Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
IG @Benitobonita
Tessa berjalan masuk sebuah apotik berlambang hijau yang berada di salah satu pertokoan ITC BSD. Wanita itu telah meminta izin kepada suaminya untuk membeli bahan-bahan makanan di hypermarket dan sengaja mampir ke tujuan aslinya.Salah seorang petugas perempuan berpakaian putih menyapa Tessa dengan tatapan ramah. "Selamat siang, Bu, cari obat apa?"
Tessa melihat sekeliling dengan raut wajah kebingungan. Wanita itu bahkan tidak tahu obat apa yang dicarinya.
"Bu?"
Pertanyaan pegawai toko itu membuat Tessa kembali menoleh. Wanita itu tersenyum kikuk, lalu menjawab, "B-bos saya minta saya membeli obat, hanya sa-saya lupa namanya."
"Memang bosnya sakit apa, Bu?" tanya pegawai toko lain yang ikut menghampiri.
Tessa bernapas gugup. Dia tidak tahu kegunaan obat itu. "Eng, obatnya kecil-kecil … ada sedikit tulisan di belakangnya … ne."
Kedua petugas itu saling berpandangan, lalu salah satunya tersenyum. "Waduh, Bu. Kalo cuma kaya gitu kami enggak bisa bantu, nanti bisa salah kasih."
"Coba Ibu tanya dulu ke bosnya lagi," lanjut pegawai toko lainnya.
Tessa menggigit bibir. Memang sesuai dugaannya, informasi yang dia miliki terlalu sedikit. Wanita itu menghela napas menyerah. Dia telah berburuk sangka kepada suaminya, mungkin bungkus obat itu bukan apa-apa.
"Maaf sudah merepotkan." Tessa mengangguk kecil, lalu memutuskan untuk pergi berbelanja.
*****
Matahari senja mulai terlihat di langit saat kendaraan milik Dean meluncur masuk ke perkarangan rumah. Tessa yang sebelumnya sedang bersantai di ruang tamu dengan menonton televisi bangkit berdiri untuk menyambut kepulangan suaminya.
Pintu rumah dibuka oleh Tessa tepat ketika Dean melepaskan sepatu di teras rumah. Wanita itu mengambil tas dari tangan suaminya sambil berkata, "Selamat pulang, Mas."
Dean tersenyum. Pria itu merunduk dan mengarahkan pipi kanan ke arah Tessa. "Mana ciumannya?"
Wajah sedikit Tessa merona karena malu. Namun, wanita itu langsung berjinjit dan mengikuti keinginan suaminya.
"Kalau bibir?" Tuntutan Dean semakin menjadi-jadi.
Tessa refleks memukul lengan suaminya. Pintu rumaha masih terbuka lebar dan terlihat anak-anak kecil kompleks rumah masih bermain di luar.
"Nanti dilihat mereka, Mas."
Dean mendengkus sebal. Dia langsung melangkah masuk hingga Tessa spontan berjalan mundur untuk menghindar kemudian pria itu menutup pintu dengan punggung.
"Sekarang tidak ada yang lihat," ucap Dean menyeringai lebar. Pria itu menarik lengan kiri Tessa hingga tubuh mereka bertumbukan sebelum dia menunduk dan mencecap bibir istrinya secara perlahan.
Napas Tessa terhenti seketika. Lagi-lagi tingkah Dean membuat jantung wanita itu berdegup cepat. Namun, beberapa detik kemudian pria itu melepaskan bibir istrinya dan berbisik, "Lanjut malam, ya. Mas mau mandi dulu dan lapar banget."
Pipi Tessa lagi-lagi memanas. Wanita itu memutuskan tidak menjawab dan melangkah menuju sofa untuk meletakkan tas. "Gimana kantor hari ini?"
"Biasa," jawab Dean menghela napas letih. Pria itu melepaskan dasi dan membuka kancing kemeja. "Jadi sales bahan bangunan lebih repot daripada sales obat."
Tessa tertawa kecil. Suaminya selalu mengeluh dengan pekerjaannya, tetapi tidak pernah berniat pindah. "Aku sudah masak ayam goreng dan sayur asem."
Gerakan Dean yang hendak membuka celana panjangnya terhenti seketika. Pria itu menyipitkan mata saat menatap istrinya yang tersenyum jahil. "Aku enggak suka sayur asem."
"Masa makan daging mulu, enggak bagus, tauk," protes Tessa. "Makan sayur asemnya."
Dean mendengkus. Pria itu melanjutkan usahanya membebaskan diri dari pakaian kerjanya sebelum melenggang bebas ke arah kamar mandi sambil membawa tumpukan pakaian kotor.
"Pakai lingeriemu atau aku tidak akan makan sayur asem itu."
Rasa panas akibat malu yang dirasakan Tessa kembali muncul. Dia tidak mau memakai pakaian tembus pandang dan memiliki banyak lubang di tempat-tempat yang tidak wajar itu sambil berkeliaran di dalam rumah.
"Mas!" protes Tessa akan keinginan suaminya
Dean menoleh sambil menyeringai. Pria itu mengedipkan mata sebelum membuka pintu kamar mandi dan berdendang pelan. "No lingerie, no sayur asem."
Tessa mengerucutkan bibir ketika Dean masuk ke kamar mandi dan menutup pintu dari dalam, lagi-lagi suaminya tidak mau menyentuh sayur masakannya. Pria itu bahkan tidak tertarik memakan nasi dan hanya suka daging ayam ataupun sapi.
Tessa berjalan menuju kamar tidur untuk mengambil pakaian ganti Dean. Sebersit keinginan memenuhi tantangan suaminya muncul. Namun, keberanian wanita itu surut seketika saat dia mengamati pakaian model jaring merah terang yang sangat ketat yang berada di dalam genggamannya.
Perempuan itu melempar kembali lingerienya ke dalam laci dengan gugup. Suatu saat dia pasti akan bisa membuat suaminya memakan sayur buatannya.
Suara air dari dalam kamar mandi tidak lagi terdengar. Dean pasti sudah selesai membersihkan diri. Tessa segera berjalan membawa pakaian bersih menuju tempat suaminya berada.
*****
Waktu kembali berlalu dengan cepat hingga dua tahun berlalu. Tessa dan Dean menjalani hidup dengan rutinitas yang biasa mereka lakukan, tenang dan damai.
Hari Minggu kembali datang. Tessa sama seperti biasanya berbaring dalam pelukan Dean, menonton acara kesukaan mereka di ruang tamu.
Iklan produk bayi kembali mengusik ketenangan wanita itu. Namun, dia tidak berkata apa-apa. Dean sama sekali tidak tertarik membahas hal yang berhubungan dengan anak meski para tetangga sering bertanya saat berpapasan dengan mereka.
Tiba-tiba rasa gatal pada hidung Tessa membuat wanita itu bersin seketika. Akhir-akhir ini musim hujan dan dia sepertinya akan terkena pilek.
"Mau minum hangat?" tanya Dean simpatik. "Mas buatin, ya."
Tessa menggeleng kecil sambil bangkit berdiri. "Biar aku aja, Mas."
Acara film kembali tayang. Mata Dean terpusat ke arah televisi saat Tessa berjalan menuju dapur sambil bersin untuk yang kesekian kalinya.
Wanita itu membuka laci dan mengambil plastik hitam yang berisi sebungkus obat yang dia beli tadi pagi. Dean sering melarangnya untuk meminum obat-obatan. Namun, sebutir pil anti pilek tidak akan berefek buruk, bukan?
Tessa menuang air hangat dari dispenser ke dalam gelas, lalu meminumnya sesuai anjuran tiga kali sehari. Wanita itu menyembunyikan sisa obat ke dalam plastik. Dia tidak ingin suaminya yang cerewet memarahinya hanya karena obat pilek.
"Tessa! Cepetan! Nanti adegan bagusnya keburu habis!"
Teriakan Dean membuat wanita itu segera menutup laci dan bergegas menuju ruang tamu sambil ikut berseru, "Iya, Mas! Aku datang!"
Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Tessa - Terjebak Pesona Siluman Ular
Paranormal"Apakah kamu lebih memilih menelantarkan putri kandungmu yang terlahir tidak normal atau tetap membesarkannya meski nyawa taruhanmu?" Tessa, seorang gadis berumur 20 tahun memiliki kehidupan yang sempurna. Dia bertemu dan menikah dengan Dean, pria y...