09 - Bahagia

138 19 0
                                        

Tidak perlu menjadi Dilan, ataupun Nathan untuk membuatnya nyaman. Cukup hanya dengan kehadiran dan waktu yang kamu berikan, juga dengan hal-hal sederhana yang kalian lalui. Percayalah, cinta akan datang dengan sendirinya. Tanpa diminta, tanpa ditunggu, dan tanpa diciptakan.

***

"Wah!"

Astero menatap takjup beberapa hewan yang dipajang di dalam wadah dengan ukuran yang berbeda-beda. Suara-suara kicauan burung terdengar bersahut-sahutan. Ditambah lagi dengan riuhnya suara kokokan ayam yang semakin membuat suasananya sangat ramai.

Meskipun suasana sangat ramai dan berdesak-desakan, Astero tetap excited saat berada disana.

Gadis itu menatap senang puluhan hewan yang tergolong dalam Kingdom Animalia tersebut. Banyak jenis hewan pengerat, seperti tikus yang dipajang disana. Juga ada juga bangsa Ophidia dengan warna yang sangat apik.

Tak hanya itu, terdapat banyak jenis burung dengan berbagai jenis. Baik burung pengicau ataupun burung yang aktif terbang di malam hari seperti burung hantu. Ada juga kelompok felidae yang dipajang di depan toko-toko hewan tersebut.

Bukan hanya hewan peliharaan seperti kucing, kelinci, marmut, tupai, dan kura-kura, di pasar hewan tersebut juga menyediakan beberapa hewan dengan racun yang sangat mematikan. Misalnya kalajengking dan laba-laba.

"Ayo kesana!" Astero yang tak siap langsung kaget saat tangannya ditarik secara tiba-tiba oleh seseorang. Gadis itu bahkan sampai memekik pelan.

Alino membawa Astero ke bagian dalam pasar hewan tersebut. Dan Astero malah lebih excited lagi saat retinanya menangkap puluhan ikan dengan banyak warna dan jenis yang tengah berenang di puluhan aquarium bening yang ada disana.

Alino membawa Astero ke sebuah tempat yang menjual salah satu jenis ikan. Cowok itu mulai mengajak Astero untuk masuk. Disana ia berbicara dengan sang pemilik toko.

Setelahnya ia mrndekati Astero yang berdiri di sudut lain toko.

"Yang ini bagus, ya, Ro" Astero mengangguk. Gadis itu tersenyum menatap sebuah botol kaca yang menampikan seekor ikan cupang yang berwarna merah yang tengah melebarkan ekornya.

Sontak saja hal ini membuat Alino tersenyum. "Pak, ini berapa?"

"Seratus dua puluh lima ribu, Al." Alino mengangguk. Cowok itu menghampiri sang pemilik toko lalu memberikan uangnya. Ia sama sekali tak sadar jika Astero tengah menatap ngeri ke arah ikan cupang tersebut.

Gadis itu masih syok saat mendengar harga yang disebutkan penjual tersebut. Ia bahkan sampai tidak sadar jika Alino tengah berdiri di depannya sambil membawa seplastik air yang berisi ikan cupang tadi.

Alino mengajak Astero keluar. Setelahnya cowok itu mengajak Astero ke tempat hewan homoiterm.

Astero tersenyum lagi saat matanya menangkap puluhan banyak burung dan kelinci.

"Ayo" lagi, Alino menggenggam tangan Astero. Seolah cowok itu tak ingin kehilangan gadis itu.

Alino mendekati penjual burung yang ada disana. Cowok itu membeli sepasang burung love bird berwarna hijau dan kuning. Melihat itu, Astero tersenyum senang.

"Ih, burungnya lucu kak." Alino tersenyum. Melihat senyum Astero, hati Alino menghangat. Ia senang saat gadis itu merasa senang.

"Burungnya kita namai Anina sama Atero ya," Astero tersenyum. Gadis itu mengangguk pelan.

"Iya, kak. Boleh. Bagus namanya,"

"Al, sama kaya arti love bird yang berarti burung berpasangan, aku ingin suatu saat nanti kita bisa kaya gini, ya." Astero terdiam. Gadis itu melepaskan pegangan tangannya pada sangkar burung tersebut.

Alino tersenyum tipis, "Enggak perlu saling berpacaran, kalau misalnya hubungan seperti ini yang membuat kita dekat, aku cukup dengan itu. Karena aku tau, cinta tak bisa dipaksakan. Dia datang karena memang dibutuhkan. Bukan dipaksaan untuk ada, atau datang tapi malah tak dihargai. Karena yang seperti itu tak akan bertahan lama."

Alino tersenyum tipis. Benar-benar sangat tipis. "Seperti burung ini yang selalu saling menyayangi satu sama lain, aku ingin hubungan kita bisa seperti itu nantinya."

Malang, 26 Januari 2019

Asteroica MulattaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang