6

107 76 51
                                    

-[Thalia]-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-[Thalia]-


Dengan segala perasaan tidak menyenangkan. Aku memaksa diriku untuk terus terlihat baik-baik saja. Aku bahkan berusaha menepis seluruh pikiran buruk yang mengusik kebersamaanku dengan mama. Aku hanya perlu menahan dan membiarkan waktu berputar lebih cepat. Aku hanya perlu mengabaikan rasa sakit sedikit lebih lama lagi.

"Hai, Dara! Kemari!"

Mama tersenyum manis ke arah laki-laki paruh baya itu. Melambaikan tangannya dan perlahan menarik tanganku. Menuntunku untuk ikut menghampirinya.

"Hai!" Sapa Mama langsung memutar langkah kakinya menuju laki-laki paruh baya yang berdiri berdampingan bersama putrinya. Yang semakin dekat, membuatku semakin yakin bahwa gadis yang ada di sampingnya terlihat seperti Meiza.

Aku pun mengikuti langkah kaki Mama tepat dibelakangnya. Sampai aku tidak sadar bahwa ada seseorang yang terus memanggil namaku.

"Thalia!" panggil seseorang sambil menepuk bahuku ringan setelah berhasil mengejar langkah kakinya. Tepukannya tidak terlalu keras namun berhasil membuatku melonjak kaget serta mengosongkan pikiranku yang awalnya sedang sibuk berusaha mengenali wajah gadis di depanku.

Aku pun membalikkan wajahku sambil berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdegub tak beraturan. Namun sedetik manik mataku bertemu dengan manik mata yang sangat aku kenali, membuatmu mendadak bisu. Jantungku kembali berdetak lebih cepat dan semakin tak beraturan. Seakan aku juga mulai merasakan semua organ di tubuhku serasa berhenti dalam satu detik yang lalu.

"Fajar," panggilku dengan nada yang sedang.

Fajar tersenyum manis di hadapanku. Menatapku dari atas sampai bawah. Seakan ia berusaha mengenaliku dengan gaya pakaian yang berbeda.

"Gue nggak nyangka bakal ketemu lo di sini," ujar Fajar setelah aktivitas mengamatinya selesai.

Aku berdeham singkat. Membuat ia langsung mengedarkan pandangan untuk mencari seseorang. Membuatku yang berdiri di hadapannya ikut mengedarkan pandanganku.

"Mei!"

Dengan satu panggilan, Meiza menyahut dan buru mendekati kami berdua. Aku masih diam menatap langkahnya yang perl nahan menepis jarak dengan kami berdua.

"Kak Thalia! Kakak di sini juga?" tanya Meiza dengan nada girangnya. Membuatku hanya terkekeh ringan sambil menunjukkan senyum tipisku. Menunjukkan deretan gigiku.

Meiza terus menatapku. Seakan tak jenuh dengan wajahku yang sebenarnya sedang menahan rasa canggung.

"Kakak cantik banget malem ini. Iyakan, Kak Fajar? Meiza suka banget."

Fajar mengangguk canggung menyetujui pujian Meiza terhadapku sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lagi-lagi untuk kesekian kalinya aku dibuat malu oleh dua saudara ini.

Breathe in DeeplyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang