2.

10.9K 592 21
                                    

Happy Reading.

*

'Shit katakan namamu Brengsek' Jimin terkekeh geli saat mengingat Aliya yang mengumpat dirinya, karena tidak mau memberitahukan nama lengkapnya pada Aliya.

Jimin tau Aliya, putri Universitas yang terkenal angkuh dan arogan. Melakukan apapun semaunya dan bertindak layaknya seorang penguasa. Walaupun Jimin baru dan tidak akan lama disini, tapi Jimin bisa menebak apa yang terjadi disekitarnya dengan mudah. Termasuk taruhan yang Aliya dan teman-temannya lakukan terhadapnya.

Bermain-main dengan manusia sepertinya sangat menyenangkan. Jimin juga butuh waktu senggang untuk menjernihkan pikirannya. Tugas dan tuntunannya untuk menemukan seorang yang dicari kerajaannya selama 20 tahun lebih ini membuat Jimin terbebani. Tapi itu sudah tugasnya dan karena pada dasarnya Jimin memang butuh.

Mata Jimin mendongak keatas langit. Memperhatikan matahari yang masih ada tepat diatasnya. Hari sudah siang dan ini waktunya makan siang. Kantin sedang ramai dan Jimin benci keramaian. Memilih menyendiri dibelakang kampus dan ditemani beberapa buku mengenai ilmu manusia.

Kadang Jimin berfikir menjadi seorang penguasa lebih mudah dari pada menjadi seorang pelajar. Tidak ada aturan ataupun tuntutan untuk membaca buku. Jika bukan karena ayahnya, Jimin tidak akan mau turun ke bumi.

Pluk! Jimin terkejut saat menerima lemparan Snack yang mendarat tepat dipangkunya. Menengok kebelakang dan menemukan Aliya yang berjalan kearahnya.

"Kufikir kau ke kantin dengan teman-temanmu" memilih mengabaikan Aliya dan kembali fokus pada bukunya. Jimin tau jika Aliya orang yang sangat berisik dan Jimin benci kebisingan.

"Kau punya telinga?" Memekik kesal saat Aliya duduk disampingnya dan menarik telinganya. Menatap tajam Aliya yang sudah duduk sempurna disampingnya dengan wajah yang dibuat manis. Palsu, Jimin tau ini hanya trik untuk menarik perhatiannya.

"Tidak kau makan?" Memilih melemparkan lagi Snack pada Aliya. Hingga Jimin mendengar jelas gumaman kesal Aliya.

"Aku sudah susah-susah membawanya"

"Aku tidak minta"

"Setidaknya hargai itu"

"Apa peduliku?"

"Berikan sedikit respon"

"Aku tidak mau" jawaban Jimin benar-benar membuat Aliya naik pitam dan kesal. Seumur hidupnya baru kali ini dirinya diabaikan dan diberi jawaban seketus dan sedingin ini. Jika bukan karena Yerim yang mau jadi pembantunya selama 1 bulan, Aliya tidak akan Sudi melakukan ini. Apalagi berurusan dengan si Park Jimin sialan ini.

"Bajingan Sialan" umpat Aliya yang melempar buku yang ada ditangan Jimin.

"Apa yang kau lakukan?" Aliya tidak takut mendengar nada marah dipertanyaan Jimin.

"Berhenti membuat mu mengabaikan ku dan sibuk dengan buku datar itu. Percayalah jika buku sialan itu 1000 kali tidak lebih menarik dari pada aku. Itu hanya buku sialan jadi berhenti mengabaikan aku" Jimin menatap wajah Aliya yang memerah. Terlihat sekali jika Aliya sedang marah.

"Apa yang kau inginkan dariku?" Senyum Aliya akhirnya terukir. Bukan senyum manis melainkan senyum kemenangan.

"Kau. Berkencan lah denganku" jawab Aliya tegas dan membuat Jimin menyunggingkan senyum sinis.

"Dalam mimpi pun aku tidak sudi" setelahnya Jimin berlalu meninggalkan Aliya yang diam ditempat. Wajah Aliya kembali memerah dan ia siap mengumpat.

"Park Jimin Sialan. Kupastikan kau akan berlutut dan memintaku untuk menjadi wanitamu. Kau akan menyesal Bodoh"

*

This Not Dream 🔞 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang