[5] Memilih Fakta

74 12 1
                                    

Tidak ada yang terlalu menarik dari hidupku, juga tidak ada yang terlalu mengenaskan untuk diceritakan. Mungkin itu sebabnya aku menyukai hiperbola, segala yang kuceritakan jadi terdengar luar biasa.

Tapi bukankah setiap penulis adalah seorang hiperbolis?

Apa yang menarik dari sebuah cerita apa adanya? Bahkan yang apa adanya itu juga hiperbola.

Aku bukan penggemar akhir kisah manis, mungkin sedikit condong pada yang tragis. Kau tahu kenapa? Karna hidup memang seperti itu.

Yang manis banyak bermukim dalam bual dan yang tragis susah diusir dari hayal, beberapa berakhir gila agar segala dalam hidupnya nampak maya. Tapi, sungguh siapapun pasti tahu hal ini fana.

Pilihan yang sedikit menggiurkan bagiku, khususnya bagian menghabiskan banyak waktu di rumah sakit jiwa. Target utamaku tentu pemeran pesakitan. Aku bisa bertingkah sesukaku tanpa peduli norma atau batasan. Aku terbebas dari peraturan dan tuntutan dunia.

Bebas.

Ah nampaknya terlalu menggiurkan untuk jiwa-jiwa sepertiku, sebab aku lebih dari tahu hal macam itu banyak mustahilnya. Karna nyatanya aku hanyalah remaja tanggung yang kebingungan, takut terluka tapi mendambakan sakit. Bodoh dan sedikit gila.

Lupakan.

Sudah kubilang setiap penulis adalah penggemar hiperbola, dan ya! Setiap penulis adalah pembohong. Ada banyak kebohongan yang kami ceritakan, kebohongan-kebohongan itu hidup dalam kepala, dibiarkan subur dan berkeliaran begitu saja. Itulah jalan ninja kami, hidup dalam jutaan kebohongan yang secara hebat kami percayai.

Bukan membohongi diri sendiri, karna sungguh kami tak pernah berencana melakukannya. Semuanya mengalir tanpa kami duga, semacam mantra avadra cadavra lalu BUM BUM BANG! Semua berubah begitu saja.

Lupakan.

Sudah kukatakan aku seorang hiperbolis, kenapa kau begitu mudah diperdaya? Kenapa kau malah mendorongku makin jauh dalam kebohonganku?

Ya! Kau yang mendorongku makin jauh dengan percaya begitu saja. Membuatku menikmati hidup sebagai pembohong ulung.

Lupakan.

Sudah kukatakan aku pembohong, kenapa masih percaya? Kau itu dungu atau tolol? Pantas aku sampai sejauh ini, ternyata kau bodoh sekali.

Kalau ada yang bisa kusalahkan atas segalanya itu pasti kau, karna aku tidak salah. Tidak dan tidak pernah. Dunia inilah yang salah, aku benar.

Lupakan.

Sudah kubilang aku bodoh dan sedikit gila, jangan memasang wajah heran menjijikan itu!
Aku muak!

Kau dan suluruh dunia sama saja, kalian semua memuakkan. Begitu menggiurkan untuk dilenyapkan, mungkin Tuhan mendengar doaku dengan membasmi banyak dari kalian belakangan ini.

Lupakan.

Tutup saja bacaan ini. Karna seperti yang kubilang, seluruh dunia itu memuakkan.

Sudut CiptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang