~08~

9 3 0
                                    

"Ana, muka lo kok kusut banget sih? Ayo ceritakan padaku apa yang terjadi pada engkau?" Keysha mengalihkan pandangannya dari televisi ke Ana.

"Gue... Ikut lomba cerdas cermat sejarah Key...-

"Uwaw, bagus dong, kan pas banget itu bidang kesukaan lo." Keysha memotong pembicaraan Ana.

"Btw, gue belom selesai ngomongnya." Ujar Ana sambil menutup kedua matanya.

"Ehehehe, lanjut bro, maap gue terlalu bersemangat."

"Jadi masalahnya itu gue satu regu sama cowok yang nabrak gue di kamar mandi itu. Salah gue apa coba, kenapa bisa jumpa dia mulu?"

"Lah lah lah, itu bukan masalah kali, itu jodoh namanya."

"Idiw, amit amit dah gue berjodoh ama dia."

"Tapi tapi Na, gue denger denger nih ya, dia itu murid berprestasi di sekolah, salah satunya kalo ga salah pernah juara 2 olimpiade IPS tingkat nasional woi."

"Ah, yang bener lu?"

"Katanya sih gitu, eh iya ngomong ngomong nih ya, kok lu kesel banget asal ketemu ama dia? Kan dia udah minta maaf atas kesalahannya."

"Au ah, males aja gue, gatau deh alasan yang pasti apaan, yasudah kalo begitu gue pamit dulu ke kamar mau belajar buat persiapan lomba, bhay."

Ana bangkit dari sofa dan melangkahkan kakinya ke kamar, namun tangannya berhasil di genggam oleh Keysha.

"Kamu tega ninggalin aku sendirian disini? Plis, temani aku walau sebentar saja." Drama Keysha dimulai.

Ana menepis tangan Keysha.
"Najis banget tau ga kata kata lo, untung sahabat, kalo ga dah gue lempar kali lu dari lantai 50 ke lantai dasar."

"Allahu akbar, temen lo yang satu satunya cuma begini nih modelnya, ya cuma gue Na, kalo gue ga ada lagi, lo bakalan nyesel ntar."

"Iya iya, gue mau belajar dulu, plis jangan gangguin gue." Ana menatap Keysha dengan pandangan serius yang tajam bagaikan silet.

~
~
~

Baru saja Ana hendak membuka buku pelajarannya, sebuah notifikasi muncul di layar handphone milik Ana.

0853xxxxxxxx~Davi

Belajar sono, besok kita ketemuan di taman belakang sekolah,latihan bareng buat persiapan, ini gue Davi. Kalo mau save nomernya juga boleh kalo engga juga gapapa kok.

Ana bingung untuk membalas pesan dari Davi, setelah berfikir keras akhirnya Ana tahu untuk membalas apa.

~Ana

Maaf, anda salah orang

'Nah, balasan yang tepat agar dia gak gangguin hidup gue lagi' Batin Ana.


Tak lama kemudian handphone Ana berdering kembali memunculkan sebuah notifikasi.

Davi

Alah bacot lu, ga usah sok salah orang segala, gue tau nomer lo dari orang yang tepat. Belajar jangan lupa. Jangan maen hape mulu.

"Ini orang ngajak berantam kali ya, maen hape aja kagak, sok tau banget kegiatan gue di rumah, au ah gue biarin aja nih orang."

Ana kembali membuka buku pelajarannya. Kebiasaan Ana ketika belajar adalah mengetuk ngetukkan jarinya dimanapun itu.

Tetapi, kali ini ia mengetuk ngetukkan jarinya di atas layar handphone nya. Ana lupa bahwa layar handphone nya belum dimatikan dan ia menekan tombol panggilan buat video call dengan nama kontak Davi. Tapi Ana tak kunjung sadar juga.

"Halo... " Panggil Davi dari ujung telepon. Hal itu sontak membuat Ana terkejut dan memberhentikan aksi belajarnya seketika.

'Eh, apaan nih, kok jadinya video call?  Gila gila mungkin gue ketekan nih, gue harus ngapain sekarang? Waduh, apes banget dah gua.' Batin Ana.

"Halooooo.. Nape lo telepon? Kangen? Aelah baru juga di tinggal 5 menit."

Akhirnya Ana memutuskan untuk meperlihatkan wajahnya di depan kamera.

"Kepencet". Ana hanya menatap Davi selama 3 detik, kemudian kembali memanglingkan wajah cantiknya.

Sementara Davi di sana, hanya terus menatap Ana.

Krik krik krik krik

Terjadilah keheningan di antara mereka berdua.
Setelah memanglingkan wajahnya cukup lama, Ana menatap Davi lagi dan pandangan mereka berdua kini saling bertemu.

"Apa lo liat liat gue? Naksir?" Ana memutarkan kedua bola matanya malas.

"Idiw, amit amit, lo kali yang naksir gue, pake acara video call segala, katanya mau belajar tapi malah ngajakin video call, gimana sih lu?" Davi mengerutkan dahinya.

"Ga guna"

Tut tut tut

Ana mengakhiri obrolannya yang tidak penting dengan Davi dan melanjutkan aktivitas belajarnya kembali.

~
~
~

"Lagi teleponan sama siapa kak?"
Tanya Aira yang muncul secara tiba tiba.

"Allahu Akbar, elu ternyata, bikin gue kaget aja, kepo banget sih lu jadi orang."

"Nahhh ini nih ini, pasti lagi teleponan ama cewek ya? Aira lapor mama nih."

"Ehh, jangan dong Ai, ntar gue beliin sesuatu deh buat lo, tapi janji jangan kasih tau mama."

"Kalo gitu sih apa boleh buat, oke deh, tapi beneran ya ngasihnya?"

"Iya iya, pergi sana."

~
~
~

Esok harinya di sekolah Ana melangkahkan kakinya gontai menuju kelasnya. Ana tidak barengan dengan Keysha karena katanya ia mau singgah ke kantin dulu.

"Ana!!!" Teriak seorang laki laki dari sudut lapangan.
Ana memalingkan wajahnya ke arah sumber suara.

Agra menghampiri Ana.

"Ada apa kak?" Tanya Ana sopan.

"Gini, emmm waktu istirahat nanti lo mau gak makan di kantin bareng gue?"

"Maaf kak, gabisa, aku ada urusan penting, permisi." Ana kembali berjalan, tapi tangannya berhasil di genggam oleh Agra.

"Tunggu Na." Agra masih memegang tangan Ana. Sementara Ana, terus menatap tangannya yang digenggam Agra. Untungnya Agra peka.

"Eh, maaf, gue refleks. Nanti pulang sekolah makan siang bareng yuk ada hal penting yang mau gue omongin."

"Maaf aku juga gabisa, aku sibuk."

"Oh gitu ya, yauda deh kapan kapan aja."

Ana melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi. Dari kejauhan Agra teriak hati hati ya jalannya.
Ana tidak memedulikannya.

Di tengah perjalanannya ia berselisih jalan dengan Davi.
Dia lagi.  Batin Ana.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Yow semuanya!!!  Apa kabar para readers setia this is me. Akhirnya setelah melalui daya,upaya dan usaha yang cukup panjang update juga. Jangan lupa vote dan comment ya..
Karena itu gratis

This Is MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang