Shaddan 2 || 2

18.2K 1.8K 373
                                    

Shaddan, Noura dan Kinza baru saja menginjakan kaki nya di Bandara Soekarno Hatta setelah di dalam pesawat dengan waktu yang cukup panjang. Dan membuat bosan bagi mereka.

"Akhirnya sampe juga kita di Indonesia," ucap Kinza.

"Iya, tapi kita tunggu Shan." kata Shaddan. Sesekali celingak celingkuk mencari keberadaan Shan yang akan menjemput mereka.

"NOURA!" teriak seseorang yang mengenakan baju putih, levis warna hitam sembari menggendong tas warna coklat berukuran sedang.

Noura dan lain nya mencari asal suara itu. Bertepatan dengan orang yang berteriak memanggil nama Noura menatap nya dari arah depan.

"Davira!" kata Noura.

Davira langsung menghampiri Noura lalu memeluknya dengan erat. Davira sangat merindukan Noura, Noura yang telah menjadi kakak nya. Noura membalas memeluk Davira.

Davira tidak hanya sendiri melainkan dia bersama Afka dan Shan.

Mereka masih memperhatikan Noura dan Davira.

"Jangan lama-lama pelukan nya. Malu ntar kalian di bilang durian makan pepaya," ucap Shan ngasal.

Kinza yang mendengar ucapan Shan terkekeh kecil.

Akhirnya Noura dan Davira saling melepaskan pelukan nya.

"Gimana lo di sana? Shaddan jagain lo nya bener kan, nggak macem-macem?" tanya Davira penuh dengan selidik.

"Maksud lo apa Davira?!" tanya Shaddan sembari menekankan setiap ucapan nya.

Davira memberikan cengiran paksa pada Shaddan.

"Gue baik-baik aja kok di sana. Lo juga baikan di sini sama kak Afka?" tanya Noura.

"Gue baik kok." jawab Davira.

"Bang muka lo sekarang beda. Tambah jelek aja lo tinggal di sana, jarang pergi ke salon ya bang?" tanya Shan pada Shaddan sembari memperhatikan wajah Shaddan.

"Dasar geblek." ujar Shaddan.

Shan nyengir kuda. "Janda bang,"

"Canda Shan!" kata Kinza membenarkan. Shan tertawa terkekeh.

Afka memperhatikan Noura. Betapa rindunya Afka pada adik nya itu. "Lo nggak kangen sama gue?" tanyanya.

Noura langsung mengalihkan pandangan nya pada Afka. "Kak Afka?" Dia menghampiri Afka. "Gue kira lo nggak kangen sama gue kak?"

Hendak Afka akan memeluk Noura. Dengan sigap Shaddan mencegah Afka agar tidak perlu memeluk gadis nya. "Nggak boleh peluk-pelukan ya,"

"Kenapa? Dia adek gue Shabun licin," ujarnya.

"Sejak kapan nama gue di ganti jadi Shabun licin?"

"Sejak sekarang. Lo enak banget bawa adek gue nggak pamit lagi sama gue,"

"Sejak kapan lo jadi pikun kak? Gue kan pamit," ucap Shaddan.

"Emang nya gue udah tua ada acara pikun segala,"

"Kenapa jadi berantem gini. Kenapa nggak sekalian bawa pisau satu-satu," ucap Davira.

"Buat apa pisau?" tanya Afka.

"Buat motong sayuran," kata Davira.

Shaddan langsung menarik lengan Noura agar secepatnya pergi lebih dulu.

"Shaddan woi!" teriak Afka. Lalu Afka menatap pada Shan. "Liat kakak lo ngeselin banget jadi orang," ucapnya.

"Lo juga lebih ngeselin dari abang gue. Abang gue si enak muka nya tetep ganteng, lah lo udah ngeselin tapi muka jelek," ejek Shan pada Afka.

SHADDAN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang