Chapter 3

23 0 0
                                    


Sebelum pukul tujuh malam, aku dan Fanny sudah tiba dirumahku. Ingat kan? kalau Fanny punya janji dengan Dika?. Fanny terus saja membujukku untuk ikut tapi lagi-lagi aku menolakknya. Aku masih saja mengingat kejadian di café tadi, tentu aku senang bisa melihat Mika lagi. Tapi melihat Ia dengan cewek lain membuatku cemburu. Aku memang bukan pacarnya Mika tapi salahkah jika aku cemburu melihatnya dengan cewek lain?. Dan suara klakson mobilnya Dika membuyarkan lamunanku.

"Nat, yakin nih gak mau ikut?". Fanny menegaskanku sekali lagi. Aku hanya menggeleng sambil tersenyum kecil pada sahabatku ini.

"Are u okay?". Fanny menatapku dengan khawatir. Fanny tau betul apa yang aku rasakan tanpa harus aku mengatakan padanya.

"I'm fine, baby. Gih sana, Dika udah nunggu tuh". Aku mengacak-acak rambut Fanny.

"Jangan tidur dulu ya, ntar pulangnya gue beliin cheeseburger". Kata Fanny lalu menemui Dika dimobil.

"Porsi dubble ya". Teriakku dari teras rumah. Dika melambaikan tangannya dari dalam mobil untuk menyapaku. Sorotan lampu mobil Dika menghilang dari pandanganku dan seketika aku mengingat Mika kembali. Aku sedikit menyesal kenapa aku tak menemuinya tadi di cafe, ada banyak yang ingin ku tanyakan padanya. tentang kabarnya, bagaimana kuliahnya, dan bagaimana bisa dirinya tidak menghubungiku selama berbulan-bulan ini. Tapi ku tahan niatku mengingat Ia sedang bersama cewek lain pada saat itu. Mungkinkah itu pacarnya? atau teman yang diam-diam menyukainnya? atau sebaliknya?. Rasanya otakku berpikir keras soal Mika dan membuat moodku jadi berubah, sampai aku tidak sadar kalau susu yang aku tuang ke gelas kepenuhan dan tumpah.

"Yee bocah, ngelamun mulu sih lo. Tumpahkan tuh". Kata Kak Rendy sambil menyentil dahiku.

"Apaan sih ka? Sakit tau". Temanku pernah bilang kalau punya kakak laki-laki itu menyenangkan, tapi bagiku tidak sama sekali. Kak Rendy jauh dari kesan seorang kakak. Pernah suatu hari aku memintanya untuk menjemputku, tapi dengan entengnya Ka Rendy malah menyuruhku untuk naik angkot. Dan hal yang paling menyebalkan adalah Ia selalu memanggilku dengan sebutan "bocah". Aku memang Adikknya tapi haruskan Ia memanggilku bocah?. Aku sudah sering memperingatkannya untuk tidak memanggilku bocah apalagi saat dihadapan teman-temanku tapi selalu diacuhkan olehnya.

"Pasti lagi mikirin Mika tuh?". Bukan jadi rahasia lagi kalau keluargaku mengetahui aku menyukai Mika. Sama halnya dengan Fanny, aku tidak perlu mengatakan pada mereka kalau aku sedang memikirkan Mika karena mereka selalu mengetahuinya. Aku hanya melirik sinis ke arah Kak Rendy sambil menghabiskan segelas susu ditanganku.

"Tapi bukannya dia udah punya cewek ya?". Mendengar ucapan Kak Rendy membuat jantungku seketika berhenti.

"Serius?". Aku berharap aku salah mendengarnya, aku berharap ucapan Ka Rendy tidak benar, Apa mungkin cewek yang kulihat tadi di Cafe bersama Mika itu pacarnya? Apa ini yang membuat Mika tidak menghubungiku?. Pikiranku tentang Mika menjadi kemana-mana, ingin aku menyangkal semuanya karena itu semua hanya membuatku sedih.

"Gue liat dia bawa cewek kok di nikahannya Aga minggu kemaren". Jelas Ka Rendy sambil asyik mengunyah donat. Kak Rendy berbadan besar, tingginya kurang lebih seratus delapam puluh sentimeter dengan berat badan hampir Sembilan puluh kilogram.

"Ka Aga?". Tanyaku bingung. Aku masih belum bisa memahami maksud omongan Kak Rendy.

"Lo lupa ya? Mika itu kan sepupuan sama Aga". Kak Aga dan Kak Rendy sudah berteman sejak SMP, aku mengetahui kalau kak Aga dan Mika sepupuan dari pertemanan mereka di Facebook. Mereka saling menandai satu sama lain di foto pada saat acara keluarga.

"Tapi kan belum tentu itu pacarnya Mika kan?". Aku mencoba menyangkal omongan Kak Rendy lagi, Rasanya aku belum bisa terima kalau Mika benar-benar memiliki pacar. Penantianku selama bertahun-tahun rasanya menjadi percuma. Bukan Mika yang menyuruhku untuk menunggunya sampai sekarang, aku saja yang belum bisa melepaskannya dari hatiku. oke! lagi-lagi ini semua kesalahanku tetapi aku tidak akan pernah menyesalinya, aku hanya merasa... kecewa.

Sampai Kapan? [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang