Chapter 1

4.6K 435 83
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

IG @Benitobonita


Tiga tahun sebelumnya

Suasana ITC BSD pada siang hari ramai seperti biasa. Barisan karyawan kantor yang mengantri di depan salah satu gerai yang menjual fast food untuk mengisi perut mereka.

Seorang gadis berusia sekitar sembilan belas tahun berdiri di belakang meja kasir sambil tersenyum lebar kepada seorang ibu yang terlihat kebingungan memilih menu makanan.

"Bagaimana kalau paket A saja, Bu?" Gadis itu menunjuk gambar tiga potong ayam, tiga buah nasi, dan tiga buah minuman. "Ibu bisa mengganti minumannya dengan air mineral."

Wanita gemuk berusia tiga puluhan itu menunjukkan wajah lega. Dia balas tersenyum dan berkata, "Oke, yang itu saja."

Gadis berseragam abu-abu dengan rok merah itu mengangguk kecil dan memasukkan nama paket ke mesin kasir. "Seratus dua ribu sudah termasuk pajak."

"Tessa …. Kemari sebentar." Suara seorang pria membuat gadis itu menengok ke arah meja yang penuh dengan buku-buku laporan penjualan.

Tessa menyelesaikan transaksi dan menyiapkan pesanan pembelinya, lalu melangkah keluar konter untuk mendekati atasannya. "Ada apa, Pak?"

"Duduk," ucap pria itu menunjuk kursi di seberangnya dengan jarinya yang gempal.

Tessa menurut. Gadis itu tanpa sadar juga mengamati area food court yang penuh sesak. Seorang batita tanpa sengaja menyenggol gelas berisi coca cola hingga tumpah dan membuat panik kedua orang tuanya yang sebelumnya sedang menyantap makanan dengan damai.

Namun, suara batuk membuat gadis itu kembali mencurahkan perhatian ke atasannya yang kini sudah duduk tegak dengan kedua tangan berada di atas meja.

"Saya dengar kamu tidak bisa shift malam karena kuliah?"

Tessa menjawab dengan ekspresi gelisah. Dia takut diberhentikan. "Benar, Pak. Saya kuliah dengan uang beasiswa. Jadi, saya hanya bisa kerja siang hari."

Pria itu mengangguk mengerti. Tag karyawan yang bertuliskan nama Rudy Sinaga yang terjepit pada kantung seragamnya juga ikut bergoyang pelan.

"Saya mengerti kesulitan kamu, tetapi seperti yang kamu lihat, kita kekurangan tenaga dan menambah karyawan baru karena kamu tidak bisa bekerjasama malam hari itu menyebabkan biaya tambahan."

Tessa menggigit bibir. Dia telah beberapa kali bolos kuliah agar dapat mengambil shift malam. Namun, dampaknya gadis itu tidak bisa mengerjakan tugas dan menyebabkan nilai-nilainya menurun.

Rudi Sinaga menghela napas. Matanya yang telah memiliki sedikit keriput memberikan tatapan iba. "Saya juga paham bahwa kamu tidak memiliki keluarga dan membutuhkan penghasilan agar bisa membayar kos bulanan …."

Kepala Tessa menunduk semakin dalam. Jantung gadis itu berdebar cepat. Dia tanpa sadar meremas rok spannya ketika menanti kelanjutan perkataan sang atasan.

".… Tapi saya juga harus memikirkan kepentingan perusahaan. Oleh karena itu saya mencoba mencari solusi yang terbaik untuk kita semua."

Tessa mendongak cepat. Mata hitam gadis itu menatap balik atasannya dengan penuh harap.

"Saya telah mendapatkan karyawan yang bersedia hanya shift malam untuk menggantikan kamu, tetapi saya tidak dapat memberikan kamu THR atau bonus-bonus seperti rekan kerja kamu …. Apa kamu bersedia?"

Tessa menahan napas. Dia membutuhkan uang itu. Namun, kali ini pilihannya adalah diberhentikan atau dipotong penghasilannya.

Gadis itu akhirnya mengangguk dan berkata lemah. "Terima kasih, Pak."

Rudy Sinaga tersenyum lebar. Dia menoleh ke samping meja, lalu berkata, "Dean, ke sini."

Tessa ikut menoleh. Seorang pria berkisar dua puluh lima tahun, berkulit cokelat muda --sama seperti dirinya-- memakai kemeja putih lengan panjang dan celana kain hitam bangkit berdiri kemudian berjalan mendekat.

"Tessa, kamu bisa ajari dia hal-hal yang harus diketahui," lanjut Rudy memperkenalkan mereka.

"Perkenalkan, saya Dean." Pria itu mengulurkan tangan ke arah Tessa.

Tessa bangkit dan balas menjabat rekan kerjanya. "Tessa."

"Saya dengar Dean juga sedang mencari tempat kost murah di dekat sini, mungkin kamu bisa membantunya." Rudy menopang kepala dengan kedua tangan dan tersenyum puas. "Semoga kalian bisa bekerjasama dengan baik."

Pipi Tessa sedikit terasa hangat akibat malu. Rekan kerjanya memiliki tampang yang tidak buruk bahkan termasuk selera gadis itu. Beberapa orang perempuan juga sepertinya memiliki pendapat yang sama dengannya. Mereka beberapa kali mencuri pandang ke arah Dean sambil terkikik genit.

"Dean, hari ini kau coba belajar dari Tessa, mulai besok kau yang akan shift malam menggantikan dia."

"Siap, Pak!"

"Ayo," ajak Tessa kembali masuk ke dalam gerai dengan Dean mengekor. "Aku akan melayani pelanggan, kamu bisa bertanya kalau bingung."

Pria itu tersenyum kecil. Lagi-lagi jantung Tessa berdebar cepat. Dia ternyata juga menyukai ekspresi yang dituniukkan rekan kerja barunya.

Tessa memutuskan kontak mata dengan menunduk sambil menyelipkan rambut hitamnya ke balik kuping, lalu berjalan ke belakang kasir yang sebelumnya kosong dan kembali bekerja.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang^^

Tessa - Terjebak Pesona Siluman UlarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang