Chapter 3

3.1K 383 14
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

IG @Benitobonita


Tessa duduk di kursi kayu yang berada di kamar tidur. Kepala gadis itu menunduk untuk menekuni buku akuntansi yang terbuka lebar di atas meja. Suara kipas angin yang berdengung dari sudut ruangan membuat dirinya mengantuk.

Ujian tengah semester akan dimulai dua minggu lagi. Mumpung sedang libur kerja, dia bisa mencicil belajar dari sekarang, tetapi mengalahkan rasa jenuh merupakan tantangan tersendiri.

Suara ketukan pada pintu mengejutkan Tessa. Gadis itu menegakkan punggung, lalu memutar tubuh sambil bertanya, "Siapa?"

"Ini Dean."

Pipi Tessa merona seketika karena merasa gembira. Dia sontak bangkit berdiri. "Tunggu!"

Tessa merapikan kaos putih dan celana pendek merah muda yang dia kenakan sebelum bergegas membuka pintu. Mata gadis itu berbinar ketika dia melihat Dean yang memakai kaos hitam dan jins biru berdiri dengan seringai lebar dan membawa bungkusan di tangan kirinya.

"Pisang goreng dan bakwan," ujar Dean menyorongkan keresek itu ke arah Tessa.

Tessa tanpa malu-malu segera menerima bungkusan dari rekan kerjanya, lalu membuka kantung plastik itu. "Banyak banget …."

"Biar kamu semangat belajarnya," ucap Dean sambil mengintip ke dalam kamar. "Mau istirahat dulu? Mumpung sore ini enggak hujan."

Tessa mengangguk kecil. Gadis itu mematikan kipas angin kemudian keluar kamar dan mengunci pintu.

*****

Udara di luar rumah terasa segar. Orang-orang kantor belum pulang. Gang kompleks tempat kost mereka terasa lenggang. Beberapa muda mudi yang sebagian besar berstatus pelajar sekolah terlihat duduk-duduk di sekitar mereka dan sibuk bersenda gurau.

Tessa membuka kantung keresek dan mencomot bakwan, lalu menggigitnya. Dia menyodorkan ke arah Dean, lalu berkata, "Kamu juga makan."

Pria itu menggeleng. "Aku tidak suka gorengan."

"Kalau tidak suka kenapa aku sering lihat kamu beli gorengan?" Wajah Tessa menunjukkan ekspresi kebingungan. Dia teringat saat-saat di mana pria itu mengetuk pintu kamar hanya untuk membagi gorengan yang dibelinya.

Dean tidak menjawab. Dia hanya tersenyum tipis, lalu melangkah. Tessa mengerutkan kening. Gadis itu mengamati sahabatnya sejenak sebelum mengedikkan bahu dan kembali berjalan.

"Mau makan bakso?" tanya Dean saat melihat gerobak bakso terparkir tidak jauh dari mereka.

Tessa yang sedang menggigit pisang goreng tertawa kecil. Sahabatnya terlalu sering mengumpaninya banyak makanan. "Aku lama-lama bisa gemuk!"

Dean menyeringai lebar. Pria itu mengetuk kepala Tessa. "Kamu kekurusan. Perempuan terlalu kurus susah punya anak."

Tessa spontan tersedak. Dia terbatuk, lalu memukul bahu Dean. "Ngawur, aku belum mau nikah!"

"Dua tahun lagi, ya …," ucap Dean setengah merenung.

"Kamu mikir apaan, sih?!" Pipi Tessa terasa panas karena malu. Dean sering mengucapkan kalimat-kalimat yang menunjukkan pria itu tertarik menjalin hubungan lebih dari teman, tapi tidak lebih.

Dean tertawa. Pria itu tiba-tiba merunduk, lalu menggunakan jempol tangan kanan untuk membelai ujung bibir Tessa. "Kotor, tuh …."

"Cie!" Teriakan spontan dari para remaja yang sedang duduk-duduk di pinggir jalan membuat wajah Tessa berubah semerah tomat.

Tessa - Terjebak Pesona Siluman UlarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang