Juli, 2018
Ku tatap seisi ruangan yang baru ku kenal beberapa hari lalu ini. Yang keberadaan nya ku dapat dari ayah ku hingga aku menetap di sini. Ya, di sini lah awal mula belajar ku di masa menengah atas, lebih tepat nya Sekolah Menengah Kejuruan yang aku sendiri tak mengerti mengapa aku bisa sekolah di tempat sejauh ini. Kata ayah ku, faktor ekonomi lah pengaruh utama mengapa aku bisa ada di sini.
Aku masih memperhatikan seseorang yang tengah menulis sesuatu di depan sana. Hari ini adalah hari terakhir Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan 2 hari berikut nya akan di lanjut dengan Masa Pengenalan Kepramukaan (MPK). Ku lihat dari kejauhan orang yang berdiri di depan kami semua siswa siswi baru. Sepertinya dia adalah salah satu panitia untuk acara MPK nanti.
Setelah cukup lama terdiam aku pun menanyakan tulisan yang ada di depan itu karena mata ku yang minus.
"Eh itu lagi nulis apa sih?" tanyaku pada salah seorang temanku, Dewi.
"Itu..Pembagian kelompok buat MPK" jawabnya.
"Ohh..Nanti mau pinjem bukunya ya? Ga keliatan soalnya" pintaku.
"Iya santai aja" ternyata teman sebelah ku ini baik juga walau aku belum begitu mengenalinya.
Saat aku tengah asyik menyalin tulisan dari buku Dewi, aku mendengar seseorang memanggil namaku.
"Aulia" panggil seseorang di belakangku. Sejujurnya aku tidak suka bila aku di panggil Aulia, aku lebih senang bila di panggil Najwa.
"Iya?" aku menoleh ke sumber suara itu.
"Lo Aulia kan? MPK nanti kita sekelompok, lo jadi ketua kelompok yah?" pintanya.
"Aku? Ah jangan yang lain aja, Aul gabisa" sebisa mungkin aku membiasakan diri dengan panggilan 'Aulia'ku.
"Yaelah ul baku amat" lanjut teman di sebelah nya.
"Udah Aul lo aja, pasti bisa kok" pinta seorang temanku yang lain di belakang.
"Emang ga ada yang lain gitu, yang lain aja Aul gabisa beneran" aku masih terus menolak.
"Ga ada ul, kalo ada mah ga bakal gue maksa lo gini " jawab nya, bahkan aku masih belum mengetahui siapa namanya.
"Eh kelompok 4, ini udah ada ketua kelompok nya ya...Cantika, ga ada yang komen plis" Seseorang berteriak di belakang ku dan membuat kami menoleh ke belakang.
"Nah itu udah ada kan, yaudah yah hehe.." aku terkekeh dan tersenyum lega. Sejak awal aku memang sudah bertekad agar menjadi orang pendiam dan tak banyak tingkah seperti di sekolahku dulu.
"Ish, apaan sih dia" gerutu nya.
"yaudah deh padahal kita pengen nya elo ul, lo itu dewasa dan bisa mimpin kita" jelas dia yang dari tadi membujuk ku.
"Jangan berlebihan gitu, Aul gabisa apa apa demi deh" jawabku.
"Yaudah ul gue ke belakang dulu ya, oh iya jangan lupa abis acara ini kita kumpulan buat nyiapin perlengkapan kelompok" ujarnya.
"Iya siap" jawabku.
Temanku itu pun pergi dari tempatku dan berjalan ke tempat duduk nya. Aku melihat ada perasaan kecewa di sana, tapi mau bagaimana lagi aku juga tak ingin membuat kecewa teman kelompok ku yang lain.
Kring..kring..kring.
"Baiklah mungkin hanya ini yang dapat kami sampaikan terimakasih atas perhatian nya, sampai ketemu dua hari ke depan semua nya" orang yang tadi menulis di depan kami pun mengundurkan diri setelah dia menjelaskan. Didampingi 3 orang teman nya yang sepertinya juga bagian dari panitia acara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine[ON GOING]
Teen FictionUntukmu, dengan segala kelebihan dan kebebasan mu Dari aku, dengan segala kekurangan dan keterbatasan ku "I love you more than you know"