FfH_2

206 14 0
                                    

PRANG......

"Brengsek.!"

Suara pecahan benda yang di banting dan umpatan pun terdengar.

Itu semua sudah terbiasa terjadi. Setiap pagi. Setiap hariii.

Seorang gadis yang tengah duduk di ranjangnya menatap keluar jendela dengan tatapan hampa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seorang gadis yang tengah duduk di ranjangnya menatap keluar jendela dengan tatapan hampa.

Dia bahkan tak mengindahkan suara pecahan benda dan makian sang abang.

Dia tak merasa terusik sekalipun.

Sudah 4 tahun berlalu.
Semuanya berjalan begitu saja.

Semenjak dirinya sadar dari koma 3 tahun lalu, abangnya Leo telah banyak berubah.

Tak lagi dia temui tatapan hangat dari mata seorang Leo. Tak lagi ada senyum manis yang dia lihat dari bibir seorang Leo. Yang ada dan tersisa saat ini adalah tatapan kosong. Mulut yang selalu  memaki pada apa saja yang membuatnya kesal. Bahkan kini seorang Leo pun mampu untuk mengasari dirinya.

Memukulnya. Menamparnya. Bahkan hampir membunuhnya.

Semua itu karena luka yang Leo rasakan di hatinya hingga dia tak mampu mengontrol dirinya sendiri.

Leo teramat terluka. Tapi dia lupa jika bukan dia seorang lah yang terluka akan kehilangan orang tuanya. Aleysia pun juga sama terlukanya.

Aleysia juga sama hancurnya. Dan dia semakin hancur saat harus menyaksikan anggota keluarga satu-satunya tak lagi bisa membenahi diri. Leo telah rusak.

.
Bau asap rokok memenuhi ruangan itu. Lantai pun kini  dipenuhi pecahan benda dan juga puntung rokok yang berserakan.

Aleysia hanya memandang dengan datar ke arah laki-laki yang kini tengah berbaring di sofa dengan tangan yang menutup kedua matanya.

Lagi. Leo harus pulang dengan bau minuman keras dan juga amarah yang tertinggal.

Dan lagi setiap pagi Aleysia harus membersihkan kekacauan yang Leo lakukan di rumah mereka yang telah mereka tinggali selama 3 tahun terakhir.

Dengan memakai masker Aleysia mulai menyapu sampah kaca dan puntung rokok di lantai.

Dia benci asap rokok.

Dia melakukan sepelan mungkin agar tidak mengusik Leo yang tengah terlelap.

Jujur, Aleysia sangat prihatin dengan keadaan Leo. Bagaimana mungkin seorang Leo yang dia kenal baik dan rapi kini menjadi kacau dan rusak.

Setelah membersihkan kekacauan yang Leo buat, Aleysia pun mulai mencuci pakaiannya dan juga Leo.

Selama ini dia yang tak pernah membersihkan rumah, kini harus turun tangan membersihkan rumah dan lainnya. Dia tak lagi mampu untuk membayar seorang asisten. Jangankan membayar asisten, untuk makan sehari-harinya saja Aleysia harus berhemat. Tak jarang dia harus menahan rasa lapar yang menggerogotinya karena dia tak memiliki uang untuk membeli makanan.

Jangan tanyakan Leo. Laki-laki itu bahkan tak perduli jika Aleysia sudah makan atau belum. Yang dia pedulikan adalah Aleysia harus memiliki uang agar dia mampu memenuhi hasratnya di club malam tempat langganannya selama 3 tahun terakhir ini.

Selesai dengan pekerjaannya, Aleysia pun membuat roti selai untuk sarapannya pagi ini.

Setelah itu dia mulai melangkahkan kakinya yang sedikit pincang keluar rumah.

Rumah yang dia tempati berada di gang sempit dan tak memiliki tetangga.

Dulu sebelum Leo membelinya, rumah itu adalah sebuah gudang yang tak terpakai. Lalu atas kerja tangan Leo gudang itu kini menjadi sebuah rumah yang cukup layak untuk di tinggali mereka berdua.

Butuh 10 menit untuk Aleysia sampai pada jalan raya dan juga halte bis. Dia harus menaiki bis untuk sampai pada tempat kerjanya.

Sebuah toko bunga yang bernama Flowers menjadi tempat Aleysia mengais rezekinya. Sudah satu tahun Aleysia bekerja disini. Pemilik toko yang ramah dan baik hati membuat Aleysia betah bekerja disini. Bahkan sosok Bu Zara yang lembut dan baik hati membuat Aleysia merasakan sosok Mama ada pada diri Bu Zara.

"Selamat pagi Ibu."
Sapa Aleysia pada Bu Zara yang baru saja selesai menata beberapa bunga di luar tokonya.

"Pagi Aley... kamu sudah sarapan.?"
Tanya Bu Zara dengan lembut.
Aleysia mengangguk dan tersenyum. Dia pun masuk kedalam toko untuk meletakkan tas selempangannya lalu membantu Bu Zara menata beberapa pot bunga lainnya.

"Bagaiman abang mu ? Dia tak memukulmu lagi kan.?"
Tanya Bu Zara kini menatap Aleysia dengan tatapan seolah ingin tau.

"Tidak. Lebih tepatnya pagi ini tidak. Kaki ku belum sembuh."
Jawab Aleysia dengan tersenyum seraya menunjukkan kaki sebelah kirinya yang meninggalkan luka memar akibat perbuatan Leo.

Bu Zara menatap prihatin ke arah Aleysia.

"Aku tidak apa-apa."
Ucap Aleysia meyakinkan.

Dia pun kembali sibuk dengan aktifitasnya. Membiarkan Bu Zara yang masih menatap ke arah Aleysia.

Ada tatapan sayang dan juga kesedihan di mata Bu Zara saat menatap Aleysia. Dia memiliki anak. Hanya saja anaknya saat ini tengah bekerja si negri sebrang dan jarang sekali pulang untuk menjenguknya. Lalu satu tahun lalu saat Aleysia datang ke tokonya untuk mencari pekerjaan dia merasa beruntung karena kehadiran Aleysia yang ceria dan penuh semangat membuatnya merasa terhibur dan juga mengobati rasa hampa di hatinya akan kerinduan akan anaknya yang jauh disana.

Aleysia sangat terbuka padanya. Awalnya saja Aleysia tertutup dan cendrung diam. Tapi sekarang gadis itu penuh keceriaan dan juga semangat.

Saat dia mendengar cerita Aleysia tentang masa lalu keluarganya, dia sangat sedih. Apa lagi saat dia mengetahui bagaimana Leo memperlakukan Aleysia selama ini. Dia marah namun tak bisa berbuat apa-apa saat Aleysia lebih memilih tinggal bersama Leo dari pada dengan dirinya.

Alasannya Aleysia tak ingin membiarkan abangnya sendirian dirumah dan tak ada yang mengurusnya.

"Hanya bang Leo yang kupunya saat ini. Jadi aku tak akan meninggalkannya. Mau bagaimana pun dia memperlakukanku."

Masih diimgat dengan jelas perkataan Aleysia saat itu di benak Bu Zara.

Bagaimana mungkin anak semuda Aleysia harus mengalami nasib seburuk ini. Batin Bu Zara kala itu.

Dibalik senyum ceria Aleysia Bu Zara tau jika Aleysia adalah gadis yang rapuh. Hanya saja dia menutupi serapat mungkin agar tak ada yang tau serapuh apa dirinya.

"Permisi."

Suara seseorang tiba-tiba mengejutkan Bu Zara yang tengah asik melamun.

Cepat-cepat Bu Zara menguasai dirinya lalu dilihatnya seseoarang yang kemungkinan adalah pelanggan pertamanya pagi ini.

"Iya. Ada yang bisa saya bantu."
Ucap Bu Zara kemudian dengan senyum manis di wajahnya.

"Saya ingin mencari bunga 
lily putih."
Sahut laki-laki itu.

Bu Zara pun mulai mencari keberadaan bungan yang tengah di cari oleh pelanggannya dan saat menemukannya Bu Zara pun mulai bertanya dan mulai merangkainya sedemikian rupa.

Laki-laki itu berdiri diam. Lalu matanya mulai menjelajah mengamati sekitarnya.

Dan... tatapannya pun berhenti pada sosok Aleysia yang tengah kesulitan memindahkan pot besar di hadapannya.

Dia bahkan meringis karena merasa berat dan mendesah lelah karena tak mampu menggeser barang seinci pot besar itu.

Menurut Aleysia pot itu harus di pindahkan agar tak menghalangi pandangan pengunjung nantinya.

Laki-laki itu tersenyum menatap Aleysia. Namun bukan senyum ramah atau geli yang dia perlihatkan. Senyumannya mengandung artiii....

Ahhh... entahlah...







Fight for HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang