Qiandra masuk ke dalam kamar Shaddan. Dan si pemilik kamar itu sedang mengenakan jaket warna hitam.
"Udah ganteng, nggak perlu liat cermin," ucap Qiandra sembari menghampiri Shaddan.
"Mamah,"
Qiandra memeluk Shaddan dari samping. Sembari menatap pada cermin begitu pun dengan Shaddan.
"Anak mamah udah gede, berasa mamah tuh kayak mimpi punya kamu, Shan dan Ziya."
"Nyatanya nggak mimpi kan mah," jawabnya. "Aku beruntung di lahirin dari rahim mamah, dan aku bahagia banget punya keluarga kayak mamah, papah, Shan dan Ziya."
Qiandra mencubit pipi Shaddan dengan gemas. "Mamah sayang banget sama Shaddan. Jadi karna itu, mamah pengen selalu liat Shaddan senyum, bahagia selalu."
"Shaddan juga sayang sama mamah. I love you mah,"
"I love you too!"
Mereka saling melempar senyuman masih dengan mengarahkan pandangan di depan cermin.
"Kamu mau ke mana udah rapih gini?" tanya Qiandra.
"Aku mau pergi sama Noura. Mamah mau ikut?"
"Kalau mamah ikut kamu bisa ngajmin kalau mamah ntar nggak di kacangin?"
Shaddan tertawa dengan terkekeh.
"Oh ya mah, gimana sama tempat yang aku minta?" tanyanya.
"Semuanya udah beres nak. Nggak perlu kamu khawatirin, tinggal besok tempat itu kamu pake."
"Makasih banyak ya mah, udah bantuin Shaddan. Dan maaf Shaddan udah ngerepotin mamah sama papah,"
"Nggak sayang, mamah justru seneng banget liat kamu bahagia."
Qiandra menatap pada Shaddan. "Kamu udah yakin sama keputusan kamu nak?"
"Keputusan Shaddan udah tepat mah. Shaddan pengen selalu ada di dekat Noura, Shaddan pengen lindungin Noura. Dan Shaddan nggak mau lagi kejadian dulu terulang," sahutnya sembari balik menatap pada Qiandra.
"Kalau emang keputusan kamu yang terbaik. Mamah dan papah akan mendoakan yang terbaik buat kamu dan Noura."
Shaddan mencium beberapa pungung tangan Qiandra. "Makasih banyak mah udah restuin Shaddan."
"Sama-sama nak. Mamah pasti akan selalu restuin apa yang buat kamu benar dan bahagia,"
Mereka saling memeluk erat.
🐦🐦🐦
Seorang gadis tengah duduk balkon kamar nya. Banyangan berasa bersalah pada Shaddan semakin menghantui pikiran nya. Apa jadinya jika Shaddan tahu yang sebenarnya, dirinya sungguh tidak ingin membuat lelaki yang begitu baik padanya membenci diri nya dan Kinza.
Dia tahu betapa lelaki itu mencintai diri nya.
Noura sedang memegang dua bingkai foto, di dalam foto itu adalah Shaddan dan Kinza.
"Gue harus gimana?" tanyanya pada diri sendiri.
"Apa gue harus jujur sama Shaddan sekarang, tapi." Noura mendongkakan wajahnya sekilas lalu melihat pada foto Shaddan.
"Nggak kebayang kalau gue ngomong jujur sama dia. Gimana marah nya Shaddan sama gue,"
Sebenarnya dia ingin mengatakan jujur pada Shaddan. Tapi dia tidak cukup berani untuk mengatakan yang sesungguhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADDAN 2
Romance"Selain menyakitkan karna cinta, ternyata ada yang lebih menyakitkan, ya itu kebohongan." #2 bersama