FfH_4

156 13 1
                                    




.
Pagi ini Aleysia berangkat kerja lebih pagi. Leo tidak membuat masalah pagi ini jadi dia bisa pergi lebih awal.

Kakinya pun sudah tak lagi sakit. Walaupun masih meninggalkan bekas lebam namun Aleysia tak lagi merasa sakit saat dia berjalan.

.
Hari ini toko lebih ramai dari biasanya. Aleysia bahkan sedikit kualahan melayani permintaan pengunjung yang bermacam-macam.

Bu Zara hanya memiliki satu pegawai yaitu Aleysia seorang jadi saat keadaan ramai seperti ini Aleysia tampak sekali kualahannya. Tapi Aleysia tidak akan mengeluh dan meminta Bu Zara mencari pegawai lagi.

Pukul 4 toko pun sepi. Aleysia pun menjadikan itu peluang untuknya beristirahat.

"Permisi."

Sapaan seseorang mengejutkan Aleysia yang tengah menelungkupkan wajahnya di meja tempat biasa Bu Zara duduk mengawasinya.

Sore ini Bu Zara memilih pulang lebih awal karena mendapat kabar jika suaminya sedang tidak enak badan. Jadi beliau pun meninggalkan Aleysia seorang diri di toko.

"Selamat sore. Ada yang bisa saya bantu Tuan.?"

"Saya mencari lily putih."
Ucap laki-laki yang menatap Aleysia tajam.

Aleysia membalas tatapan itu.
Dia tersenyum untuk menutupi kegugupannya.

"Maaf.. tapi persediaan telah habis. Besok kami akan menyediakan lagi."
Jawab Aleysia masih dengan senyum di wajahnya.

Laki-laki itu diam. Masih menatap Aleysia.

"Kalau begitu bisa temani saya minum kopi di sebrang ?"

Sontak permintaan laki-laki itu membuat Aleysia terkejut. Ini terlalu tiba-tiba.

"Maaf tuan. Saya sedang bekerja."

"Kalau begitu saya tunggu hingga kerjaan kamu selesai."

Aleysia tidak tau harus berkata apa lagi. Setelah mengatakan kalimat tersebut laki-laki itu keluar dan duduk di luar toko.

Hingga jam kerja Aleysia selesai laki-laki itu masih menungguinya. Dia tidak main-main dengan omongannya.

Laki-laki itupun membantu Aleysia mengemasi beberapa bunga lalu menutup toko.

Tidak enak untuk menolak, Aleysia pun ikut laki-laki itu menuju cafe di sebrang toko.

Mereka duduk dan memesan.

Secangkir copi menemani sore mereka di dalam cafe itu.

"Bisa saya tau siapa nama kamu.?"
Tanya laki-laki itu.

"Saya Aleysia tuan."
Jawab Aleysia sambil menundukkan kepalanya.

"Panggil saya Albie."

Dan seketika mengalirlah beberapa obrolan dari keduanya. Walau masih terlihat canggung tapi keduanya seolah tengah berusaha untuk tetap membuat suasana diantara mereka terlihat  santai dan lebih nyaman.

Hingga pukul 6 keduanya baru memutuskan untuk beranjak dari duduk dan obrolan mereka.

Albie mengutarakan untuk mengantarkan Aleysia pulang  dan di iyakan oleh Aleysia. Namun Albie tidak mengantar langsung sampai rumahnya hanya sampai gang karena jalan menuju rumah Aleysia tak dapat di lalui oleh kendaraan beroda empat.

.
Aleysia pulang dengan senyum merekah diwajahnya. Berjalan di sepanjang jalan sempit dengan perasaan yang senang.

Albie sosok yang hangat saat mereka mengobrol tadi. Awalnya Aleysia berfikir jika Albie merupakan sosok yang dingin dan kaku namun ternyata fikirannya salah. Albie sosok yang hangat dan menyenangkan. Dia bahkan merasa nyaman saat mengobrol dengan Albie.

Fight for HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang