HAECHAN PANIK!

4.7K 631 45
                                    

Sesuai judulnya, Haechan panik. Soalnya pacarnya nggak bisa dihubungi. Bener-bener kejadian yang langka. Biasanya cowok bule itu selalu rempong ngechat dia kalo nggak ketemu, ini sejak semalem Mark Lee nggak ngehubungin dia sama sekali!

Yang bikin Haechan makin gelisah tuh karena hari ini kuliah libur. Jadi Mark juga gak bakal nongol di rumahnya. Kan kalo misal kuliah, dia bakal ketemu Mark, cowok itu pasti jemput dia. Kalo misal gak jemput baru Haechan tahu ada apa-apa sama cowoknya. Tapi kalo libur gini kan mana dia tahu Mark kenapa.

"Kenapa sih anak Mama panik banget pagi-pagi begini?" Mamanya yang dari tadi merhatiin Haechan gelisah di ruang tengah akhirnya nanya.

"Mark, Ma. Dia tahu-tahu ngilang dan nggak bisa dihubungi."

"Belum bangun kali." Mamanya nanggepin.

"Ih dia dari semalem nggak ada kabarnya. Mana ini udah mau siang. Mark tuh nggak mungkin tidur selama ini."

"Yaudah datengin aja ke apartemen atau ke rumahnya."

"Yaudah deh, Haechan samperin."

Jadi di sinilah Haechan tiga puluh menit kemudian. Udah di depan pintu apartemen Mark. Kalo Mark nggak ada di sini, nanti Haechan bakal ke rumahnya.

Tapi niatan Haechan akhirnya batal karena dia ngelihat Mark dalam kondisi mengenaskan di atas ranjang. Mukanya bonyok, terutama di bagian sudut bibirnya. Pipinya juga lebam.

HAECHAN PANIK!

"ASTAGA MARK! KAMU KENAPA?!"

Nggak usah ditanya, Haechan langsung nangis kejer liat penampakan Mark. Muka ganteng Mark emang masih ganteng, tapi ada bonyoknya. Dia belum pernah lihat Mark kaya gini sebelumnya.

Pikiran Haechan udah kemana-mana. Apa cowoknya dibully? Tapi nggak mungkin. Atau mungkin dijambret? Tapi nggak tahu kenapa, Haechan ngerasa ini ada hubungannya sama Eric.

Sumpah kalo beneran karena alasan itu, Haechan nggak tahu lagi gimana rasa bersalahnya dia karena udah manasin Mark kemarin.

Haechan dengan kepanikan luar biasa langsung ngehambur ke ranjang Mark. Cowok itu terus kebangun dengan mata setengah melek setengah merem dia natap Haechan dengan bingung.

"Siapa?"

Lihat kebingungan Mark itu, Haechan tambah kejer. Ini cowoknya mendadak hilang ingatan?????

"Kamu kenapa sih Yang huhu"

Ini Haechan nangis udah kaya bayi yang direbut dotnya. Histeris dan kenceng banget.

"Sunshine?"

"Hiks kamu inget aku?"

Mark tiba-tiba ketawa. Tapi cuma dikit, soalnya dia langsung aduh-aduh, bibirnya sakit.

"Kamu kenapaaaaa?" Haechan nanya di sela-sela tangisannya.

Ini nih, kalo Mark nggak bonyok udah pasti gemes gemes geli sendiri lihat kepanikan Haechan. Ya tapi kalo dia nggak bonyok juga nggak mungkin Haechannya begini.

"Nggak kenapa-napa yang." jawab Mark susah payah. Bibirnya sakit coy nggak bisa banyak gerak. Jadi gabisa tium tium.

"Nggak kenapa-napa apanya? Kamu bonyok gini. Ngaku sama aku kamu abis berantem sama siapa?" Haechan nanya lagi, masih dalam keadaan sesenggukan.

Marknya ngusap pipi basah Haechan, "kamu kok nangis sih? Jangan nangis dong, aku jadi sedih."

"Kamu yang bikin aku nangis." Haechan nyahut. "Kamu beneran berantem sama Eric?"

Mark diem. Tapi buat Haechan, itu cukup untuk membenarkan dugaannya. Nangisnya makin kejer lagi. Seketika benar-benar merasa bersalah. Coba kemarin dia nggak bilang gitu ke Mark, cowoknya pasti nggak kaya gini.

"Maafin aku yaaanggg" Haechan langsung nubruk badan Mark. Dia peluk Mark yang masih tiduran sambil nangis.

"Aduh aduh sakit yang"

Haechan langsung duduk lagi. Nangisnya makin kenceng.

"HUAAAA AKU MALAH NYAKITIN KAMU HUHUHU"

Tuhan gemes banget. Mau Mark kantongin aja rasanya.

"Cup cup sayaaaang, udah ya nangisnya? Bibirku masih sakit, kalo kamu nggak berhenti nangisnya, aku harus ngomong terus sampe kamu diem, nanti bibirku makin sakit."

Denger omongan Mark barusan Haechan langsung diem. Meskipun masih sesenggukan dikit, tapi dia udah nggak meraung-raung kaya tadi. Dia nggak mau Mark makin kesakitan.

"There there, good girl." Mark ngepuk-puk kepala Haechan.

"Aku bukan anjing tauuuuu" Haechan mencep-mencep.

"Kita ke dokter aja, ya? Aku anterin." Haechan nawarin.

Marknya gelengin kepalanya. "Dikompres-"

"Sst, kamu gak boleh ngomong dulu, nanti tambah sakit." Haechan naro telunjuknya di depan bibir Mark.

"Pokoknya ke dokter. Aku nggak mau nanti kalo ada infeksi atau apa. Titik. Kalo kamu nolak aku nangis lagi bodo amat."

Mark akhirnya senyum-senyum aja. Gemes, takjub, makin sayang sama Haechan pokoknya.

Nggak sia-sia dia berantem sama Eric. Ini nih yang namanya sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Udah jaminan Eric nggak ganggu Haechan lagi, ditambah pacarnya semenggemaskan ini.

MARK AND HAECHAN AGAINST THE WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang