~Empat~

41 3 3
                                    

"Perihal rindu, aku tak paham apa itu rindu. Yang kutahu saat aku mulai mengerti dan mengetahui semuanya, aku tiba-tiba rindu."

❄⛄❄⛄

#POVFADIAN

Entah apa yang sedang Fadian pikirkan tentang cewe itu yang pasti saat ini Fadian hanya ingin tahu namanya itu saja.

"Siapa sih tuh cewe, aneh banget. Tapi lucu sih" Fadian Bermonolog datar sembari senyum senyum sendiri memperhatikan wajahnya di kaca.

Rasa penasarannya hanyalah sebatas untuk mencerca. Ia tak suka dengan orang yang begitu percaya dengan perkataan orang lain tanpa tau yang sebenarnya terjadi seperti apa.. kurang lebih seperti itulah perumpamaan yang bisa Fadian masuk akalkan.

Sesegera Fadian bersiap dan bergegas pergi dengan motor baru nya yang berwarna putih polet biru itu. Menurutnya hal yang tak seharusnya ia pikirkan tak sebaiknya dipikirkan. Buang-buang waktu dan energi.

#POVAUTHOR

Pagi ini memang cerah, langit begitu berseri-seri tersenyum seolah-olah ada pertanda baik untuknya hari ini.

Ardel selalu berharap semua akan selalu baik-baik saja, tak ada masalah ataupun hal yang membuatnya pusing. Namun nyatanya justru berbalik 180 derajat ketika Ardel sampai di sekolah cowo cuek itu sudah stay didepan kelas nya.

Ardel membolak-balikan matanya malas.
"Astaga, kayanya aku lagi mimpi buruk deh." Ucap Ardel dalam hati. Dan secepatnya ia membalikkan badannya berbalik arah.

"Eh lo ngapain ngindar. Punya salah ya sama gue." Sembari tersenyum sinis menatap Ardel.

Ardel terdiam. Rasanya sangat kesal sampai Ardel ingin berbalik arah dan langsung menonjok perutnya. Tetapi Ardel mencoba menahannya.

"Ga, saya ga ngerasa punya salah sama kaka, lagian nih ya, saya balik badan karena saya baru inget saya belum sarapan jadi saya mau ke kantin dulu untuk sarapan bukan untuk menghidar" belanya.

"Yakin?" Ucap Fadian ke-pd-an.

"Yakin, Emang masalah kalau saya mau ke kantin?" Lanjutnya ketus, Ardel kesal dan mengabaikan perkataan cowo itu.

Ardel pun bergegas berjalan menuju kantin, Tanpa ia sadari sepertinya ada seseorang yang sedang mengikutinya. Ardel pun membalikkan badannya.

"Ngapain sih ngikutin terus, kaya yang ga ada kerjaan aja." Ardel begitu kesal, dia yang pernah berlaku kasar, dia yang so 'cool' eh tapi malah dia yang ngejar-ngejar aneh banget sih tuh orang.

"Pergi!" bentak Ardel namun Fadian hanya menatapnya dengan datar, "Sana pergi!." Bentak Ardel lebih keras namun Fadian tetap berdiri dihadapannya tanpa merubah posisi tempatnya ia berdiri sedikitpun, "Kamu kenapa sih? Mau kamu apa?." Rasa marah Ardel pada Fadian mulai membara. Ardel sudah mulai berani melawan Fadian sekarang. Itu semua dilakukannya karena sikap Fadian yang membuat Ardel kesal.

"Gue mau lo" ucapnya Datar, Itulah jawaban yang Fadian berikan kepada Ardel. Setelah itu Fadian pergi meninggalkan Ardel yang tengah berdiri sendirian di kantin sekarang ini.

Ardel menggaruk kepalanya heran.

"Aneh banget sih." sembari ia duduk di kursi kantin,
"Eh, apaan tu.." Ardel melihat sesuatu tergeletak di bawah, nampak terlihat seperti sebuah dompet kulit berwarna coklat. Ardel bergegas mengambil dompet tersebut, ia coba membuka dompet tersebut untuk mencari tau siapa pemilik dompet tersebut. Setelah di buka didalamnya terdapat kartu perlajar, ktp dan sim dan juga beberapa lembar uang kertas.

"Fadian Sidkas Andrafy" Ardel membaca nama pemilik dompet itu dari Kartu pelajarnya, "Oh, ternyata Kaka kelas yang nyebelin, ga tau malu, pembuat onar, tukang bikin emosi itu namanya Fadian Sidkas Andrafy." Setelah membuka dan membaca salah satu tanda pengenal Ardel pun mengetahui siapa pemilik dompet tersebut.

"Emh Namanya bagus juga. Tapi sayang kelakuannya ga sebagus namanya." cibirnya menghiraukan. Rasa penasaran Ardel muncul dan mulai sedikit membara, namun tiba-tiba ketika ia melihat sebuah foto lama terselip di dompet Fadian, ia pun segera melihatnya dan terdiam seketika--. Tanpa disadari pipinya mulai basah karena air mata yang mulai menetes di pipinya perlahan. "Ternyata." Ardel menghela nafas panjang. Tenyata itu foto dirinya dengan kedua sahabat kecil yang sudah lama sekali tidak bertemu. Ardel tidak bisa menahan tangisnya, "Jadi Cowo itu Andra, sahabat kecil yang pernah ninggalin aku."

"Kenapa sih, Andra harus tiba tiba hadir disaat aku sendiri sudah melupakannya. Ya Tuhan. Apalagi rencana mu sampai kau hadirkan kembali Andra dihadapanku." Ardel menangis. Menangisi rasa benci ketika mengingat apa yang terjadi padanya dengan Andra.

❄⛄❄⛄

Ketika waktu istirahat tiba Ardel hanya duduk santai sendirian di koridor sekolah, sembari memperhatikan dompet coklat itu.

"Aku ga nyangka, ditempat ini aku harus ketemu dia. Kalau Andra ada disini, dimana Nufa? Aku rindu dia, Aku rindu kalian berdua, manusia es."

Ardel mulai teringat kembali saat waktu kecil mereka bersama,

FLASHBACK

Langit cerah kebiruan diikuti awan putih yang semakin indah jika dilihat.
Suasana menjadi semakin indah karena satu anak gadis manis nan ceria duduk diantara dua laki-laki kecil yang kaku dan dingin namun menimbulkan banyak kehangatan tengah memandang ke arah langit.

"Kalau kalian nanti udah sukses, jangan lupain aku ya." Ucap gadis kecil tersenyum kepada dua laki-laki itu.

"Kalau aku pasti sukses duluan, karena aku pintel." Ucapnya begitu percaya diri diikuti suara cadel r nya yang sedikit tidak jelas

"Kamu jangan terlalu shombong, Dra." Balas laki-laki yang lainnya dengan huruf s nya yang ia belum terlalu fasih untuk melafalkannya.

"Silik aja kamu Nuf," ucap Andra membalas kembali perkataan Nufa.

"Aku engga shirik. Cuman ngashih tau aja" cibir Nufa datar. "Shebelum shuksesh, kamu mending benerin dulu ngomong r yang jelas."

Andra sedikit kesal, "Ya emang apa hubungannya, Nuf. Kaya yang kamu ga cadel huruf s aja."

"Tapi kan ga sheparah cadel huruf r,"
Balasnya santai.

Anak gadis diantara mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya heran.
"Udah. Kenapa kalian jadi ribut. Kalian berdua sama sama cadel."

Andra sedikit nyengir, "Tapi kamu tetep sayang aku kan, Ul. Hehehe"

Aulita mengangguk paham
"Iyalah aku sayang kalian berdua. Sayang bangettt. Kalian janji ya jangan tinggalin aku sendiri, kalian bakal selalu adakan buat aku."

"Aku akan shelalu melindungi mu, Ul."
Jawab Nufa masih dengan nada yang sama.

"Aku juga, kan kita sahabat. Bukankah sahabat harus saling menyayangi, kan?" ucap Andra sambil menarik kedua halisnya.

"Uuu terharu aku sama tingkah kalian." Aulita meneteskan air matanya dipipi merah muda itu.

"Jangan shedih, Ul. Ini bukan kaya di tv" cibir Nufa yang datar membuat Andra dan Aulita tertawa mendengarkan omongannya yang polos.

Mereka pun kembali bermain di lembah itu, wajah mereka terlihat senang sekali ketika berlarian dikejar anak kambing milik Pa Tarno yang tinggal di sekitar lembah.

❄⛄

Tbc💕
Hallo manteman apa kabar? Gimana suka ga ? Semoga suka ya..

Oh iya jangan lupa buat vote and comentnya juga supaya kita bisa lebih intro kekurangan. Karena kritik saran dibutuhkan

Makasiii💕💕💕
Salam manis

Delyarvi

Seperti balok es Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang