Etnosida;
n (Antr)
Pembunuhan kebudayaan asli oleh peradaban lain.Budaya patah hati, lara hati, gagal cinta, itu melekat sekali. Seperti budaya turun temurun dari waktu ke waktu. Seandainya budaya patah hati tergerus oleh zaman, tak ada masalah asal tergantikan oleh kebahagiaan. Sepertinya bukan semacam itu, pembunuhan ialah arti dari munculnya duka baru yang berkepanjangan.
Melupakan detritus yang lebih mirip amoeba, membelah diri sesuka hatinya. Kini beranjak dan aku jatuh cinta.
Padamu, seorang Kakak kelas calon ketua OSIS yang pada akhirnya gagal menjadi ketua OSIS karena pemilih yang konyol. Mendukung tetapi merusak surat suara. Engkau yang kini bekerja di salah satu percetakan buku dan tengah menempuh kuliah di universitas swasta.
Masa itu tahun 2013, ketika aku benar-benar jatuh cinta dengan kehangatanmu, perhatian kecilmu, dan senyum manismu di dua hari LDK.
"Nduk, obatnya sudah diminum belum?"
Di depan kamar hotel Pringgodani, Tawangmangu. Saling bertatap dengan wajah pucat, menatap engkau tanpa cacat.
"Makan dulu yuk, habis ini kamu bisa istirahat."
Tinggal duduk, makan diambilkan, minum diambilkan, bahkan satu suapmu membuatku salah mengartikan.
Sedikit kusesalkan, mengapa harus semudah itu jatuh tanpa berpikir esok tak mudah bagi rasa ini luruh?
"Nduk, ndak apa-apa kan? Aku antar pulang ya?"
Terjang hujan, sibak kegelapan, Jupiter Z warna hitam, khas anak otomotif melaju pelan.
Rerintik gerimis, percik air sisa hujan deras, malam itu aku benar-benar jatuh cinta dalam hitungan masa.
Dua lesung pipimu seolah menjadi sarapan terbaik di pagi hari. Langkah tegakmu seolah menantang rindu untuk berbicara tanpa jeda. Segala macam gerikmu buat hati ingin bergerilya dengan berbagai rasa. Mengapa begitu indah jatuh hati padamu yang seolah sempurna?
Betapa bahagia gadis pemuja jatuh cinta pada senior yang sempurna?
Beberapa bulan berjalan, saksikan kau dari balik persembunyian. Entah gorden kelas kehijau-hijauan atau jendela dengan debu ketebalan.
Budaya indah yang selalu kunikmati, 17 November 2013 masih kuingat betul tanggal itu aku jatuh hati.
Tragis, budaya asli yang seharusnya bahagia selalu dibunuh oleh budaya baru bernama, patah hati. Membuatku selalu menyesali setiap rasa mulai mencecap jengkal sisi per sisi.
Kau membunuh satu budaya dan memperpanjang satu budaya tentang kesedihan.
Usai berikan satu dua perhatian, usai aku ikhlas menjatuhkan, ternyata kau memilih pergi seolah tidak pernah ada aku dalam runtut kehidupan. Apakah jatuh cinta itu salah dan menjijikan?
1 Desember 2013, pernyataan menyakitkan kau lontarkan. Kau hujat seenakmu, bahkan meski hadirnya cinta itu bukan dariku. Terkutuk dunia ini untuk laki-laki semacam dirimu, yang tak pantas mencintaimu akan kau perlakukan bak ulat bulu menjijikan.
Mari hitung seberapa banyak kau buatku bahagia dan bandingkan seberapa banyak kau membuatku terluka?
2013 aku mencintaimu, dan 2014 masih sama. Satu tahun hanya tersiksa, pergi tidak kuasa, menetap selalu terluka dan tiada artinya.
Hari ini aku ingat lagi, karena terpaku olehmu, aku lupa, ada yang diam-diam memerhatikan aku. Sembari bilang, "Kamu, kaum-kaum tersakiti."
Sejatinya dia lebih ingin memiliki dibandingkan dirimu yang malah ingin aku miliki.
Terima kasih, telah memberiku budaya baru tentang patah hati. Memperpanjang daftar cinta yang hanya sendiri.
Esok, jika bertemu, bisa sapa aku. Dan aku akan tersenyum untukmu yang dulu angkuh sekali.
"Sok kecakepan!" Pekik seseorang beberapa hari yang lalu ketika mengingat dirimu.
Darimu aku belajar bahwa kebaikan dan perhatian hanyalah kedok sebuah kekejaman. Terlalu percaya sikap orang lain, terlalu menikmati perhatian orang lain adalah kesalahan yang selalu aku ulang.
AD HP, begitulah tulisan-tulisanku selalu memiliki kode tentang dirimu.
Karanganyar, Maret 2019
Dari lintah kisah SMK mu
.
.
.
Artilery Chandrassa Agni
KAMU SEDANG MEMBACA
Disgrafia
Phi Hư CấuSebab lara yang kau beri tak mudah pergi, maka meski sulit izinkan aku untuk berbagi, berharap kering luka hati. Sebab lara yang kau beri begitu pekat, maka izinkan aku bercerita laksana babad luka yang melekat. Sebab lara yang kau beri begitu dal...