BAB 02 : Gaga, Tolong jelaskan.

8.3K 560 135
                                    


-GAELA-

  Masih pagi Misela sudah tampak seperti mandi keringat. Kakinya yang terus melangkah dengan cepat untuk saling beriringan dengan langkah lelaki ini tapi tidak bisa. Dia berjalan sangat cepat.

  Mata Misela memandang dengan lebar sebuah bangunan kokoh yang tampak mewah. Dan di depan terpampang jelas tulisan besar SMA PANGLIMA. Kini Misela hatinya diam tertegun dengan apa yang dimiliki Dipta, sungguh luar biasa.

  Misela juga sedikit malu, banyak para mata memandanginya. Tentu saja, ia belum mengenakan seragam sekolah seperti yang lainnya. Napasnya berhembus kesal memandang lelaki itu sudah berjarak jauh darinya.
 
  "Ga, tunggu," ucap Misela dengan sedikit berlari kecil.

  Kini Gaga dan Misela berdiri di sebuah ruangan. Sebelum masuk Gaga mengambil napas lebih dalam, Misela memandangnya dengan aneh. Seperti ingin melihat setan?

  "Ini kelas ki-kita?" tanya Misela takut.

  Gaga memandang tajam Misela. "Bukan," jawabnya dengan ketus.

  Tangan Gaga memutar knop pintu. Lalu tampak lelaki berjas hitam dengan laptop didepannya membuat Misela kini semakin gugup. Ternyata ini ruangan khusus untuk Dipta.

  "Pagi, Pa," ucap Gaga.

  Misela menunduk, jantungnya sangat berdebar kencang ketika melihat lelaki berparuh baya. Sudah beberapa tahun tidak melihatnya, tampannya semakin bertambah.

  "Pa-pagi, Om." Misela malu.

  "Hallo Misel." Dipta berdiri dari bangku kerjanya. "Boleh duduk di sebelah Gaga,"

   Keduanya duduk bersebelahan. Rasanya darah Misela berdesir dengan cepat, begitu juga jantungnya tidak bisa ia kontrol. Ini seperti akan di sidang oleh Dipta padahal tidak akan terjadi apa-apa.

  Berbeda dengan Dipta melihat satu persatu dari Gaga dan Misela yang tampak canggung. Dulu sewaktu kecil mereka sangat dekat seperti adik kakak, mungkin sekarang faktor sudah besar.

  "Apa kabar?" tanya Dipta dengan ramah. "Kenapa pada tegang begini?"

  Misela tersenyum kecut. "Baik, Om,"

  "Hah? Kita biasa aja kok." Misela menyengir dengan terpaksa.

  "Hari ini Misel mau sekolah disini, boleh nggak?" tanya Misela seraya tangannya meremas pelan celana levisnya.

  Dipta mengangguk. "Boleh dong, tapi kayaknya nggak sekelas sama Gaga."

  Yah. Misela mendesah berat dalam hatinya.

  Misela kini mengerucutkan bibirnya lalu memandang Gaga yang tengah memejamkan matanya dengan tenang. Dari semalam, dirinya berharap untuk satu kelas dengan lelaki ini tapi ternyata pudar harapan itu.

  "Jangan sedih, Gaga bakal jagain kamu terus. Kalau kamu butuh Gaga samperin aja," ucap Dipta sambil tertawa kecil.

  "Ogah," sahut Gaga.

  Gaga menolaknya. Misela hanya takut menyasar di Indonesia karena ia belum terlalu paham apa yang ada disini tapi tidak pernah jadi masalah kalau Gaga mau bersamanya. Misela akan belajar satu-persatu dari semuanya.

  "Ga..."

  Gaga menggeleng. "Tapi, Pa. Aku juga punya kesibukan, bukan cuma sama Misela," ucapnya dengan lantang.

  "Nggak papa kok, Om," ucap Misela tegar. "Aku bakal belajar satu persatu tanpa Gaga. Dunia sekarang udah canggih, ada google Maps, banyak orang tinggal tanya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GAELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang