13. Permintaan

40 4 33
                                    

Ting!

WhatsApp

Ka Fadil: "bisa tunggu bentar? Gue ada piket"

Aku menghembuskan nafas seraya menatap ponselku, kemudian melirik jam tanganku.

16.30

Ini mau berangkat jam berapa elah.

"Aulia?" Seseorang menepuk pundakku.

Aku menoleh, "eh, Ka Dafa"

"Bukannya lo di asrama? Kok ga pulang kesana?" Tanyanya menunjuk asrama putri.

"Oh itu kak, mau ngambil kamera buat acara OSIS nanti" jawabku.

Hari ini aku memang sudah berjanjian dengan Ka Fadil untuk mengambil kamera di rumahnya.

"Emang mau pake kamera siapa?" Tanya Ka Dafa, aku bingung, bagaimana ketua OSIS tidak mengetahui hal ini.

"Pake punya Ka Fadil ka, ini mau ngambil ke rumahnya" jawabku.

"Fadil?oh..oh..iya iyaaa..gue emang nyuruh dia Haha aduh kok gue lupa" ucapan Ka Dafa benar-benar seperti maling yang tertangkap basah.

"Dafa!!" Teriak seseorang dari arah sekolah, aku dan Ka Dafa menoleh kearahnya. Orang yang memanggil Ka Dafa tadi berlari, tatapan nya terus menuju pada Ka Dafa seakan-akan Ka Dafa melakukan kesalahan.

Ini ada apa sih?!?

"Ngapain lo?" Tanya Ka Fadil pada ka Dafa saat sudah sampai disini.

"Nanya doang gue elah sekalian jagain ya ul?" Ujar Ka Dafa sembari menatapku, aku hanya terdiam menatapnya penuh tanya.

"Udah sana, gue, mau ambil, kamera" ucap Ka Fadil yang entah kenapa seperti sedang gugup, aku melihat ekspresi Ka Dafa yang seperti menahan tawanya.

"Iya Iya sana ambil kamera" balas Ka Dafa lalu menatapku, "hati-hati ya dek, jangan ribut lagi kasian dia ngelamun terus"

"Woy dah sana lo pulang!!" Ka Fadil tiba-tiba mendorong Ka Dafa menjauhkan dari pandanganku.

Mereka beneran kenapa deh?

"Sana sana sana" aku masih bisa mendengar usiran Ka Fadil serta suara tawa Ka Dafa dari tempatku berdiri.

Setelah Ka Dafa benar-benar pergi, Ka Fadil berbalik ke arahku dan berjalan, aku hanya diam saat dia benar-benar menatap ku sepanjang dia berjalan.

Apa sih.

"Hayu" ajaknya. akupun mengambil langkah lebih dulu yang di susul nya kemudian.

"Mau kemana?" Tanyanya dibelakangku.

Aku berhenti dan menoleh kearahnya.

"Kita naik motor, jauh soalnya"

***

Sebuah rumah bercat putih dengan pagar hitam yang di kelilingi dengan pepohonan berbuah. Aku sudah sampai didepan rumah Ka Fadil.

"Kok diem? Ayo masuk" ajaknya melihatku hanya terdiam memandangi rumahnya.

"Aku masuk juga?" Tanyaku sembari menunjuk diriku.

"Ya ngapain gue ngajak kalo lo cuma berdiri diluar, ayo" jawabnya lalu menarik tanganku.

Ka Fadil membuka gerbang dan berjalan menuju pintu rumahnya, motornya tidak dibawa masuk, aku hanya tertarik pasrah dibelakangnya.

Entah, perasaan sedihku kemarin seakan hilang dan terbayar dengan hal ini.

'Ka Fadil membawaku ke rumahnya'.

Tok..tok..tok..

"Assalamualaikum.." ucap Ka Fadil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mine[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang