4.Drama#3

61 21 10
                                    


"Fadil sialan!!!" seru kak Nendra kepada kak Fadil yang berada di belakang pak Sopian.

Kak Nendra kembali hendak memukul kak Fadil yang kemudian terhenti karena teriakan pak Sopian.

"PERGI KAMU!!!"

Seketika semua nya terdiam. Beberapa teman ku yang sejak tadi menangis pun terdiam. Aku tertegun karena baru ini melihat pak Sopian se marah ini.

"Pak, sa"

"KELUAR SEKARANG JUGA!! SAYA GAMAU LAGI LIAT KAMU ADA DI SINI!! DASAR PERUSAK SUASANA!! PERGI KAMU!! GA PERLU REPOT REPOT DATANG KE SINI. SAYA BISA CARI YANG LEBIH BAIK DAN TIDAK KURANG AJAR SEPERTI KAMU!!"

Semia hening. menatap pak Sopian dan kak Nendra bergantian.Muka pak Sopian memerah. Beberapa panitia pun terlihat seperti menahan gerakan pak Sopian agar tak mendekati kak Nendra sementara Ka Fadil sudah di tangani oleh Ka Renald.

Kak Nendra hanya terpaku sembari menatap pak Sopian tak percaya. Yang kemudian tanpa berkata kata kata ia langsung tertarik oleh panitia yang membawa nya keluar dari perkemahan itu.

Aku masih mendengar beberapa teman ku yang menangis, yang di rangkul oleh beberapa panitia yang juga ikut menangis. Para peserta laki laki pun masih terlihat shock dengan raut wajah yang terlihat bingung. Aku juga melihat panitia yang tadi bertengkar di depan perlahan lahan menurun kan harus wajah nya. Seakan tenang kembali. Dan aku memperhatikan kak Fadil yang mengusap wajah nya kasar.

"Udah ayo sekarang semua peserta dan panitia duduk dulu" ujar Pak Sopian. Kami pun mengikuti Pak Sopian menuju pendopo.

Aku mencari tempat di ujung paling belakang. Berusaha mencari ketenangan di sana karena kalut nya suasana saat ini.

"Sudah sudah semaunya tenang" Pak Sopian mengawali pembicaraan. Kami pun dengan seksama mendengar kan pak Sopian.

"Sebelum nya, saya mohon ijin kepada panitia untuk mengambil alih sementara acara ini" Potongnya yang di angguki oleh para panitia.

"Fadil, sini"
Pak Sopian memanggil kak Fadil yang masih berdiri di ujung barisan peserta laki laki. Aku memandangi nya sepanjang dia berjalan. Aku baru tersadar. Dialah lelaki yang mengenakan sepatu Dengan warna yang sama denganku.

Kak Fadil tanpa bicara menduduki tempat di sebelah pak Sopian tanpa memandang ke depan. Dia terus menunduk.

"Para peserta MPK tahun 2018 yang bapak cintai dan para panitia yang bapak banggakan.

Sebelum nya bapak mengucapkan terima kasih atas partisipasi kalian mengikuti acara MPK kali ini. Juga para panitia yang tetap bekerja keras selama acara.

Tanpa kalian tentunya acara ini tidak akan berlangsung walaupun acara ini tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan"

Aku melirik ke arah kak Fadil yang semakin membenamkan wajahnya. Antara kasihan, kesal dan lelah juga ingin segera pulang.

"Saya tetap mengapresiasi para panitia yang selalu bekerja dengan baik, terlebih kepada ketua pelaksana yang sudah berusaha semaksimal mungkin untuk sukses nya acara ini" ujar Pak Sopian seraya menepuk pundak kak Fadil.

"Dan juga, saya atas nama pihak sekolah dan mencakup panitia memeninta maaf sebesar-besarnya kepada para peserta yang hadir di acara ini"

Pak Sopian menatap kami semua.

"Saya tahu seharusnya kegiatan tadi tidak kalian lihat sejelas itu. Seharusnya itu hanya menjadi persoalan untuk panitia. Tidak dengan kalian.

Mungkin dengan ketua pelaksana yang sangat merasa bersalah kepada kalian, kak Nendra yang sedang di luar kendali, dan dukungan juga perlawanan dari panitia lain yang jadi pemicu kerusuhan tadi.

Saya sangat meminta maaf. Dan saya harap kalian tidak membicarakan ini untuk kedepannya karena ini adalah cela untuk kita semua"

Hiks hiks..

Semua tertoleh pada asal suara tersebut. Suara tangisan tertahan di sebelah pak Sopian. Benar. Itu suara kak Fadil.

Kek Renaldi segera menghampiri kak Fadil, mengusap ngusap pundak nya guna menguatkan.

"Jika ada yang ingin di sampaikan maka sampaikan dil. Saya yakin anak anak paham" Ucap pak Sopian sembari menepuk pundak kak Fadil pelan.

Kak Fadil mengusap hidung nya, lalu mengangkat kepala memandang kami, mulai berbicara.

"Saya tau ini sudah kelewatan. Saya meminta maaf pada kalian semua" ucap nya dengan suara sedikit gemetar di akhir kalimat itu.

Saya hanya ingin menampilkan semua yang terbaik untuk kalian, saya hanya ingin acara ini berhasil sesuai harapan saya, saya hanya ingin kalian sehat sepulang dari sini" tangisan nya menjadi jadi, Ka Renaldi yang sempat terhenti mengusap punggung Ka Fadil kembali menggerakkan tangan nya.

"Saya minta maaf" Henti nya yang langsung di lanjut dengan tangisan hebat.

Ya ampun, dia beneran nangis?

"Yaela gue ikut nangis kalo kaya gini mah" Salsa di depan ku ikut menitikkan air mata nya, yang kemudian ku lihat sekeliling sudah banyak peserta dan panitia yang ikut menangis.

"Sudah dil sudah" Pa Sopian menenangkan seraya menepuk pelan pundak kiri Ka Fadil.

"Sudah sudah semua kembali dengarkan bapa" arahnya.

"Sekali lagi, kami meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada para peserta atas kejadian..."

Ngenggg ngenggg ngenggg.

Ucapan pa Sopian terhenti karena bising nya kendaraan yang ada di depan bumi perkemahan, dengan dua orang lelaki di atas nya, meminum es kelapa.

Bentar, cowo itu kan..

"Eh gila,dia punya nyawa berapa berani kesini lagi!!" Ucap teman ku di sebelah salsa.

"Ga punya malu tu orang"

"Lahhh"

"Udah ga sehat itu dia"

"Gue gamau liat ribut lagi aduuhh"

"Eh tapi dia ko santai banget itu malah jalan sambil minum es"

"Sett dahh alumni gitu amat"

Semua orang mulai membicarakan kedatangan ka Nendra yang terkesan..santai?

"Kenapa liatin saya segitu nya kalian?" tanpa permisi dia langsung menaiki pendopo dan berbicara santai di depan kami.

Aku melirik sebentar, ku tatap pa Sopian yang memainkan hp nya dan Ka Fadil..terdiam?

"Langsung bilang aja tujuan Lo kesini mau apa" ucap Ka Fadil kembali dingin, dan dengan tatapan tajam nya mengarah ke Ka Nendra.

Mine[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang