9

81 61 20
                                    

-[Thalia]-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-[Thalia]-

Semenjak kejadian malam itu, aku merasa sangat canggung bila harus berhadapan dengan Fajar. Bahkan kenyataannya Fajar benar-benar terasa semakin dekat denganku. Ia selalu saja mengirimiku pesan chat tiap waktu. Bahkan ketika aku berpikir ini waktu yang tidak tepat untuk saling mengirim pesan chat, Fajar terus saja mengirimi pesan.

Ya. Malam itu ia langsung meminta nomor hpku dan aku juga tidak punya alasan untuk menolaknya. Bahkan berpikir untuk membuat alasan saja otakku tidak bisa memikirkan apapun. Karena malam itu perasaanku sangat kacau. Kepercayaanku hancur oleh mamaku sendiri dan air mataku harus tumpah di depan dua orang yang notabene-nya sangat berbeda, Fajar dan Zeana.

Ada perasaan malu, kesal, bahkan sampai aku tidak ingin bertemu dengan keduanya. Tapi Zeana menyakinkanku bahwa semua masalah selalu punya jalan keluarnya sendiri. Meski sangat gelap, sangat jauh, sulit dijangkau. Namun jalan itu tetap ada.

Jika kalian bertanya, apakah aku bercerita jujur dengan keduanya tentang masalah yang terjadi malam itu. Jawabannya adalah tidak. Zeana hanya tau mama berselingkuh. Tapi aku tidak membiarkan dia tau dengan siapa mamaku berselingkuh. Terlebih, aku akan menjaga rahasia ini dari telinga Fajar dan Meiza. Karena memang ini jalan yang aku pilih. Membiarkan diriku sendiri yang tau. Membiarkan orang lain tidak mengetahui apa yang aku ketahui.

Dan tentang masalah mama, semua juga ikut kacau. Ketika aku pulang ke rumah. Ayah yang berada sibuk di ruang kerjanya sama sekali tidak mengetahui anaknya telah kembali ke rumah dengan selamat. Sampai akhirnya suara Fajar yang membuat papa keluar dari ruang kerjanya. Percakapan kami yang mungkin terdengar sampai ruangannya membuat ia ingin memastikan siapa yang datang ke rumahnya.

Namun hal pertama yang papa katakan adalah hal paling tidak mengenakan untuk di dengar. Hal yang munurutku harus dipertimbangkan siapa yang akan mendengarnya. Tapi karena papaku memang orang yang keras kepala dan tidak menerima kritik. Jadi, apapun yang ia lakukan pasti benar menurutnya.

Flashback on

"Jam segini baru pulang. Katanya sama mama?! Kok pulang sama, siapa ini papa nggak tau."

"Udah malem. Suruh mereka pulang. Kaya anak yang nggak pernah dicari orang tuanya."

Flashback off

Malu. Tidak ada kata lain yang bisa aku deskripsikan kepada Fajar dan Zeana.

Breathe in DeeplyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang