T W E L V E

107 6 0
                                    

Seorang pria tampan sedang asyik main game seperti biasanya, tiba-tiba terganggu dengan teriakan seorang gadis cantik.

"Abang!" panggil gadis pada abangnya. Terlalu sibuk dengan gamenya, Abang gadis itu sama sekali tidak merespon panggilan dari sang Adik. Gadis itu sangat kesal, hingga mencubit tangan sang Abang dengan keras.

"Aduuh." Pria yang tidak lain adalah Abang gadis itu mengadu kesakitan.

"Kamu apa-apaan sih Talita, tiba-tiba cubit tangan Abang. Nggak tau apa gara-gara kamu Abang jadi kalah," kesalnya.

"Bodo amat! Abis Talita kesel sama Abang, dipanggil nggak respon sama sekali. Game aja terus, hidup kok monoton banget isinya game mulu. Emang nggak capek apa? Heran Kak Ayana kok mau punya pacar gamers kayak Abang, kalau aku sih ogah udah aku putusin kali sejak kapan tau," omel gadis itu yang tidak lain adalah Talita. Dua orang Adik dan Kakak yang sedang berdebat itu adalah Talita dan Haikal.

"Ngerocos mulu, nggak capek?" Haikal bukan malah takut atau sebal diomeli Adiknya, ia malah meledek sang Adik.

"Ihh, Abang mah nyebelin. Talita kesel huh," rengek gadis itu manja.

"Nyebelin apa coba? Udah, cepet kamu bilang aja tujuan kamu ngapain sebenarnya ke kamar Abang? Abang mau lanjut game lagi." Mendengar jawaban sang Abang, Talita malah semakin kesal. Ia beranjak dari ranjang abangnya, dan pergi dari kamar.

"Alamat ngambek dan ngadu ini!" Haikal langsung bergegas mengejar adiknya, sebelum itu ia sudah menaruh dulu peralatan gamenya.

Terlihat Talita sedang duduk sendiri di taman, Haikal langsung menghampiri adiknya itu dan duduk di kursi sebelah.

"Maaf, deh. Jangan ngambek gitu ah, nanti jadi jelek loh. Masa adiknya Haikal jelek, malu dong," canda Haikal. Talita yang memang gampang dirayu, apalagi yang merayu adalah abangnya sendiri langsung tidak ngambek lagi.

"Abisnya nyebelin banget!"

"Iya, maaf. Nggak nyebelin lagi, kamu mau apa sebenarnya Talita?"

"Mau minta antar ke Toko buku hehehe, sekalian jalan-jalan sama Abang. Mumpung lagi di rumah juga kan, yukklah Bang biar nggak game mulu gitu," mohon Talita. Haikal menghela nafas panjang, sebelum akhirnya mengangguk. Talita tentu sangat senang, langsung memeluk Abangnya dengan erat.

Haikal melepas pelukan adiknya. " Udah sana siap-siap, Abang juga mau siap-siap. Kebetulan Abang emang belum mandi."

"Dih, jorok. Pantes aja waktu aku peluk kok baunya aneh, ternyata belum mandi toh," ujar Talita yang disambut suara tawa Haikal. "Ingat 15 menit aja siap-siapnya, jangan lama-lama. Kalau 15 belum siap, batal perginya," ancam Haikal.

"Ihhh, kejam amat sih Bang. Kan aku cewek, ya wajar dandannya lama. 15 menit mana cukup."

"Cukupin dong, nggak usahlah dandan ribet-ribet. Kamu masih kecil ini, kayak mau ke mana aja."

"Whatt! Aku masih kecil, aku itu udah SMA kelas 2 ya masih aja dibilang kecil heran aku sih."

"Emang kenyataannya masih kecil, udah ah sana kamu siap-siap."

Tak perlu waktu lama, bahkan sebelum 15 menit baik Talita dan Haikal sudah siap. Ketika melewati ruang tamu, terlihat Almeera dan Alira sedang mengobrol.

"Mau ke mana Bang, Kak?" tanya Almeera pada putra dan putrinya.

"Nih, Talita minta antar ke toko buku sekalan mau jalan-jalan sama Abang katanya." Bukan Talita yang menjawab pertanyaan Bunda mereka, melainkan Haikal.

"Oh, gitu." Almeera mengangguk paham.

"Aku ikut dong," rengek Alira manja. Seketika Talita mendengus kesal. "Nggak, apaan lagi. Aku lagi pengen berduaan aja sama Bang Haikal, kan jarang-jarang bisa berduaan. Lain kali aja kamu bisa ikut, tetapi sekarang nggak boleh."

Mendengar penolakan dari kakaknya, mata Alira langsung berkaca-kaca.

"Talita, udah nggak papa ajak adik kamu sekalian. Kan pergi bertiga lebih seru jadinya," saran Almeera.

"Iya, pergi bertiga nggak papa," tambah Haikal. Tentu Haikal tidak tega melihat adiknya yang satu lagi menangis, karena ingin ikut bersamanya. Memang Alira bukan Adik kandungnya, tetapi Haikal tetap menyayangi Alira layaknya Adik kandung begitu pula, pada Affan, Anand dan Amey.

"Nggak mau, pokoknya Talita maunya cuma pergi berdua aja. Kalau maksa, nggak jadi pergi sekalian." Talita begitu keras kepala, ia tidak akan mudah merubah keputusannya. Sekali tidak, ya berarti tidak bisa lagi diganggu gugat. Almeera jadi serba salah.

"Alira di rumah aja sama Bunda, kita buat kue aja gimana. Biar sekarang Kak Talita sama Abang Haikal pergi berdua dulu, lain kali nanti bisa ajak Lira." Almeera lebih memilih membujuk Lira, karena percuma Talita akan susah dibujuknya. Alira mengangguk setuju, mau tidak mau Alira mengalah. Toh besok atau kapan, ia bisa mengajak pergi abangnya hanya berdua saja.

Haikal dan Talita pamit pada Almeera dan Talita.

***
Talita sudah membeli beberapa buku di toko buku Gramedia, ia langsung mengantri ke kasir untuk membayarnya. Saat akan membayar, Haikal mengelurkan kartu kredit miliknya.

"Udah, biar Abang aja yang bayar. Uang kamu tabung aja," ujar Haikal. Talita dengan senang hati dibayari Abangnya, jadi uang miliknya bisa utuh.

Setelah membayar buku Talita, Talita mengajak Haikal berkeliling moll siapa tau ada barang bagus yang bisa ia beli. Mumpung ia sedang jalan dengan Haikal— abangnya- yang bak ATM berjalan. Haikal sama Ayana aja sangat royal, apalagi sama keluarganya sendiri. Jika Talita meminta seisi Moll pun akan Haikal berikan, asal ada uangnya tapi.

"Capek!" keluh Talita setelah beberapa jam keliling, tentu saja sudah membeli banyak barang. Hingga tangan Haikal penuh, karena Talita meminta abangnya untung mememang semua belanjaannya. Haikal tentu saja tidak akan menolak.

Di sepanjang jalan, saat Haikal dan Talita berkeliling. Banyak sekali yang menatap Haikal dan Talita kagum, mereka kira Haikal dan Talita adalah sepasang kekasih. Karena telihat sangat cocok, yang satu cantik dan ganteng. Semua yang tidak mengenal,dan tidak mengetahui Talita dan Haikal adalah adik kakak pasti akan menyangkanya seperti itu.

"Mau langsung pulang apa makan dulu?" tanya Haikal lembut.

"Makan dulu, Talita laper," jawab Talita lalu menyengir tanpa dosa.

"Yaudah ayo makan dulu." Haikal mengajak Talita makan di sebuah restoran yang ada di mall. Sambil menunggu pesanan mereka datang, Talita mengambil ponselnya di dalam tas lalu ia mainkan. Tak sengaja Talita membuka instastory milik Nina, yang tidak lain adalah mantan dari Haikal.

"Bang!" panggil Talita pada Abangnya yang sibuk bermain game yang ada di ponsel.

"Hmm." Talita langsung memperlihatkan intastory milik Nina pada Haikal, instastory milik Nina isinya adalah foto tangan Haikal. Itu adalah foto lama, karena kenyataan sekarang Haikal bersama dengan Talita bukan Nina.

"Liat kelakuan mantan Abang, nyebelin banget. Kayak apaan tahu post kayak gitu, udah tau kalian putusnya udah lama. Putus juga kan gara-gara dia yang selingkuh, pasti sengaja tuh post kayak gitu biar dilihat Kak Ayana dan akhirnya jadi salah faham sama Abang. Tentu aja bakal buat Abang sama Kak Ayana berantem," ujar Talita kesal. Sejak awal Nina menjadi pacar Haikal, Talita memang tidak pernah menyukai Nina. Apalagi saat tahu, wanita yang bernama Nina itu menghianti Abangnya. Talita jadi semakin membenci Nina, padahal Talita tau sendiri Haikal begitu baik pada Nina. Namun, apa balasan yang Nina berikan.

Talita juga bersyukur atas kejadian itu, kalau tidak Nina berselingkuh dan putus dengan abangnya. Mana mungkin abangnya bisa jadian sama Ayana, Talita malah senang sekali saat mengetahui sang Abang menjalin hubungan dengan Ayana.

Talita pun sudah mengenal Ayana sejak dulu, ia sangat tahu Ayana sangat baik. Dan selama ini, Talita tahu jika Ayana sudah mencintai Abangnya sebelum menjadi hubungan dengan abangnya.

Talita bisa merasakan, bahwa Ayana itu gadis yang sangat tulus mencintai abangnya. Bukan hanya karena kekayaan dan ketampanan abangnya, tetapi karena memang hati Ayana sudah terpikat pada Haikal sejak awal.

"Udahlah biarin aja dia mau ngapain kek."

LDR With GamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang