"Balas dendam? Setauku balas dendam tak baik bukan? Tapi mengapa rasa perih dan kecewa ini selalu memintaku untuk membalaskan dendam kepada dia yang telah membuat luka."
❄⛄❄⛄
Sabtu pagi dengan suasana yang begitu menyejukkan seperti biasa Ardel selalu jogging pagi, lari keliling lapang taman yang ada di dekat komplek rumahnya, hari itu Ardel dengan mengenakan training biru langit sweater baby pink dengan menggunakan earphone, sederhaba tapi selalu tetap terlihat cantik dan sempurna.
Setelah beberapa menit berlari akhirnya selesai juga dan Ardel merasa lelah, Ardel pun segera kembali ke tempat ia pertama datang untuk beristirahat sejenak sebelum pulang. ketika sampai Ardel tampak kebingungan.
"Tadi aku nyimpen minum dimana ya?." Ardel berusaha mencari tempat minumnya yang seingatnya ia letakkan disamping tas dan handuknya.
Ardel tampak terlihat begitu bingung mengaruk kepalanya yang jelas tidak terasa gatal. Melihat dan melirik ke daerah terdekat namun tak nampak terlihat.
"Ini minum lo ya? Tadi gue liat ada orang mau masukin sesuatu keminuman lo, gue ga tau persis apa tapi gue ambil aja, gue bilang ini punya gue. Sorry, oh Nih." Seseorang memberikan tumbler milik Ardel lalu pergi tanpa berkata sepatah dua patah kata lagi.
Ardel memandang seseorang tersebut, meski sampai sudah tak lagi terlihat batang hidungnya Ardel masih tetap dalam sebuah pandangan lamunannya.
Tatapannya seakan memberi isyarat bahwa ada sesuatu yang membuatnya teringat seseorang, tatapannya berbicara bahwa lelaki yang baru saja berbicara padanya adalah orang yang telah lama dekat dengannya.
Lamunan itu terhenti ketika sosok manusia ghoib datang, eits maksudnya manusia nyebelin seantero sekolah datang.
"Woy, lo pasti ngelamunin gue kan." Dengan pd nya si kakak kelas nyebelin, pembuat onar itu berkata, "gue yakin lo terpana kan dengan ke cakepan gue." Lanjutnya makin ke-pd-an.
Ardel melirik kearah wajahnya dengan datar, tanpa berkata Ardel duduk dan meminum air minumnya. Setelah selesai minum Fadian masih tetap berdiri di hadapannya memandang sembari tersenyum.
"Ngapain kamu masih disini?."
Fadian tak menjawab, Fadian hanya memandang dan tersenyum sesekali ia memainkan rambutnya.
"Jangan mentang-mentang kamu tau rumah aku kamu bisa seenaknya."
Fadian tak menghiraukan apa yang Ardel katakan. Yang Fadian lakukan hanyalah terus memandangi Ardel yang duduk dihadapannya, yang membuat Ardel tak nyaman dan memutuskan untuk pergi meninggalkan sosok cowo yang pernah meninggalkannya.
Ardel terus berjalan tanpa melirik kanan kiri ataupun belakang, ia hanya fokus ke depan. Yang Ardel tau dibelakangnya masih ada Fadian yang tetap mengikuti tapi rasa tak peduli Ardel mulai meluas semenjak ia tau bahwa Fadian adalah Andra.
"Aku awalnya ga sebenci ini sama kamu. Tapi waktu aku tau kamu Andra, knp?."
Ardel tak kuasa membendung air matanya, mencoba bertahan, berusaha kuat namun sayang tak pernah bisa.
"Kamu dan Nufa sama buat aku, sama sama manusia es buat aku. Tapi kenapa kalian beda banget, dan kenapa sekarang aku justru benci kamu Dra." Ucap Ardel dalam hati sembari tetap berjalan.
Airmata sedikit demi sedikit terus berlabuh meski sedari tadi sudah Ardel hapus namun sesegera apapun Ardel menghapusnya tetap saja, tapi apa daya agar tidak terlihat Ardel harus segera secepatnya berjalan agar tak ada yang tau bagaimana hatinya yang saat ini sedang rapuh karena kebimbangan ini.
Kini Ardel berjalan lebih cepat dan semakin cepat, hingga sekarang dia sudah merubah jalannya menjadi lari.
Sesampainya di rumah Ardel tak kuasa, Ardel segera masuk ke kamar dan mengunci diri. Ardel sungguh tak bisa membendung lagi rasa kecewa nya terhadap Andra.
"KENAPA GUE DULU SUKA SAMA LOH SI DRA, BODOH BANGET GUE ,PADAHAL JELAS GUA TAU YANG SELALU ADA DISAMPING GUE CUMAN NUFA TAPI KENAPA GUE BODO BANGET."
Ardel tak kuasa memendam emosinya lagi, semua terluapkan, semua harus terluapkan agar semua bisa baik-baik aja.
"Woy bangke kenapa lo teriak-teriak. Berisik tau!" Terdengar suara Agsan yang sedikit kesal pada Ardel dari atah pintu.
Ardel segera berlari ke arah suara dan sesegera membuka pintu kamarnya, "Bang, Ardel mau cerita."
⛄❄⛄
Tbc💕
Hallo manteman apa kabar? Gimana suka ga ? Semoga suka ya..Oh iya jangan lupa buat vote and comentnya juga supaya kita bisa lebih intro kekurangan. Karena kritik saran dibutuhkan
Makasiii💕💕💕
Salam manisDelyarvi

KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti balok es
Teen Fiction"kamu itu rese, so ganteng, alay, ga tau malu, so cool. Intinya saya gasu- ." Tiba-tiba ucapan Ardel tertahan oleh jari telunjuk Fadian. Mereka terdiam dan saling betatap mata seakan-akan kini mereka berada dalam suatu drama. "Terserah lo, gue ga...