"Ratusa!"
Ratusa menghentikan langkah kaki ketika seseorang memanggil namanya.
Dia merasa hatinya bergetar saat suara seseorang yang sangat dia kenal memanggilnya.
Sampai akhirnya Ratusa memalingkan wajahnya pada orang itu. Saat Ratusa memandang wajah orang itu. Ratusa bingung harus memberikan ekspresi seperti apa padanya.
Ratusa tidak percaya bahwa dia memanggil namanya.
Namun Ratusa mencoba tersenyum. Tetapi senyuman yang Ratusa tunjukan tampak kaku.
"Lo yakin mau pergi?" tanya cowok itu langsung tanpa harus basa basi.
Ratusa meyakinkan jika laki-laki itu mendengar apa yang dia ucapkan beberapa menit yang lalu. "Lo denger?" tanya nya balik.
Cowok itu melangkah mendekat ke arah Ratusa. Dengan begitu, Ratusa tetap diam di tempat.
Mereka saling pandang.
"Shaddan, muka lo kenapa?" tanya Ratusa.
"Jawab gue, kenapa lo mau pergi?" Shaddan tidak menanggapi pertanyaan Ratusa.
Ratusa menghela napas pelan. "Gue nggak mau lagi buat seseorang kecewa. Gue nggak mau ngancurin hati dia lagi, meski gue tau, dia nggak akan pernah maafin gue, karna dia benci banget sama gue," ucap Ratusa sembari memalingkan wajahnya ke arah lain.
Ratusa tidak cukup berani bertatap muka dengan Shaddan. Karena Ratusa akan terus merasa bersalah pada Shaddan.
"Maksud lo, dia?" Shaddan berdiri tepat di samping Ratusa. Memperhatikan wajah Ratusa yang begitu mirip dengan gadis yang dia cintai.
Ratusa kembali memandang pada wajah Shaddan. Saat Ratusa memandang Shaddan, maka penyesalan itu hadir, atas apa yang dia sudah lakukan dengan cara membohongin nya.
"Maafin gue Shaddan." Ratusa berucap begitu lemah.
"Bantu gue buat lupain semua kejadian kemarin," kata Shaddan cepat.
Kata-kata Shaddan membuat Ratusa terkejut.
"Ma-maksud lo?" tanya Ratusa dengan gugup.
Ratusa masih di buat bingung dengan perkataan Shaddan yang tiba-tiba seperti itu.
"Apa harus ngulangin apa yang gue ucapin?" tanya Shaddan.
Pertama kali Shaddan berbicara dengan Ratusa. Ekspresi yang Shaddan tunjukan hanya datar, tanpa adanya ekspresi.
Ratusa bingung harus menganggapi ucapan Shaddan seperti apa. Dalam hati, dia tidak tahu harus bagaimana agar kejadian kemarin di antara mereka terlupakan. Karena pasalnya, kejadian kemarin akan tetap teringat dalam ingatan memori mereka.
"Kenapa harus sama gue? Gue udah nyakitin hati lo, dan gue nggak mau nyakitin hati lo lebih jauh lagi," ucap Ratusa dengan kedua mata yang mulai berkacak-kacak dan suara lirih.
Shaddan terus memperhatikan wajah Ratusa tanpa mengalihkan pandangan nya ke arah lain.
"Gue nggak minta lo nyakitin hati gue lagi, tapi gue minta lo bantu gue buat lupain kejadian kemarin," kata Shaddan lagi.
Ratusa tidak dapat lagi menahan bendungan air matanya. Air mata itu lolos membasahi kedua pipi nya.
"Gue nggak tau harus mulai dari mana, dan gimana gue bisa bantu lo,"
"Kita buka lembaran baru, kita mulai dari awal lagi," ucapnya, "Dan gue mau lo jadi temen gue."
Ratusa menyungingkan senyum yang merekah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADDAN 2
Romance"Selain menyakitkan karna cinta, ternyata ada yang lebih menyakitkan, ya itu kebohongan." #2 bersama