T H R E E

1K 101 36
                                    

Ayana langsung mematikan telfon dan memeluk Safita sambil menangis. Anggaplah Ayana cenggeng, atau lebay. Itu terserah kalian, karena sakit banget rasanya jadi Ayana. Haikal lupa padanya, apa dia juga lupa kalau Ayana adalah pacarnya. Yang berhak tau, jika pacarnya sedang libur dan pulang ke Jakarta.

"Udah putusin aja sih cowok kayak gitu." Safita mulai kompor, Safita yang sudah mengenal baik Ayana. Sangat tidak tega melihat Ayana di perlakukan seperti itu oleh Haikal, karena Haikal memang sangat keterlaluan. Ayana menurut Safita sendiri sosok bisa kuat dalam menghadapi sesuatu, tetapi menjadi sosok yang sangat rapuh jika harus berhadapan dengan laki-laki yang bernama Haikal.

"Nggak," tolak Ayana dengan keras. Ya kali udah nunggu lama untuk jadi pacar Haikal, eh sekarang udah jadi pacar malah diputusin. Padahalkam Ayana berharapnya bisa menjadi istri Haikal di masa depan, bukan hanya pacar saja.

"Ya, habis gimana. Aku tuh kasihan lihat kamu, dicuekin. dilupain, nggak dianggap sama Haikal. Bukan hanya satu dua bulan Haikal bersikap kayak gitu, tetapi udah hampir satu tahun kalian pacaran. Namun, Haikal nggak pernah berubah. Dunia dia hanya game dan game, nggak pernah mau masuk ke dunia kamu Ay," ungkap Safita.

Ayana menimbang-nimbang ucapan Safita yang memang benar adanya, tetapi dia mana sanggup putus dengan Haikal.

"Aku jadi nggak yakin deh Ay, dia sebenarnya benar-benar cinta sama kamu. Kalau cinta, pasti hubungan kalian nggak hambar banget. Udah LDR, tetapi jarang banget komunikasi. Padahal dalam suatu hubungan itu, komunikasi itu sangat penting Ay. Di sini yang aku lihat, yang berjuang mempertahanin hubungan itu cuma kamu saja dia mah kalau di putusin pasti di iyain. Nggak bakal mohon-mohon, biar nggak bakal di putusin."

Semua benar, bahkan benar sekali. Di sini memang Ayana yang selau berjuang mempertahankan hubungan mereka. Haikal hanya diam, di seolah yakin bahkan sangat yakin. Ayana tidak akan pernah meminta putus darinya, karena Ayana memang sangat mencintai Haikal.

"Ya, terus aku harus gimana."

"Kamu harus lebih tegaslah Ay, biar Haikal nggak semena-mena terus sama kamu. Buat Haikal yang bergantung sama kamu, bukan kamu yang terus-terusan bergantung sama dia. Cobalah bersikap cuek coba, apa dia bakal merasa nggak kalau kamu cuekin," saran Safita. Memang saran dari Safita sangat bagus, tetapi apa bisa Ayana seperti itu?

"Apa aku bisa Kak?" tanya Ayana kurang yakin pada dirinya sendiri.

"Harus yakin dong, masa kamu nggak yakin sama diri kamu sendiri sih?"

"Bismillah aja, semoga bisa. Jika dia jodohmu, kalian akan bisa melewati segala rintangan. Dan bisa bersama tentunya, sampai menikah sama akhir hayat."

"Iya, deh Saf. Kamu juga, semoga kisah kamu lancar. Aku berdo'a semoga kamu sama A Rendra bisa berjodoh deh."

"Aamin."

Mereka kembali kerja, tiba-tiba ada seorang pria datang.

"Assalamulaikum," salam pria itu.

"Walaikum salam," jawab Ayana dan Safita.

"Hay sayang! Aku bawa sosis bakar kesukaanmu nih," ujar pria itu sambil memberikan kantong plastik yang berisi sosis bakar yang sangat banyak.

"Makasih, Rendraku sayang," balas Safita, ya pria itu memang Rendra pacar Safita.

"Ayo Ay, ikut makan bakarnya," ajak Rendra.

"Iya, A."

Mereka bertiga makan sosis bakar bersama, Rendra dan Safita suap-suapan sosis bakar membuat Ayana juga ingin disuapi oleh Haikal.

***

Beberapa jam yang lalu

Di tempat berbeda, Haikal kaget karena Ayana tiba-tiba mematikan telfon. Dia kan jujur, dia memang lupa pada Ayana. Haikal tau, jika Ayana seperti itu. Tandanya dia sedang ngambek.

"Udahlah, biarin aja. Nanti juga baikan sendiri, mending gue makin game lagi,"  guman Haikal.

Di lanjutkanlah, game yang tadi dia jeda untuk membalas Wa Ayana dan menelfon Ayana. Bermain game adalah hal yang selaku di lakukan oleh Haikal jika waktu senggang, dia bisa menghabiskan waktu sehari semalam untuk bermain gamenya itu.

Game adalah dunia Haikal, sejak SD Haikal memang sangat suka bermain game. Orang tuanya pun tak pernah melarang, selagi nilai Haikal selalu bagus mereka membiarkan Haikal bermain game sepuas hati hingga Haikal pun kecanduan game.

Nilainya sejak SD hingga SMA bagus, dengan nilainya yang bagus Haikal juga bisa masuk Universitas Gajah Mada yang berada di Jogja. Jadi tidak perlu meragukan otak seorang Haikal, satu saja minus Haikal. Haikal sangatlah tidak peka, dia tidak akan peka jika orang itu hanya kode tidak langsung terus terang.

"Abang Haikal!" panggil seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik, dibalik pintu kamar Haikal. Haikal langsung bangun dari kasurnya, dan membukakan pintu.

"Eh Bunda mau apa ke kamar Abang?" tanya Haikal pada wanita paruh baya itu, yang ternyata Almeera bunda dari Haikal. Karena Haikal tertua dari tujuh saudara, semua memanggil Haikal dengan sebutan Abang.

"Mau ngomelin kamu," jawab Almeera sambil menjewer telinga putra sulungnya.

"Emang apa salah Abang Haikal Bun?" tanya Haikal cengengesan.

"Kamu masih tanya salah kamu apa lagi sayang? Uhh, pinter banget sih putra sulung Bunda ini. Bunda dari tadi telfon kamu, mau minta jemput di super market soalnya ban mobil Bunda kempes. Eh, kamunya nggak angkat telfon Bunda. Jadinya Bunda naik gojek aja deh," omel Almeera panjang lebar.

Jangan lupa vomment

Tuhh babang Haikal kasihan

LDR With GamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang