Rey duduk di meja makan dengan diam, tidak seperti yang lain mereka berbincang, bergurau sampai tertawa tanpa menghiraukan Rey yang diam saja.
Rey sudah tau siapa wanita itu. Ternyata wanita itu adalah selingkuhan Ayahnya dulu ketika Bundanya masih ada. Dan dia juga penyebab Bundanya pergi untuk selama-lamanya. Rey pun tidak menyangka kalau Deon adalah Kakaknya, Lebih tepatnya Kakak beda ibu. Rey tidak bisa terima itu semua.
Rey sudah membenci hidupnya dan kini semakin membenci hidupnya. Kenapa Hidup Rey selalu dipermainkan.
Ingin rasanya Rey menyusul Bundanya.
"Rey kenapa diam saja? Ini masakannya enak loh, kata Bibi kamu yang masak ya?" Tanya Maurin untuk mencairkan suasana.
Namun, Rey diam saja tanpa menyaut ataupun menanggapi. Tatapannya kosong menatap piring berisi nasi dan lauk pauk yang belum ia sentuh sedikit pun."Rey!" Fery menggebrak meja membuat Rey terkejut.
"Kalau orang tua bicara itu dijawab, jangan diam saja. Kamu bisu?" Rey menelan ludahnya kasar. Takut, Rey sangat takut. Kenapa Ayahnya jadi tempramental.
"Mas jangan kasar seperti itu. Mungkin Rey kaget kita datang."
"Ayah, apa mungkin Rey gak suka sama kita?" Tanya Deon. Rey langsung menatap Deon dengan tatapan membunuh dibalas Deon dengan senyum smirk. Deon sengaja bertanya seperti itu agar Fery lebih bersimpati kepada dirinya.
"Enggak. Rey pasti senang karena dia punya Bunda baru dan juga Kakak baru." Ucap Fery dengan senyum lembutnya. Sangat berbeda ketika berbicara dengan Rey tadi.
Rey sedih kini Ayahnya sudah berubah, tidak seperti dulu yang penuh kehangatan.
Tidak kuat dengan drama yang dibuat Deon, akhirnya Rey menyeret kursinya lalu pergi tanpa berkata apapun.
"Rey! Mau kemana kamu, abisin makanannya." Teriak Fery, namun tidak Rey hiraukan.
***
Malam ini Rey tidak tidur sendiri lagi, kata Fery kamar untuk Deon belum disiapkan makanya untuk sementara Deon tidur dengan Rey dulu. Rey tentu keberatan tapi mau bagaimana lagi, ini perintah Fery yang mau tidak mau harus ia laksanakan.
Di kamar Deon tidak mau diam, kamar yang biasa rapih dan bersih kini berubah menjadi kapal pecah. Bukan hanya itu, Deon tidak mau membagi tempat tidur dan Rey terpaksa harus tidur di sofa.
"Awas Gue mau tidur." Rey menggeser tubuh Deon kasar. Tapi Deon tidak bergeming, dia malah menyumbat telinganya dengan Headphone, membuat Rey si empunya tempat tidur jengkel.
Karena kesal Rey mencabut Headphone lalu membuang sembarang. Deon merenggut kesal.
"Apa sih. Ganggu banget Lo jadi orang."
"Ini kamar Gue dan ini tempat tidur Gue. Gue berhak tidur disini. Mending Lo tidur aja sana di luar."
"Enak aja. Ayah kan udah bilang kalo sementara, Ini jadi kamar Gue." Saut Deon tidak kalah nyolotnya.
"Gak. Sampe kapan pun Gue gak mau berbagi kamar sama Lo!" Deon mengedikan bahu tidak peduli.
"Gue gak peduli Lo mau ngomong apa." Deon kembali memakai Headphone-nya.
"Shit!" Rey mengumpat kesal.
"Kasian ya jadi Lo. Udah gak punya Ibu, Ayah jarang pulang, hidup sendirian. Miris Gue kalo liat Lo." Ucap Deon tanpa menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me (HIATUS)
Teen FictionSeberapa berat masalahmu, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri dalam kegelapan itu.