah lebih dari dua tahun.

"enggak kok, udah cobain dulu". Dengan ragu aku memasukkan kakiku ke sepatu itu. Lalu berjalan dengan susah payah ke cermin besar. Oke, aku harus mengakui sepatu hak tinggi ini menyulap penampilanku dalam sekejap. Kakiku terlihat jenjang.

"Tuh bagus tau Nat. udah beli aja, mumpung lagi diskon nih jadi tinggal dua ratus delapan puluh ribu". Kata Fanny.

"Kenapa gak dari dulu aja gue pake high heel ya? gue mau beli yang banyak". Bahkan pakaianku tampak lebih modis. Dengan bergairah aku menoleh ke Fanny yang menatapku puas.

Satu jam kemudian, kami keluar dari toko Charles & keith membawa empat bungkusan. Kuakui aku sedikit kalap. Aku membeli dua pasang sepatu, semuanya hak tinggi. Tapi, hei, ini kan lagi diskon! Kalau aku tidak membelinya sekarang, aku pasti menyesal nanti. Fanny juga menenteng dua kantong Charles & keith, pada detik terakhir Fanny menambahkan tas vintage persegi bercorak kulit ular yang sejak tadi Ia taksir.

Berikutnya Fanny membimbing ku ke toko-toko baju. Fanny memang sahabatku yang modis. Baju-bajunya selalu up to date keluaran Zara, pull & bear, H&M dan sederet brand lainnya. Aku dan Fanny sama-sama meneteng dua kantong belanjaan dari H&M.

"Fan, beli make up yuk". Pintaku.

Fanny menatap kantong-kantong belanjaanku dengan mimik khas khawatir. "Yakin Nat? hari ini aja lo udah ngeluarin hampir sejuta loh".

"Iya sih Fan, tapi gak papa deh, gue kan jarang-jarang shopping. Kataku.

Tanpa pikir panjang, Fanny membawaku ke tempat puluhan konter make up dan parfum terbentang di tengah cahaya lampu yang terang. Akhirnya setelah membeli blush on, maskara dan moisturizer, kami menyantap cheeseburger di McDonald. Aku memesan double cheeseburger dan extra kentang goreng. Sedangkan Fanny memesan triple cheeseburger lengkap dengan paha bawah dan kentang goreng.

"Lo lagi stress berat ya Nat?". Tanya Fanny sambil asik mengunyah triple cheeseburger-nya.

"Kenapa emang?". Tanyaku balik.

Fanny menunjuk ke arah kantong-kantong belanjaanku "tuh liat aja belanjaan lo, gak biasanya lo belanja sebanyak ini".

"Gue lagi pengen belanja aja Fan, pengen upgrade baju-baju gue juga". Jelasku.

"oh iya, hubungan lo sama Ghali gimana? Dia kapan mau nembak lo". Aku tersedak mendengar ucapan Fanny, buru-buru aku menyeruput coca-cola di gelaksu.

Fanny menatapku penuh curiga "Eh atau jangan-jangan dia udah nembak lo lagi".

"Engga lah. Lagian lo yakin banget kalo Ghali bakal nembak gue". Kataku polos. Pura-pura tidak tahu soal perasaan Ghali terhadapku.

"Ketahuan kali Nat kalo Ghali suka sama lo. Ngapain dia bela-belain kerumah lo hampir tiap minggu bantuin ngerjain skripsi. Ya Ghali emang baik, tapi pasti ada sesuatu Nat". Fanny yakin betul kalau Ghali menyukaiku. Terlihat dari tatapan matanya yang membara.

"Hmm.." aku mencoba menemukan kata-kata yang tepat "kalo seandainya nih ya Fan, Ghali nembak gue terus gue tolak gimana?".

"Itu artinya lo bego". Katanya santai sambil terus mengunyah triple cheeseburgernya.

Sampai Kapan? [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang