~07~

17 4 10
                                    

Jam menunjukkan pukul 23.30. Keysha sudah terlelap dengan segudang mimpi indahnya. Namun, Ana belum tidur. Ia masih setia duduk di atas balkon kamarnya sambil memangku sebuah gitar kesayangannya.

Ana sangat menikmati dinginnya angin malam dan memetikkan senar gitarnya secara asal. Tak peduli seberapa dinginnya angin pada malam itu, tak peduli jika nada yang dihasilkan dari petikannya terdengar aneh, yang penting adalah Ana merasa tenang.

Ana tak bisa tidur. Ia selalu memikirkan tentang keluarganya. Ana sangat lelah dengan keluarganya. Ia tak tahu harus berbuat apalagi. Yang bisa dilakukannya sekarang adalah hanya bisa parsrah dengan semua yang akan terjadi selanjutnya.

Di sini Ana sekarang, di tempatnya saat ini, ia sedang merindukan masa masa kecilnya yang penuh dengan kebahagiaan. Berbanding terbalik dengan kehidupan yang ia jalani sekarang.

Tanpa sanggup menahannya lagi, air mata yang sedari tadi ia tahan sekuat tenaga, kini jatuh membasahi pipinya. Ia meluapkan seluruh emosinya di malam itu juga. Sendirian.

Ana ingin sekali memiliki seseorang yang mampu membantunya untuk keluar dari masalah yang tidak ada habisnya ini. Tapi ia tak kuasa untuk mengatakannya. Bahkan kepada sahabatnya sendiri.

Yap! Ana adalah orang yang sangat tertutup. Menutupi semua kesedihannya dengan wajah dinginnya .

~
~
~

Sementara itu di kamar Ana, Keysha terbangun dari tidurnya karena kehausan dan berniat untuk meminum segelas air mineral.

Keysha melihat ke sekelilingnya, tak ada tanda tanda kehadiran Ana di kamar. Keysha pun segera bergegas keluar kamar untuk minum dan mencari Ana.

Langkah kaki Keysha pun terhenti saat ia melihat seorang cewek duduk di atas balkon sambil memangku sebuah gitar.

Keysha berjalan mendekati Ana secara perlahan lahan dan ikut duduk di sebelah Ana.

Ana yang baru sadar akan kehadiran Keysha di sebelahnya, buru buru menghapus air mata nya. Tapi tindakan Ana tersebut agak terlambat karena Keysha sudah deluan melihat wajahnya yang dipenuhi oleh gelinangan air mata.

"Ana, kok lo nangis tengah malem begini sih? Lo ada masalah? Ceritain aja ke gue Na, mungkin gue bisa bantu lo." Ujar Keysha sambil menatap kedua mata Ana yang sembab.

"Gu.. Gue... Ga nangis, ini cuma kelilipan doang kok." Ana masih berusaha menutup nutupi.

Keysha hanya tertawa sinis mendengar jawaban Ana barusan.
"Yaela, lo bodoh banget sih kalo bohong, ada ada aja kelilipan keluar air matanya banyak banget, ampe banjir tu sekeliling."

"Ahh, elu mah, gue ngantuk, yuk kita tidur." Kata Ana agar tidak diinterogasi lebih dalam oleh Keysha.

"Lo ga mau cerita ya ke gue? Apa itu penting banget ya, sampe gue ga boleh tau? Tapi, gapapa sih, mungkin lo belum siap buat ceritain masalah lo sama gue sekarang, gue janji, gue bakal siap kapanpun dan dimanapun buat bantu masalah lo sebisa gue."

Ana hanya termenung melihat wajah Keysha, ia tidak terlalu memperdulikannya, karena sampai kapanpun ia akan memendam semua masalahnya sendirian sampai ia menemukan orang yang tepat buat ia menceritakan semua unek unek yang ada di kepalanya.

~
~
~

Sekarang adalah jam pelajaran Bu Lala yaitu pelajaran Sejarah. Semua siswa yang ada di kelas memiliki kegiatannya masing masing. Ada yang tidur, menguap, membaca novel, dan menggambar sesuatu yang tidak jelas.

Ana sangat antusias memperhatikan dari awal Bu Lala menjelaskan hingga akhir pelajaran. Tanpa bosan. Sungguh Ana yang strong.

Bu Lala pun tak lupa untuk memberikan PR kepada muridnya. Dan hal itu membuat seluruh siswa di kelas Ana protes kecuali dirinya.

This Is MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang