5. Coincidence (lagi)

339 33 9
                                    

Haiiiii my dear reader
Cerita ini datang lagi..
Jangan lupa Vomentsnya yaaa..
Love u all
Happy reading

*******

Kinanti menyeruput kopinya perlahan dan meletakkan kopinya kembali di meja. Di depannya Java yang telah lebih dulu menyelesaikan makannya sedang menatapnya tajam.

"Whats?" Kinanti jengah dipandang Java.

" Do you want to say something to me now?"

"I wanna go home now.."

"No, bukan itu.. yang kamu bilang di tinder terakhir.."

"Apa? Ehhhhhm.. permintaan maaf? Okay... Gue minta maaf kalau seolah-olah gue menipumu padahal statusku yang masih istri orang..." Kinan menghela nafasnya pelan.

"Okay aku maafkan, tapi bukan itu..."

"Trus apa?

"You said that you are divorced and you want to talk to me...What do you want to say?"  Ya, Kinan memang pernah mengatakan itu pada Java di chat mereka. Tapi sebenarnya Kinan juga bingung mau bilang apa, dia hanya ingin minta maaf sama Java yang sudah mendiamkannya.

"Aku cuma mau minta maaf..."

" Apa hubungannya kamu sudah jadi janda trus perlu minta maaf sama gue?" Kinan terdiam dan berpikir benar juga yang dikatakan Java. Namun sebenarnya dulu dia menuliskan itu karena ingin Java memaafkannya dan menunjukkan bahwa Kinan tidak menipunya. 

"Saying sorry won't kill me...  Aku tidak seperti kamu yang telah mengatai aku secara keterlaluan, tidak mengakui dan tidak mau minta maf..."

"Buat apa aku minta maaf sama kamu?" Java tersenyum sinis.

"Yang kamu katakan pada aku itu jahat..." Kinanti mencebik. Java tertawa mendengar perkataan Kinan, teringat film Cinta yang berkata sama Rangga.

" Yang mana yang salah perkataan ku? " Kinan terdiam, malas menanggapinya lagi. Diminumnya kopinya yang kini sudah hampir habis.

"Gak ada kan? Semuanya benarkan? Kalau gak ada buat apa aku harus minta maaf sama kamu? Mendingan minta kamu yang lainnya" Java mengambil tisunya dan mengusapkan ke bibir Kinanti yang terkena noda kopi yang masih menempel di luar bibirnya perlahan. Kinanti kaget terhadap perlakuan Java yang spontan tadi.

"Aku mau pulang.." Kinan berdiri hendak  melangkah pulang

"Gak pengen cerita kenapa akhirnya jadi janda juga?"

"Gak.."

"Udah tega sama anak?"

"Apaan sih kamu? Dulu kamu ngatain aku gak mau jadi janda pakai alesan anak, sekarang aku jadi janda ngatain lagi udah gak tega sama anak. Bukan urusan lo.." Kinanti keluar Cafe dan segera mencegat taksi yang kebetulan sedang lewat saat Java masih membayar makanan mereka sehingga tak sempat mengejar Kinan. Saat Java keluar, Java sudah tidak menemukan Kinan. 

*********

Pagi ini Kinanti sengaja datang pagi-pagi ke kantor agar tidak bertemu dengan Java lagi seperti kemarin pagi walau saat di lift Java tidak mengusiknya karena banyak karyawan lain disana. Kinanti masih risih dengan kelakukan Java kemarin malam dan tak ada satu kata maaf ataupun pesan untuknya. Pesan? Bukankah seharusnya Kinan yang minta maaf pada Java karena meninggalkannnya di Kafe itu dan Java yang membayar makanannya? Aaaah Kinanti malas sekali rasanya mengingat kejadian semalam dan Java seakan sengaja memainkan perasaannya.

Kinanti langsung masuk lift yang masih sepi karena masih pukul 7.00 pagi, dan biasanya karyawan lain baru ramai dan antri lift saat jam 8an. Dengan barang bawaan yang cukup banyak Kinanti tidak terlalu memperhatikan seorang karyawan yang sedang ada di lift tersebut yang rupanya naik dari lantai basement tempat parkir. Begitu lift tertutup Kinanti meletakkan sebagian bawaannya dan dari kaca pintu lift Kinanti bisa melihat bahwa disisi sebelahnya tengah berdiri seorang pria yang mengenakan celana Jeans dan kemeja kotak-kotak biru muda tengan tersenyum sinis padanya, dan ternyata dia  Java!!!! Seketika tubuh Kinanti lemas sudah, upayanya menghindari Java malah membuatnya bertemu dengannya di lift yang masih sepi dan kini mereka berada di lift ini hanya berdua. Suatu kebetulan lagi kah?

When There is no CoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang