2[Edited]

40.7K 2K 26
                                    

Setelah berpisah dari Gege karena memang beda perusahaan, Vanya melangkahkan kakinya ke tempat yang nantinya kalau Ia diterima kerja disini, ya Ia bakal kerja dengan sungguh-sungguh di perusahaan yang super duper besar pake banget ini.

Vanya masuk ke dalam dan.... Demi apa ini astaga. Sebenarnya ini mau interview atau mau kontes kecantikan sih? Apa Vanya yang salah masuk kali ya? Tapi bener kok. Disini kebanyakan cewek sih, tapi yang jadi masalahnya itu lho penampilannya pada modis semua. Ada yang pakai rok span sepaha dipadukan dengan kemeja super ketat dan bagian dadanya dibuka sehingga itu nya menonjol, ada juga yang memakai dress super mini. Mana dandanannya pada menor semua lagi. Dari mulai tatanan rambut, mata pakai softex, itu lho yang di pake di kornea mata yang warnanya beragam. Itu softex kan? Lalu bibir merah merona, belum lagi eyeshadow, eyeliner, blush on yang warnanya kayak cabe gitu. Ah pokoknya bayangkan saja sendiri.

Mereka berbisik katanya CEO perusahaan ini gantengnya keluar batas. Super sangat ganteng sekali. Memang dasar para cabe merajalela! Vanya kan jadi minder, secara kan Ia dandan pun hanya memakai bedak tipis terus liptint orange yang kelihatannya gak niat dandan juga rambutnya yang panjangnya sepinggang hanya Ia jepit tengah. That’s it!. Jantungnya mendadak dag dig dug ser gitu takut tidak keterima. Nanti muncul berita

“Seorang gadis tidak diterima kerja di perusahaan besar gara-gara nggak jago dandan”

Dih, mikirnya kejauhan si Vanya.

Waktu berlalu begitu cepat. Ini sudah 3 jam lebih tapi Ia belum di panggil juga. Ini dipanggil interview ya, bukan dipanggil Tuhan -Amit-amit-. Pantatnya ini rasanya semakin tepos saja karena kelamaan duduk. Sahabatnya Gege di perusahaan lain bahkan sudah pulang ke rumahnya, tinggal menunggu hasilnya saja. Belum lagi ditambah jantungnya yang seakan degupannya semakin mengencang tiap kali yang keluar dari ruangan interview bermuka kusut, masam, bahkan ada yang sampai nangis juga. Apa Vanya mening pulang aja gitu ya? Rasanya jiwa dan raganya belum siap untuk ini.

Ia sudah berdiri dari duduknya, berniat untuk pergi, namun baru saja tubuhnya mau berdiri kokoh, panggilan yang membuat merinding sekujur tubuh mengejutkannya.

“Nona Vanya Soraya”

Itu dia kan yang di panggil? Lanjut gak ya? Yasudah mampusin saja lah. Keterima atau nggaknya itu urusan belakangan. Vanya menghembuskan nafas kasar dan berjalan memasuki ruangan penguji jiwa.

“Selamat siang, Pak” sapa Vanya pada sang CEO. Iya, bayangkan di interview langsung sama  CEO. Hadeuh emang HRD nya kemana? Apakah makan gaji buta? Kalau benar seperti itu, bang Haji Rhoma pasti akan bilang TERLALU.

Sang CEO duduk membelakanginya, jadi Vanya tidak tahu seperti apa wajahnya, bahkan tubuhnya pun tidak tahu karena terhalang oleh kursi. Sang CEO tak kunjung menjawab sapaannya. Oke, Vanya ulangi. Mungkin CEO nya sudah tua jadi pendengarannya kurang. Jadi mungkin bisik-bisik para cabe kurang belaian itu hoax kali ya.

“Pak, selamat siang”

Ia pun memutar kursinya dan...

Vanya merasa tubuhnya mendadak melehoy seperti jelly

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vanya merasa tubuhnya mendadak melehoy seperti jelly.

Muda dan tampan sekaliii. Batinnya menjerit kegirangan

Menurutnya, gantengnya gak tanggung-tanggung. Melihat wajahnya saja rasanya Ia seperti sedang berada di dunia fantasy dan Ia sebagai tokoh wanitanya. Dibawa berputar melayang di udara oleh sang kultivator berilmu tinggi dengan bunga peach blossom berguguran diatas mereka seolah mendukung romansa tersebut dan akhirnya...

“Hey! Budeg kamu? Saya bilang duduk!”

Vanya terperanjat. Oalah ternyata bunga yang beguguran itu cuman kertas emas yang dipotong kecil-kecil yang biasanya ada di dalam kado itu lho. Tentunya itu karena kejengkelan Prama karena calon sekretarisnya itu malah diam mematung saat Ia menyuruhnya duduk. Malunya pasti  luar biasa. Entah apa yang dipikirkan sang CEO. Tapi, dia bilang apa tadi? Vanya budeg. What the Hell!

“I... iya, Pak maaf hehe” Vanya tersenyum canggung yang dibalas dengan tatapan datar sedatar hidup kalian.

“Jangan panggil  Pak! Saya gak suka. Muda gini kok di panggil bapak-bapak. Panggil Tuan kalau nggak Mas aja” Ucapnya ketus
“Baik”
“jadi?”
“Jadi... apa ya, Pak?”  ujar Vanya cengo
“Astaga! Jadi kamu mau manggil saya apa? Tuan atau Mas?”
“Tuan saja kalau begitu” ucap Vanya dengan senyuman manisnya. Melihat itu Prama mengedipkan matanya cepat  dan melirik ke bawah tepatnya pada Laptop seringan kapas miliknya.

“Oke baiklah, kamu diterima di perusahaan ini. Dan ingat! Kamu jadi sekretaris saya mulai besok”
“Lho, Pak. Bapak gak mau melihat berkas-berkas saya dulu gitu?”
“Pak lagi Pak lagi! Panggil saya Tuan. Gimana sih kok jadi sekretaris geblek banget!” jleb banget gitu
“Baik, P... Eh, Tuan” Vanya menghela nafas halus. Untung aja gak keceplosan
“Baik, mana nomor HP kamu?”
“B... Buat apa ya, Tuan?”
“Ck! Buat saya jual di tukang ketoprak! Ya buat kepentingan lah. Kamu kan sekretaris saya, terus saya kalau kalau ada perlu harus hubungin kamu pakai apa? Mikirnya kesana dong!”
“Oh, oke” Vanya cepat-cepat mengeluarkan ponsel ber- merk apel digigit. Ya, hasil malak dari Mama galaknya karena eh karena, HP nya yang dulu tidak sengaja Mamanya cemplungin ke dalam panci berisi kuah soto waktu di restoran. Baru saja akan diberikan pada Bos nya, smartphone  di tangannya itu sudah direbut saja oleh si CEO ngeselin itu.
Ia mengetikkan nomor ponselnya, kebetulan ponsel Vanya tidak Ia kunci pakai password  dengan segala tetek bengeknya.

“Nih, silakan keluar” Vanya mengambil ponselnya. Niatnya sih mau langsung Ia namain kan kontak bos nya itu. Tapi

My Kamvret Boss [EDIT VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang