DARAH DAN LUKA

67 4 0
                                    

Jika aku tau
akan  Dingin dan gelap
Aku akan minta
Dikremasi saja

_

Dia berada diatasku aku, matanya yang melotot tajam serta tangan yang berusaha menancapkan pecahan kaca aku tahan dengan dengan ku yang memegang lengan nya.

"GHHHHHH kau sudah aku... Peringatankan.... Kau... Kauuuuuu.... ...ghhhhh"

Pandangannya berpaling kearah Riku yang sedang berdiri didepan kelas untuk membantu Mai dan taeda.

Ime berdiri sambil mengangkat tangannya yang memegang percahan kaca, dia berlari kearah Riku.

Riku terkejut dan menyingkir dari depan kelas dan terpepet didepan jendela.

"Ahgggg kau... Mengacaukan.. segalanya.." Ime semakin dekat.

Aku bangkit dengan cepat dan berusaha untuk menyingkirkan ime Dari Riku, ime mengangkat tangannya untuk menikam Riku.

Riku memundurkan wajahnya karena terkejut, tetapi di terpeleset dan terjatuh dari jendela tidak berkaca itu.

"Riku..... "
Aku dengan cepat mendorong ime dan menarik tangan Riku dengan tangan kanan ku yang terluka tubuh Riku tergantung di jendela lantai dua.

"Ya.. Yama.. tolong aku..." Riku ketakutan karena jika dia lepas dari pegangan ku maka dia akan jatuh.

"Jangan khawatir kau.. ak..akan baik baik saja.."

Sejujurnya aku kesakitan karena telapak tangan ku yang robek tertarik oleh beban seseorang.

Darahnya keluar lagi, balutan yang aku gunakan ditanganku basah kembali dengan darah.

Sobeknya semakin lebar, aku bisa merasakannya hingga dibelakang telapak tanganku.

"Eiji.. tolong.."

Mendengar itu Eiji langsung berlari kearah ku setelah menolong ime yang pingsan.

Eiji menarik tangan ku dan membantu Riku masuk kembali ke dalam kelas.

Aku duduk dibawah jendela sambil memegang tanganku yang terluka.

Nori datang dengan berlari cepat, dia Melihatku dengan Wajah terkejut.

Baju ku yang putih kini memiliki bercak merah, aku melirik ke ime di masih pingsan aku sedikit lega.

*Menghela nafas panjang*

"Kau... Selesai ini sekarang.. atau ada banyak yang akan jatuh.. lagi.."

Aku menunjukkan pak Nori dengan nafas yang tersengal-sengal.

*Sukk*

Ime bangkit lagi kali ini dia menatapku dengan pandangan yang berbeda. Dia memalingkan wajahnya kearah pak nori.

Lantas pak nori pun terkejut, aura nya yang kuat ini membuat pak Nori terpaku, dia hanya berjalan pelan aku berusaha bangkit.

Sebelumnya ejij sudah memegang ime agar tidak bergerak tapi itu sia sia, dia terlempar jauh kerah meja meja.

"Kalau kau mencari sesuatu.... Cari lah yang ada"

Aku bangkit dan langsung berlari kearah ime dan langsung memegang pundaknya lalu memutar nya, kini aku bertatapan dengan ime.

Matanya mengeluarkan aura yang sangat kuat,  dia mengangkat tangannya berusaha untuk melukai ku lagi.

Dengan cepat aku menyentuh kening tengahnya lalu menekannya.

"HYAAAAAAAAAAAAAAAAAA"

Mahluk itu berteriak dan langsung melukai lengan ku dengan pecahan kaca membuat lenganku terluka dan berdarah.

Ime pingsan, aku terduduk sambil menahan sakit yang ada di telapak tangan kanan seta dilengan nya.

Aku melirik pak Nori

"Bantu aku.. "

Pak Nori mengambil buku yang ia bawa dan menaruhnya di pundak ime.

"Bagaimana keadaannya" pak nori

"Dia tidak apa hanya lemah sementara" Yama

Aku menyender dimeja sampingku sambil menutup luka robek dilengan ku.

"Tangan kanan ku robek.... Aku harus menjahit nya.."
Suara ku melemah karena darah yang keluar dan membasahi baju putih ku.

Eiji membantu mu berdiri, sedangkan Mai membuat Riku dan taeda.

"Kau baik-baik saja" Yama

"Pinggang ku sakit tapi tidak apa.." Eiji

"Kita harus mengobati luka mu" Mai

"Ya.. " Yama

Aku dibantu keluar jelas oleh Eiji sebelum keluar kelas aku melirik pak Nori. Selama perjalanan keluar kelas aku mulai merasa aneh, dimana masuyo dia menghilang begitu saja setelah aku pergi Keluar

__

|Rumah sakit|

"Baiklah tuan yama biar aku beri tau, kau mempunyai 17 jahitan di telapak tangan mu dan 5 jahitan di lenganmu, jika saja tuan tidak mengobati yang berada ditelapak tangan, tuan kemungkinan akan kehilangan keempat jari ada"

Ini dokter Roy dia salah satu anak buah ayah, aku selalu berobat disini jika aku sakit.

"Tuan apa kau mendengar pembicaraan ku"

|Masih melamun|

"Tuan.."

"Ah.. iya iya.. aku dengar.."

"Kau harus istirahat mengerti, aku tau tuan punya kemampuan khusus itu sebabnya tuan harus istirahat"

"Baik terimakasih"

"Kau butuh tumpangan"

"Tidak aku kesini bersama ke 3 teman ku"

Aku keluar ruang UGD karena tadi saat aku dibawa kesana banyak darah yang keluar.

"Bagaimana.." Eiji sempontan menghampiri ku

"Keinginan yang masih sama, jika ayahku Tidak memperbolehkan aku membantu masuyo, ini akan terus seperti ini"

"Lalu kita harus bagaimana.." Riku

"Aku ingin tau rumah pak Nori.."

___

Bersambung..

IN THE DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang