25. Bersalah

593 28 2
                                    

Bahkan hanya mendengar namanya, semua kembali suram. Namanya adalah mesin waktu terburuk

"Apa sekarang waktunya? Buat ngasih tau temen-temen?" Diva bertanya kepada bayangannya di cermin.

"Tapi gw masih belum bisa" Pantulan wajahnya yang pucat menandakan kejadian tadi masih berpengaruh besar pada mental dan pikirannya.

"Liat nanti aja" Diva keluar toilet dan segera memesan taksi online. Sebelumnya Diva menggunakan kaca mata bacanya yang sempat dibawa untuk sedikit menyamarkan matanya yang kelihatan membengkak. 'Jangan sampai jadi bahan pertanyaan di rumah nanti' batin Diva

10 menit menunggu, akhirnya taksi itu datang dan Diva bisa pulang ke rumah.

...

Di sisi lain, Yena mengunjungi rumah Rey setelah menghubungi pria itu via telpon untuk menanyakan keberadaannya saat ini.

"Rey??" Yena yang sudah di kenal di keluarga itu dan sudah biasa ke rumah Rey, langsung menuju kamar Rey setelah dibukakan pintu depan oleh ART di rumah Rey.

Tidak mendapat jawaban, Yena mulai khawatir. Yena memberanikan diri membuka pintu kamar Rey dan mendapatkan kamar Rey yang berantakan seperti kapal pecah.

"Astagaaa Rey.. kenapa jadi gini??" Yena berjalan mendekati dan dengan cepat memeluk Rey yang ada di atas kasurnya duduk seperti orang linglung sambil memegang sebuah foto.

"Rey... lo harus sadar. Semua itu udah berlalu. Lo harus bisa ngilangin trauma itu dan cari jalan lain buat menghapus rasa bersalah lo" Yena menepuk punggung Rey dengan lembut.

Siapapun yang melihat Rey saat ini pasti akan mengira cowok itu mempunyai kelainan jiwa. Kamar berantakan, kondisi tubuh berantakan, tatapan kosong dan linglung. Dimana Rey yang murah senyum ketika bersama orang terdekatnya.

Kekhawatiran Yena makin meningkat melihat kondisi Rey saat ini.

"Gw ga bisa. Gw udah keterlaluan sama Diva. Gw buta karena rasa suka dan cinta sama dia. Gw udah nyakitin dia. Gw bener-bener manusia paling bodoh yang mau aja kerja sama sama ular jahat itu" Rey berkata lirih.

Yena merasakan pundaknya basah. 'Apa Rey menangis?'

Teman yang awalnya dikenalnya sangat dingin dan tenang itu sekarang terlihat 180 derajat berbeda dari sebelumnya. Yena mengeratkan pelukannya. Rey juga memeluk Yena dengan erat. Yena membiarkan Rey menangis sampai dia tenang.

"Sekarang lo boleh nangis sepuasnya, besok dan seterusnya jangan pernah nangis lagi. Masa cowok populer kayak lo jadi cengeng gini. Apa kata anak-anak alumni SMA kalo tau lo kayak gini" Yena sengaja mengejek Rey agar dia tidak larut dalam pikiran dan kesedihannya.

Usaha Yena tidak terlalu berhasil. Walau hanya sedikit berefek pada Rey tapi Yena bersyukur Rey mengikuti apa yang dikatakannya. Cowok itu sedikit mengangguk saat Yena berkata seperti itu.

15 menit berlalu, Rey sudah mulai tenang. Yena menuntun Rey untuk tidur dikasurnya. Tidak butuh waktu lama untuk Rey bisa tertidur. Wajah tampannya kelihatan sangat lelah.

"Gw ga tau  pasti apa yang sebenarnya terjadi sama kalian. Kalian keliatan benar-benar tersiksa. Setidaknya gw tau kalau lo juga korban saat itu walau kesalahan lo juga ga bisa diabaikan" Yena berhenti menepuk lembut tangan Rey yang menggenggam tangannya. Yena memeprhatikan Rey yang sudah tertidur pulas.

"Lo ngingetin gw sama Randi, walau ga separah Randi yang dinginnya kebangetan. Kepribadian lo yang sedikit ceroboh dengan wajah tampan itu sangat mirip sama Randi. Apa spesies kayak kalian memang ditakdirkan harus hadir diantara Diva dan gw?" Yena tersenyum miris.

Diva's Love Story (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang