"Perasaan? Bicara tentang perasaan itu pasti bersangkutan dengan hati bukan? Bukankah hati/perasaan tidak bisa dibohongi? Lantas mengapa aku harus berbohong seperti ini?"
❄⛄❄⛄
"Aduh, ade abang yang cantik ini mau curhat nih ceritanya?" Ucap Agsan sedikit menggoda pada adiknya yang sebenernya lembut tapi ada barbarnya.
"Ih abang, serius." Wajahnya sedikit memelas.
Agsan adalah kakak terbaik bagi Ardel, selalu paham kondisi adiknya dan selalu ada untuk adiknya, Agsan pun senang menggoda adiknya ketika galau seperti ini karena jiwa kanak-kanaknya nampak sekali, dan Agsan suka sekali itu.
"Iya deh. Ade abang ada masalah apa? Cowo ya? Ga jarang-jarang nih." Ucap Agsan sedikit serius banyak godainnya.
Ardel tampak murung, menunduk dan terlihat bukan air matanya mengalir perlahan demi perlahan, sedikit demi sedikit.
"Dia balik bang." Mulainya.
Agsan tampak kebingungan dengan apa yang telah adiknya ucapkan tadi, Agsan menatap Ardel dengan sorot mata yang jelas bertanya, Dia? Siapa? Apakah Agsan mengenal? Atau bagaimana sebenarnya?
"Andra, bang, abang inget Andra kan?." Ucap Ardel semakin menundukkan kepalanya itu, dengan nada penuh kecewa.
"Ohh, cowo masa kecil lo? Yang tengil itu?" Ledek Agsan pada adik perempuannya ini.
Sebenarnya Agsan tak ingin dan tak pernah melihat adiknya sekecewa ini, tapi apa daya, sudah terjadi, tak bisa diulang dan tak bisa di hindari.
"Takdir ini terlalu kejam buat lo, tapi gue yakin lo anak yang kuat, lo tau apa yang harus lo lakuin" Ucap Agsan dalam hatinya sembari menatap wajah adiknya yang tampak sangat murung sekali.
"Bukan bang, dia bukan cowo Ardel, bagi Ardel dia cuman orang yang singgah lalu menetap setelah itu pergi dan bagi Ardel dia udah nyakitin hati Ardel." Berjalan perlahan mendekati Agsan lalu memeluk abangnya.
Air mata itu mulai mengalir di wajahnya yang kini tengah memeluk abangnya. Baju Agsan kini basah oleh air mata Ardel.
Agsan sebenarnya tak sanggup melihat adiknya yang tegar itu berlinang airmata seperti ini, Dia memang benar-benar kecewa dan terluka.
"Lo cengeng boleh, tapi jangan buat baju gue basah dong." Ledek Agsan pada Ardel yang masih tetap menangis tersedu-sedu.
"Ga peka banget si ahh, makin bete." Melepas pelukannya dan mulai berjalan menuju balkon kamarnya.
Agsan menatap adiknya yang berjalan perlahan menuju balkon kamar nya dari belakang, rasanya seperti menjadi ironmen, bukan itu rasanya ingin sekali menjatuhkan airmata, tapi dihadapan Ardel, Agsan harus terlihat kuat, agar Ardel pun bisa kuat.
Tiba-tiba Ardel berbalik badan dan menatap Agsan yang masih setia berdiri di tempatnya itu.
"Eh tapi bang, tadi di taman pas aku abis olahraga, ada orang yang nolongin aku, tapi dia kaya mirip seseorang. Tapi siapa ya?" Lanjut Ardel yang kembali berjalan mendekati Agsan,
"Bilang aja lo inget pacar kecil lo yang satu lagi." Ledek Agsan lagi pada adiknya itu.
"Maksud abang, Nufa?" Tanya Ardel terheran-heran dan penuh tanya, "Apa bener dia?" Lanjutnya sembari duduk di kasurnya.
"Mana gue tau siapa namanya. Emang lo pernah cerita? Dulu kan lo selalu ceritanya tentang si Andra mulu kagak pernah tuh cerita yang satu lagi atau yang lain."
Waktu kecil memang Ardel tak pernah bercerita tentang Nufa karena yang Ardel selalu ceritakan adalah Andra, Andra dan Andra.
"Lo kan pas kecil banyak banget cowo nya, ga kaya sekarang." Agsan sengaja tidak melanjutkan kata-katanya karena senang buat adik nya itu kesal, jiwa kanak-kanaknya muncul.
"Sekarang apa? Kenapa sekarang." Tanya Ardel yang sedikit nyolot dan sebenarnya kesal.
"Ga laku." Agsan pun tertawa terbahak-bahak. Sembari melihat wajah adiknya yang mulai memerah hampir menyaingin warna tomat yang sudah matang.
"Enak aja, banyak kali yang ngantri, tapi." Ardel terdiam.
"Ardel belum move on" Ledek Agsan dengan berusaha meniru cara bicara ala ala cewe.
Ardel memalingkan pandangannya sembari cemberut, "Abaaaangggggg" teriak Ardel tanpa melirik ataupun menengok kepada abangnya itu.
"Tumben loh Uli, so so an ngomongnya Ardel sama abang" seketika keadaan kamar Ardel pun sepi.
Keesokan harinya, dipagi yang cerah, matahari tersenyum gembira Ardel tampak sedikit kebingungan dan resah, entah karena masalah kemarin yang masih saja Ardel pikirkan atau hal lainnya.
Ardel pun bejalan bergegas menuju keluar rumah, sembari memeriksa ulang kembali beberapa barang yang ada ditasnya.
Tiba-tiba seseorang datang dengan motornya dihadapan Ardel, sekerika Ardel terkejut tanpa kata dan suara.
"Gue anter, lo mau kan? Pasti lo mau. Ya udah cepet naik." Ucap seseorang itu yang begitu ke pd-an sembari menarik tangan Ardel, mengarahkannya untuk menaiki motornya.
"Duh kenapa si ni orang ada disini, aku kan ga mau." Ucap Ardel dalam hati.
Tiba-tiba keluarlah seseorang dari arah dalam rumah, berjalan menuju mereka berdua dan menangis tangan orang itu, lalu menarik Ardel untuk bersamanya.
"Siapa lo, main tarik-tarik dia dari gue" Ucap seseorang itu yang kalian pasti sudah tau siapa, ya Fadian.
"Kalau dia pacar gue, lo mau apa?" Ucap seseorang lagi yang ternyata dia adalah Agsan, ya Agsan abangnya Ardel.
Fadian sedikit terkejut mendengar itu, Fadian tak langsung percaya.
"Gue ga percaya, bisa aja kan lo ngaku-ngaku, lo siapanya gitu." Elaknya.
"Lo ga percaya?" Agsan tersenyum manis, "Bentar ya gue panggil dulu bunda Ardel." Agsan pun masuk lagi ke dalam untuk memanggil bundanya.
Beberapa saat setelah itu akhirnya Agsan keluar bersama bundanya.
"Nih gue udah bawa bukti, ini calon mertua gue," sembari menatap ke arah bundanya, "Dan dia calon istri gue, kita tuh udh dijodohin, makanya serumah" Lanjutnya lagi.
"Mana mungkin bisa gitu." Elak Fadian yang masih tetap tidak percaya.
"Ya bisa lah, kenapa lo." Ketus Ardel, "Iya nak, dia sudah bunda jodohkan dengan nak Agsan" Jelas bunda mereka yang sudah sekongkol.
Agsan dan Ardel pun pergi dengan menaiki mobil putihnya itu, sedangkan Fadian masih menatap tidak percaya.
Fadian pun segera pergi menuju sekolah, menjalankan motornya tepat di belakang mobil mereka.
⛄❄⛄
Tbc💕
Hallo manteman apa kabar? Gimana suka ga ? Semoga suka ya..Oh iya jangan lupa buat vote and comentnya juga supaya kita bisa lebih intro kekurangan. Karena kritik saran dibutuhkan
Makasiii💕💕💕
Salam manisDelyarvi
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti balok es
Teen Fiction"kamu itu rese, so ganteng, alay, ga tau malu, so cool. Intinya saya gasu- ." Tiba-tiba ucapan Ardel tertahan oleh jari telunjuk Fadian. Mereka terdiam dan saling betatap mata seakan-akan kini mereka berada dalam suatu drama. "Terserah lo, gue ga...