Mungkin memang benar kalau definisi move on adalah berubah. Tidak hanya diri, tapi pikiran juga hati. Jika tubuh dan jiwa kita masih terpaku pada hal yang sama, kita tak akan bisa bebas. Kecuali jika kita mau berusaha untuk melupakan. Meskipun memang kenyataannya fakta tak sesuai dengan yang dimimpikan🌸.
====
Sebenarnya masuk sekolah bukanlah hal yang Astero benci, tapi saat retina menangkap bayangan dua orang insan yang tengah bercengkrama di pelataran sekolah, seketika rasa sesak muncul di dada Astero. Berulangkali Astero menepisnya, tapi nyatanya rasa sesak itu tidak bisa hilang.
Gadis itu memalingkan wajahnya. Mungkin memilih jalan lain adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Daripada ia harus menahan tangis yang semakin menyiksa jiwa.
Sambil mencengkram erat tali tasnya, gadis itu berjalan ke arah yang berbeda dari biasannya.
***
"Aster, ngantin enggak?"
Mendengar sebuah pertanyaan yang dilontarkan dari teman satu kelasnya, Astero menggeleng lirih.
"Enggak, Riz. Aku enggak jajan."
Rizki mengangguk. Cowok itu akhirnya pamit untuk pergi ke kantin. Tiga jam pelajaran memang cukup membuat perut berbunyi nyaring.
Memang sih pada faktanya pelajaran di kelas itu hanya melakukan satu hal, yaitu duduk dan fokus. Tapi otak yang dikerahkan penuh untuk bekerja dan mencerna setiap kata dan rumus, akan merangsang bagian tubuh lain untuk diberi nutrisi. Duduk di kelas memang tidak mengalami ekskresi, tapi fokus yang dituntut di setiap detiknya membuat perut kita akan meronta di saat istirahat.
Astero menatap bukunya kembali. Gadis itu lebih memilih larut dalam bacaan buku nonfiksi. Baginya itu lebih mengasyikkan daripada membicarakan hal yang tak penting.
Hingga tak lama setelah itu, sebuah nada dering dari bel sekolah terdengar nyaring. Bel yang dibunyikan lebih awal itu diiringi pengumuman bahwa kini mereka dipulangkan lebih awal karena sekolah akan kedatangan tamu dari luar. Dan pihak sekolah terutama guru dan anak-anak yang tergabung dalam siswa intra sekolah harus mempersiapkan beberapa hal sebelum tamu tersebut datang.
Suara sorak-sorai pun terdengar dari setiap kelas. Memang hal yang sangat jarang terjadi waktu SMA tersebut akan membuat para siswa bahagia karena hal yang jarang tersebut terjadi saat ini.
Astero menutup bukunya. Gadis itu menarik tas miliknya lalu berjalan keluar. Bukannya Astero tidak senang, cuman ia akan merasa sendirian karena merasa sepi.
"Astero!" Dari arah belakang, sosok Alino tengah berjalan dengan jarak tak jauh dari Astero. Astero membalikkan badannya. Gadis itu tersenyum tipis saat mendapati kakak kelasnya tengah mempercepat langkahnya untuk menyamai posisinya dengan Astero.
"Hai,"
Alino tersenyum tipis saat mendapati gadis yang ada di hadapannya itu tengah tersenyum.
"Bahagia banget ya pulang pagi?"
Astero mengangguk, "Kakak juga?"
"Iyadong! Pasti itu! Memang siapa sih siswa yang gak senang dipulangkan pdikak
"Iya, sih." Astero tersenyum tipis. Benar memang yang dikatakan Alino. Semua siswa pasti akan dengan hal itu. Tak terkecuali anak rajin sekalipun.
Menyadari kalau kakak kelasnya ini tak membawa motornya, Astero mengernyit heran.
"Kak Alino gak bawa motor? Kok tumben?"
"Iya. Motor gue mogok. Yaudah, deh, gue akhirnya jalan kaki."
Astero membulatkan mata, "Jalan kaki?"
Alino mengangguk, "Iya. Hehe. Siapa tau jadi atlet nanti!" Astero tertawa pelan.
"By the way, lo langsung pulang?"
"Enggak tahu, kak. Memang kenapa?"
"Mau jalan-jalan bentar enggak. Aku kayaknya juga suntuk kalau pulang ke rumah."
Astero mengangguk. Gadis itu menyetujui usulan Alino. Mungkin menghabiskan waktu di luar sejenak juga bagus untuk merefreskan pikiran.
"Kita ke pasar hewan aja, ya!"
Astero mengangguk. Gadis itu hanya tersenyum tipis. Setelahnya Astero merasakan sebuah tangan yang menggenggamnya erat.
Malang, 26 Januari 2019
Kuusahain banyak-banyak update sebelum TO dan PAS di awal Februari. Ohya. Insyaallah awal Februari sampai awal April aku bakal off ya. Soalnya harus prepare buat ujian-ujian.
Ohya, jangan lupa buat vote dan komen ya. Terimakasih!
Selamat malam minggu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Asteroica Mulatta
Teen FictionBiarkan aku mencintaimu dengan caraku sendiri. Mungkin hubungan kita sudah berakhir dan ditelan oleh waktu, tapi di setiap celah di hatiku, di setiap alirah darah yang mengalir di organ tubuh dan sistem peredaran darahku, juga di setiap helaan nafas...