Chapter 9

2.7K 299 11
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

IG @Benitobonita


Wangi nasi goreng membangunkan Tessa. Wanita itu merenggangkan tubuh dengan mengangkat kedua tangan ke atas dan menggeliat pelan.

Cahaya matahari yang masuk melalui jendela yang tidak tertutup tirai membuat Tessa mengerjapkan mata beberapa kali. Wanita itu mengamati sekeliling dengan wajah kebingungan sebelum terkesiap dan terduduk.

Pipi Tessa merona malu saat menyadari bahwa dia masih memakai lingerie merah tembus pandang yang terpaksa dipakai olehnya. Dean, menyita pakaian wanita itu dan mengancam akan menyiram isi lemari dengan air apabila sang mempelai menolak permintaan dari suaminya.

Sekarang kondisi pencahayaan jauh lebih baik dibanding malam hari dan Tessa tidak mampu menahan malu saat melihat sebagian besar kulitnya terlihat jelas. Wanita itu berniat menyingkirkan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya untuk berganti pakaian. Namun, derit pintu yang terbuka membuatnya refleks melakukan hal yang sebaliknya.

"Sudah bangun?" Dean melangkah masuk sambil tersenyum. Terlihat jelas pria itu sudah mandi dan aroma nasi goreng kini tercium lebih jelas.

Pipi Tessa terasa hangat saat teringat malam pertama mereka. Wanita itu tanpa sadar menarik selimut lebih erat hingga menutupi leher dan beringsut mundur ketika Dean berjalan mendekat.

Mata pria itu berkilat jenaka melihat tingkah malu-malu istrinya. Dia duduk di pinggir ranjang, lalu menggoda Tessa dengan menarik pelan selimut yang dipegang erat istrinya. "Kenapa kamu malu-malu seperti ini? Padahal semalam ka- …."

"Dean!" teriak Tessa memutus ucapan suaminya. Wajah wanita itu merah padam akibat malu.

"Mas Dean …." Pria itu menegur istrinya sambil mengerutkan kening.

Bibir Tessa terbuka sejenak, tetapi kembali tertutup. Dia masih belum bisa mengucapkan kata-kata itu secara lancar.

Mata Dean menyipit karena gusar. Pria itu mencondongkan tubuh sebelum berkata dengan nada mengancam. "Sepertinya pelajaran tadi malam belum cukup, ya?"

"A-apa?" Mata Tessa melebar sama suaminya tiba-tiba menarik kuat selimut yang melindungi wanita itu dan menerjangnya.

"Dean! Menyingkir dariku! Aku belum mandi!" jerit Tessa panik. Wanita itu berusaha mendorong tubuh suaminya yang kini sudah berada di atasnya.

Namun, Dean menyanggah badannya memakai kedua tangannya yang tertekuk di sisi kanan dan kiri kepala Tessa dan menunduk untuk menatap wajah pucat wanita itu.

"Mas Dean …," ucap pria itu memberikan peringatan terakhir.

Jantung Tessa berdegup cepat. Napas Dean terasa hangat dan tercium wangi sabun dari tubuh pria itu. Dia kembali membuka mulut untuk mengikuti keinginan suaminya, tetapi lidahnya terasa kelu.

Dean mendengkus. Pandangan pria itu turun ke arah belahan dada istrinya dan menyeringai. "Sepertinya aku harus membuka hadiahku sendiri."

Tessa memekik saat tangan nakal suaminya mulai meraba bagian tubuhnya yang sensitif. Mereka menghabiskan waktu cukup lama hingga akhirnya wanita itu berhasil menyebut nama suaminya dengan benar.

*****

Matahari siang telah menyinari langit saat Tessa akhirnya diperbolehkan untuk membersihkan diri. Wanita itu kini duduk di kursi meja makan dan memakan sarapan buatan suaminya dengan lahap.

"Hati-hati tersedak," tegur Dean sambil menahan tawa. Pria itu duduk di sebelah istrinya sambil menopang kepala memakai tangan kanannya yang tertekuk.

Tessa melirik ke arah Dean dan memberikan tatapan kesal. "Salah siapa buat aku kelaparan seperti ini?"

Dean menyeringai tanpa merasa bersalah. Pria itu memajukan tubuh dan menjawab dengan santai. "Aku akan mengulanginya lagi hingga kamu terbiasa memanggilku dengan benar."

Deru angin yang berasal dari kipas yang terpasang di dekat mereka menerbangkan beberapa helai rambut pria itu. Tangan Tessa refleks melepaskan sendok, lalu merapikan rambut suaminya.

Mata mereka bertumbukan sebelum pandangan Dean melembut. Pria itu meraih jemari istrinya dan menggenggamnya pelan. "Tessa, aku mencintaimu."

Jantung Tessa berpacu cepat saat mendengar pernyataan cinta dari suaminya. Dean benar-benar sangat manis. Wanita itu tanpa ragu membalas ucapan tulus yang didengarnya. "Aku juga mencintaimu."

"Walau apa pun yang akan terjadi?" bisik Dean dengan nada ragu, pria itu pun tanpa sadar mengeratkan genggaman tangan mereka.

Mata Tessa mengerjap seketika. "Memang apa yang akan terjadi?"

Dean tidak menjawab. Pria itu tiba-tiba memeluk tubuh istrinya erat dan berkata lirih. "Tessa, jangan pernah lupakan bahwa aku akan selalu mencintaimu. Apa pun yang akan terjadi nanti, ingatlah bahwa aku sangat mencintaimu."

Hati Tessa bergetar, tersentuh oleh pernyataan suaminya. Dia balas memeluk Dean dan menyandarkan kepala pada dada pria itu sambil berucap, "Aku berjanji."

*****

Kondisi jalanan kompleks terlihat lengang. Tessa dengan tangan gemetar memegang tuas mobil. Dia melirik ke arah Dean untuk kesekian kali sambil bertanya, "M-mas Dean, apa kamu yakin?"

Pria yang duduk di sebelahnya hanya mengedipkan sebelah mata. "Jangan khawatir, tanganku sudah siap menarik rem tangan apabila dibutuhkan."

"Dean!" seru Tessa dengan wajah masam. Dia ketakutan akibat harus belajar menyetir mobil mereka. Namun, suaminya malah masih santai dan menggoda dirinya.

"Mas Dean." Pria itu memajukan tubuhnya sehingga wajah mereka tinggal berjarak beberapa inci. "Apa aku perlu mengajarimu lagi di sini?"

Mata Tessa bergerak panik melihat sekeliling. Dua orang anak kecil yang membawa seekor anjing mungil sedang mengamati mereka, begitu pula dengan seorang tukang jamu yang menggendong bakul berisi botol-botol.

"De-dean, mereka ngeliatin kita."

"Mas Dean atau aku akan menciummu di depan mereka," ancam Dean sambil menggeser tubuh lebih dekat.

"De- Mas Dean! Berhenti!" jerit Tessa kalut saat bibir mereka hampir bergesekan.

Dean terkekeh. Pria itu kembali ke kursinya, lalu memberikan perintah. "Ayo, jalan."

Namun, Tessa belum sanggup menginjak gas. Dia harus menenangkan terlebih dahulu debar jantungnya yang berdetak liar akibat ulang sang suami.

Dean menghela napas, lalu menepuk pelan kepala istrinya. "Jangan khawatir. Aku akan selalu menjagamu. Jadi, jalankan mobil ini tanpa takut, oke?"

Rasa hangat yang nyaman merambat dan membungkus hati Tessa. Wanita itu mengangguk kecil sebelum menginjak gas dengan kekuatan penuh dan memekik ketakutan ketika mobil mereka seakan melompat maju.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

Tessa - Terjebak Pesona Siluman UlarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang