31. Kisah Diva versi Rey

601 25 0
                                    


"Mas Rey, ada tamu. Katanya teman Mas Rey" bi Ina masuk kamar Rey setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk oleh pemilik kamar.

"Siapa bi?"

"Aduh bibi lupa nanya namanya. Orangnya ganteng banget" Bi Ina berbicara sambil senyum-senyum.

"Ya udah bi, aku ke bawah. Makasih ya" Rey menghentikan kegiatannya di depan laptop. Tugas kuliahnya sangat menguras tenaga ditambah fokusnya yang terganggu akibat masalah dengan Diva.

Rey turun ke lantai 1 dan melihat seorang cowok yang sangat dikenalnya walau sudah lama tidak berhubungan lagi.

"Randi?" Rey memastikan penglihatannya tidak salah.

"Rey" Randi berdiri dan menyambut rangkulan sahabat lamanya.

Randi yang tidak menemukan orang tuanya di rumah memutuskan bertanya lansung sekaligus memastikan masalah Diva yang diceritakan Yena kepadanya. Dia memilih Rey dulu untuk memastikan.

Sepanjang perjalanan Randi berdoa semoga Rey yang dimaksud Yena bukan Reyhan Arkanda yang dia kenal.

"Apa kabar?" Rey duduk di samping Randi.

"Baik. Lo gimana? Gw denger lo sakit dan pindah waktu semester 2 kelas 10?" Randi bertanya penuh selidik.

"Iya. Dulu gw sakit dan pindah. Maaf gw tiba-tiba ngilang ga ngabarin lo. Sekarang gw udah baik-baik aja" Rey nyengir lebar untuk menutupi kebohongannya.

Randi yang sudah mengenal sahabat SMP nya ini selama 3 tahun, sudah tau karakter temannya yang ga pernah mau memperlihatkan kesusahannya pada orang lain.

"Gw tau lo bohong" ucapan serius Randi membuat Rey berhenti nyengir.

Rey menghela napas. Dia lupa kalau teman lamanya ini memang selalu serius.

"Sebenarnya dulu gw udah pulih, tapi 2 hari ini gw kambuh lagi" Rey memang tidak berencana menyembunyikan penyakitnya pada orang terdekatnya. Tidak lagi, setelah dia sadar semua itu benar kesalahannya.

'Apa pikiran gw benar? Rey ada hubungannya dengan Diva? Seperti yang dikatakan Yena?' Randi kalut dalam pikirannya setelah mendengar ucapan Rey barusan.

"Lo tau? Gw udah ngebuat orang yang gw cintai menderita. Penyesalan dan rasa bersalah itu selalu menghantui gw berbulan-bulan walau sudah pindah sekolah bahkan penyesalan itu terus menghantui gw walau ga pernah lagi ketemu sama dia" Rey bercerita tanpa diminta oleh Randi. Sepertinya Rey butuh teman segender untuk bercerita.

"Orang yang lo cinta? Vanya?" Randi tidak mau asal berasumsi dulu. Dia harus memastikan kalau yang dimaksud Rey bukan Diva.

"Bukan, gw ga bakal pernah cinta sama cewek ular itu" Rey tiba-tiba emosi mendengar nama Vanya di sebut.

Randi bingung. Bukannya Vanya sahabat Rey dari kecil. Dia juga cewek yang paling perhatian pada Rey. Bahkan Randi pernah mendengar pengakuan dari Vanya bahwa dia menyukai Rey.

"Kenapa lo bilang Vanya cewek ular? Bukannya dia sahabat yang perhatian banget ama lo?"

"Iya, saking perhatiannya gw sampai terhasut oleh ide-ide gila yang keluar dari mulut ularnya" Rey mengepalkan tangannya. Dia memejamkan matanya untuk meredam emosi ketika kejadian itu berputar lagi di otaknya.

"Maksud lo?"

"Dia yang ngebuat gw berbuat jahat sama Diva" Rey berkata lirih. Kepalanya mulai pusing.

Rasa bersalah langsung menghantam pikirannya. Moodnya berubah sangat labil jika menyangkut masalah tersebut.

Bukan hanya Diva, Rey pun menderita PTSD dan sempat direhabilitasi sekitar 2 bulan setelah kejadian itu. Rasa bersalah dan penyesalan selalu menghantuinya sehingga hal yang mengingatkannya pada kejadian itu, akan membuatnya pusing hingga depresi berat.

Diva's Love Story (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang