Chapter 14

2.1K 282 10
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

IG @Benitobonita


Wangi ayam goreng membangunkan Tessa. Wanita itu menguap sambil merenggangkan tubuh dengan menarik kedua tangan ke atas sambik terduduk.

Sebuah tendangan kecil dirasakan dari dalam perut Tessa dan membuat dia menunduk sambil tersenyum. "Sepertinya Papa sudah menyiapkan sarapan untuk kita."

Tessa bangkit berdiri dengan hati-hati. Perutnya yang semakin besar membuat gerakannya menjadi lebih lambat. Dia merapikan ranjang, lalu menyibak tirai jendela sehingga cahaya matahari dapat menyeruak dengan bebas ke dalam ruangan.

Tiba-tiba mata Tessa terpaku pada sosok hitam yang sedang berjalan dengan empat kaki di halaman rumah. Perut wanita itu bergemuruh seketika bersamaan dengan air liur yang menetes turun.

Dia lapar ….

Binatang yang sedang diperhatikan membalas tatapan Tessa dan mengeong pelan. Kesadaran menghantam wanita itu. Dia segera melangkah mundur, lalu memakai punggung tangan untuk membersihkan bibirnya yang basah.

Apa aku sudah gila? pikir Tessa dengan tubuh gemetar. Dia baru saja menginginkan seekor kucing sebagai sarapannya!

Aroma ayam goreng kembali memenuhi penciuman Tessa. Namun, kedua mata wanita itu terus mengamati kucing hitam yang kini duduk di balik jendela panjang yang memisahkan mereka.

Dia ingin sekali memakan binatang itu ….

Suara pintu terbuka membuat Tessa menoleh. Kepala Dean menyembul dari luar. Pria itu tersenyum sambil bertanya, "Tessa, kamu sudah bangun?"

Ekspresi Dean berubah seketika saat melihat tubuh Tessa yang gemetar. Dia segera melangkah masuk dengan wajah khawatir. "Ada apa? Apa kamu sakit?"

Tessa segera memunggungi jendela untuk menghalangi pandangan Dean. Gemuruh lapar kembali terdengar dari perut wanita itu.

"Enggak apa-apa, aku hanya lapar."

Mata Dean seketika berbinar jenaka. Pria itu tertawa kecil sambil menggandeng tangan Tessa. "Aku sudah memasak banyak ayam goreng untuk kalian, ayo, makan."

*****

Tessa terbelalak saat melihat tumpukan ayam goreng yang berada di atas piring. Sekurang-kurangnya ada delapan paha ayam yang terlihat di sana.

"Mas, kenapa banyak sekali?"

"Aku ingin kalian sehat, makanlah sampai kenyang." Dean menyeringai. Pria itu melepaskan gandengan, lalu membelai kepala istrinya.

Pipi Tessa merona. Hatinya terasa hangat akibat perhatian yang diperoleh.

Mereka duduk berseberangan. Tessa meraih potongan ayam pertamanya, lalu memakannya dengan lahap.

Nikmat ….

Wanita itu tanpa malu-malu mengambil potongan kedua dan menghabiskannya secara cepat sebelum suara Dean membuatnya mendongak.

"Hari ini aku akan pulang terlambat, harus ketemu klien," jelas Dean kepadaku. "Baik-baik di rumah, ya, ingat telepon aku kalau kamu membutuhkan sesuatu."

"Mas …." Tiba-tiba Tessa teringat akan keinginannya. "Kapan-kapan apa bisa kalau kita pergi ke Taman Raya Bogor?"

"Eh? Kenapa?" tanya Dean dengan ekspresi bingung. "Tumben mau ke sana."

Tessa menggelengkan kepala. Dia pun tidak tahu. "Aku cuma pengen jalan-jalan ke sana."

Dean tertawa renyah. "Sabtu ini kita ke sana, ya, sekarang makanlah. Aku ingin melihat anak kita kenyang sebelum berangkat kerja."

Tessa tersenyum riang. Dia kembali meraih potongan ayam ketiga dan menikmatinya segigit demi segigit. Tdak terasa tumpukan ayam yang banyak telah berubah menjadi kumpulan tulang.

"Kalau kamu makannya sepintar ini, aku tidak khawatir." Dean menatap puas ke arah piring kosong yang berada di atas meja. "Jangan terlalu cape saat aku tidak ada."

"Mas, juga cepat pulang, ya …."

Dean mengangguk. Pria itu mengangkat piring kotor, lalu berkata, "Mandilah …, biar Mas yang rapikan."

Menurut, Tessa bangkit berdiri dan berjalan ke kamar mandi.

*****

Tessa melihat sekeliling dengan kebingungan.

Gelap.

Tidak ada cahaya yang menjadi penerangan. Namun, anehnya dia tidak merasa takut.

Getaran ringan yang dirasakan oleh dirinya, membuat wanita itu merayap mengikuti insting. Seekor binatang penggerat terlihat sedang berada di pojok ruangan.

Rasa gairah mengisi hati Tessa. Wanita itu bergerak cepat tanpa suara, lalu menangkap sang tikus yang tidak menyadari keberadaannya.

Tessa terkikik saat tikus itu mencicit dan berontak dalam genggaman tangannya. Dia membuka mulut lebar-lebar, lalu memakan dan mengunyahnya.

Wanita itu bergumam nikmat ketika rasa darah segar memenuhi rongga mulut.

Lezat sekali ….

*****

Tessa terbangun dengan napasku tersengal-sengal dan tubu gemetar hebat. Wanita itu masih teringat akan mimpinya yang menjijikkan.

Tessa menoleh ke arah jendela dan melihat hari sudah gelap. Jemuran yang berada di luar rumah masih terlihat tergantung, lupa diangkat.

Tessa segera menuju keluar rumah. Namun, suara ngeongan kucing menyita perhatiannya.

Sang kucing berjalan mendekat dan menggesekan tubuhnya ke kaki Tessa sehingga wanita itu tersenyum. "Tadi aku ingin memakanmu."

Kucing itu kembali mengeong seakan menertawakan perkataan Tessa. Wanita itu menghela napas, lalu kembali melanjutkan pekerjaan yang belum terselesaikan.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

Tessa - Terjebak Pesona Siluman UlarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang