F I V E

885 79 6
                                    

Ayana sudah sedikit santai, langsung mengambil ponselnya di laci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayana sudah sedikit santai, langsung mengambil ponselnya di laci. Dibukanya akun Facebook miliknya, diliatnya beranda. Ayana mendelik kesal, saat mendapati Haikal ternyata on untuk mengupload gambar gamenya. Kedua tangannya terkepal kuat, mataya melolot. Otaknya mendidih di dalam sana.

Rasanya Ayana kesal setengah mati, dia sedang ngambek. Eh Haikal tidak peduli, malah terus bermain game. Mungkin benar, Ayana memang tak begitu berarti bagi Haikal.

Wajah Ayana cemberut, membuat Safita penasaran dengan apa yang terjadi.

"Kenapa Ay?" tanya Safita sedikit kepo.

"Kesel aku tuhh," jawab Ayana sambil memukuli meja kasir.

"Kenapa? Eh nggak sakit apa tangan kamu? Kamu pakai buat pukulin meja kasir."

"Biasa, Haikal super nyebelin. Sakit sih, tetapi kayaknya lebih sakit hati aku. Tangan aku mah kuat, hatiku yang nggak kuat."

"Cerita aja, aku siap mendengarkan curhatanmu kok," pinta Safita pada teman kerjanya itu.

"Jadi tuhh, kan kamu tau. Aku lagi ngambek sama Haikal, bukannya di bujuk atau apa. Dia malah tetap ngituin gamenya. Nggak ngabarin pula, dia upload kemenangan gamenya. Siapa coba yang nggak gondok?"

"Wkwkwk sabar ya sayangkuh, kan kamu emang udah tau gimana sifatnya. Kamu kenal dia bukan sehari dua hari, bertahun-tahun. Udah sifatnya begono, mana bisa dirubah," ledek Safita.

"Auah," ujar Ayana kesal. Ayana masuk ke room karoke untuk bernyanyi, memang jika sedang badmood Ayana akan beryanyi sepuasnya. Walau suara Ayana kurang bagus, tetapi dia pd dan kurang peduli dengan komentar orang tetang suaranya.

***

Sudah waktunya pulang kerja, Ayana harus sabar melihat Safita pulang bareng sama Rendra. Sedangkan Ayana, ya naik gojek mana berani dia naik angkot malam-malam sendirian. Itu sangat menyeramkan bagi Ayana, yang takut hantu. Malam tahun baru, bukan menyenangkan malah sangat menyedihkan bagi Ayana. Memangnya nasib Ayana, kapan juga bisa bahagia sedih terus kayaknya.

Karena permintaan Ayana untuk mengebut, mamang gojek menurut. Hingga Ayana dengan cepat sampai rumah. Ayana kaget melihat siapa yang ada di rumahnya, antara seneng, kaget jadi satu. Ayana langsung berlari menghampiri tamunya, dan memeluknya dengan erat. Agar bisa menuntaskan rindunya.

"Ini beneran kamu sayang?" tanya Ayana masih kurang percaya dengan apa yang dia lihat di depannya.

"Iyalah, kalau bukan aku siapa lagi yang?" sewot Haikal. Tamu yang datang ke rumah Ayana adalah Haikal, Haikal sore tadi pergi dari rumahnya di Jakarta. Hendal ke rumah Ayana, menghampiri Ayana yang sedang ngambek. Apalagi tahun baru, kan seru pastinya jika menghabiskan waktu bersama pasangan. Haikal tau Ayana pasti menginginkan seperti itu, Haikal juga mau sih sebenarnya.

"Kirain hantu, yang wajahnya menyeruapai kamu," canda Ayana.

"Kok malah samain aku sama hantu sih?"

"Biarin."

"Kalau aku hantu, emang ada ya hantu ganteng kayak aku?"

"Siapa yang bilang kamu ganteng? Kok kamu pd banget jadi orang."

"Aku memang sudah ganteng dari lahir sayang, buktinya kamu cinta banget sama aku. Benarkan?"

"Iya deh, aku ganti baju dulu ya. Kan nggak enak pake baju kerja, nanti, kita ngobrol lagi," ujar Ayana.

"Tunggu yang."

"Kenapa?"

"Ini oleh-oleh buat kamu dan keluarga yang dari Jogja," kata Haikal sambil memberikan beberapa paper bag untuk Ayana. Ayana sangat senang dibelikan oleh-oleh sama Haikal, tidak peduli berapa harganya. Jika Haikal yang memberi, Ayana pasti akan merimanya dengan senang hati. Haikal membelikannya oleh-oleh, pertanda Haikal tidak melupakannya.

"Makasih sayang, makin cinta aku sama kamu," ujar Ayana sebelum masuk kamar untuk berganti baju, Haikal di ruang tamu sambil menunggu Ayana mengobrol dulu dengan Amir---Papa Ayana.

Ayana sudah selesai berganti baju, dia memakai baju kaos simple. Terlihat sangat cantik, natural juga. Ayana langsung duduk dan mengobrol dengan Haikal, Amir pergi dari ruang tamu membiarkan dua sejoli itu untuk mengobrol dan melepas rindu.

"Yang tau aja aku kangen sama kamu, kamu juga tiba-tiba datang bikin kaget aja tau."

"Aku tau dong, kenapa nggak ngabarin kamu kan lagi ngambek. Kamu lupa?"

"Ihh kamu pake ngingetin lagi kalau aku lagi ngambek, aku sebel sama kamu. Nggak berarti banget ya aku, sampai dengan gampangnya kamu lupain?"

"Iya, sayang aku minta maaf. Aku nggak bermaksud lupain kamu, cuma memang aku lupa beneran."

"Kamu juga, udah tau aku ngambek. Malah dibiarin, nggak di rayu gitu. Nggak peduli sama aku, main game aja terus," kesal Ayana akhirnya dia ungkapkan pada Haikal.

"Yang lalu biarkan berlalu, yang penting sekarang aku di sini. Kita bisa ngabisin waktu bareng."

"Hehehe iya."

"Aku lupa juga ada untungnya, kamu mana mungkin juga bisa jemput aku ke bandara. Kamu kan kerja sayang, aku nggak mau loh kamu bolos kerja gara-gara aku. Aku nggak suka," ujar Haikal.

"Iya, kamu nyampe rumahku pukul berapa yang?"

"Barusan kok, maklum kan tahun baru. Jadi macet."

"Iya, aku seneng banget malam tahun baruku nggak jadi kelabu lagi."

"Iya, aku juga sama.Yuk keluar, kita bakaran sama sepupu kamu, sama Bang Delon juga ada di depan," ajak Haikal yang langsung keluar dari rumah Ayana, di ikuti Ayana dari belakang. Di depan memang sudah ada Rena, Amira, Santi dan Delon yang sedang membakar Ayam, Ayan dan Haikal langsung menghampiri mereka.

Jangan lupa Vomment yaaa

LDR With GamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang