8. Wall Climbing

481 37 18
                                    

Haaaaai.... I am back dear my readers..

Sepertinya story ini judulnya kurang menarik, so sepertinya akan aku ganti bersamaan dengan come backnya aku nulis lagi.. minta votenya dengan comment ya buat pilihan judulnya:
a. Jodoh Online
b. Coincident Love
c.  Tulis sendiri deh kira2 apa yg cocok jadi judulnya......

Thanks buat partisipasi semuanya yaaa...

Happy reading!!!

********

Beberapa hari ini hidup Kinan cukup tenang, rupanya memang Java benar-benar sedang bertugas di luar kota. Pesan Java beberapa hari lalu tidak satupun yang dibalas oleh Kinan. Kinan malas memperpanjang pembicaraan yang tidak jelas dengan Java.

Sementara itu Mas Adri beberapa kali mengajaknya bertemu, namun belum pas waktunya sehingga pertemuan kedua mereka belum terlaksana. Kalau hari sabtu, waktu Mas Adri sama Cla, anak satu-satunya yang tiap akhir pekan bersamanya. Begitupula dengan Kinan yang menghabiskan weekendnya dengan kedua anaknya, Biru dan Bening. Kalaupun mau maen bareng, tampaknya belum memungkinkan mengenalkan anak-anak mereka dengan orang baru yang sebenarnya juga belum akrab.

Hari Sabtu ini Kinan berencana pergi ke Bremgra, sebuah indoor wall climbing yang terletak di daerah BSD. Bening, anaknya yang masih kelas 3 SD sangat menyukai aktivitas panjat dinding ini meski anak perempuan karena dari kecil suka ikut Biru, kakaknya yang sering ke tempat ini.

Kalau Biru yang sudah kelas 3 SMP memilih memanjat dinding di tempat wall climbing untuk dewasa karena tubuhnya pun kini sudah 170cm, lebih tinggi dari Kinan yang hanya setinggi 160cm. Sementara, Bening lebih memilih di wall climbing anak-anak karena banyak macamnya dan lebih sesuai dengan ukuran tubuh Bening yang mungil. Sementara Biru maen sendiri dibawah, Kinan biasanya mengantarkan Bening dan menungguinya dulu sebelum mereka ke bawah untuk menyusul Biru.

Bening sangat menyukai tempat yang beberapa tahun tahun terakhir ini jadi tempat favoritnya. Semua spot dia coba,  bahkan beberapa ajakan anak-anak lain untuk lomba cepat wall climbing dia terima. Setelah Bening capek dan bosan, Kinan mengajaknya turun ke tempat Biru.

Kinan kemudian masuk ke arena wall climbing di bawah. Kinan juga suka, jadi Kinan mengurus pendaftaran dan memakai perlengkapan wall climbing dulu sebelum masuk. Bening yang sudah masuk duluan tampak menyemangati kakaknya yang sedang lomba panjat dinding dengan seorang pria dewasa. Walaupun kemudian Biru kalah namun kemudian mereka turun dan tertawa-tawa bersama. Tampaknya mereka sudah sangat akrab.

"Om Arvin curang, sembarangan warna batunya yang dipanjat tadi..." Biru protes.

"Hahaha.. Gak papalah, yang penting cepet.." Tampak pria yang sedang membelakangi Kinan dan lebih tinggi dibanding Biru itu tertawa terbahak-bahak.

"Gak bisa, yang curang traktir..." Biru masih gak terima.

"Beres kalau traktir mah.. mau traktir apa?"

"Pizza ya... " Biru tanpa sungkan-sungkan menyebutkan makanan favoritnya itu. Kinan mengernyitkan dahi karena biasanya Biru bukan anak yang gampang akrab dengan orang yang baru ditemuinya.

"Ahsiaaaap!!!" Pria itu mengacak-acak rambut Biru yang terkena tepung bedak wall climbing.

"Sama mama dan adekku ya.."

"Siap bossku... Mana mereka, 2 minggu lalu kamu mau kenalin tapi gak jadi.." Pria itu tampak nya sudah mengenal Biru dari setengah bulan lalu.

"Dua minggu lalu mama buru-buru mau nengokin orang sakit jadi mama gak jadi ikutan panjat dinding disini dan langsung mengajakku pulang setelah adikku selesai panjat dinding di atas."

"Hah, mamamu suka panjat dinding juga? Yang bener aja.. paling mamamu udah setengah tua, gendut dan langsung kram kalau manjat dinding ini, hahahaha... " Pria tadi malah tertawa terbahak-bahak.

"Enak aja, mamaku keren tau om. Ntar kukenalin sama mamaku, awas aja kalau naksir mamaku." Biru tak kalah sengit membela mamanya.

Kinan hanya tersenyum-senyum melihat Biru ternyata mampu membela mamanya saat dihina. Padahal di rumah, Biru merupakan anak yang sangat pendiam, ngomong juga hanya seperlunya saja. Ternyata dengan pria itu dia sangat akrab, bahkan malah lebih akrab daripada dengan papanya sendiri.

"Hahahaha... gak mungkin, paling mamamu yang naksir sama aku..ganteng begini... " ternyata pria itu malah makin meledek Biru yang bersungut-sungut mendengar mamanya diejek.

"Katanya ganteng tapi jomblo, gak laku..gak terbukti kegantenganya.. " Biru ikut membalas ledekan pria itu dan disusul dengan ledakan tawa dari pria itu menimpali ledekan Biru.

"Ayo kita balapan lagi...," Kata pria itu sambil merogoh tepung bedak agar tangannya tidak licin saat memanjat dinding.

"Siapa takut.." Biru kembali bersemangat dan melupakan ledekan tadi.

"Oke, kalau kamu menang, nanti om ajakin ke Dufan!! " pria itu tertawa sambil kepedean.

"Bener ya, awas kalau bohong, makin gak dapat jodoh nanti." Biru tampaknya kini ikutan pinter meledek. Kinan hanya garuk-garuk kepala, ternyata anaknya yang kelas 3 SMP ini udah mulai mengerti jodoh.

Biru dan pria itu berjalan ke arah dinding dan bersiap naik. Tatkala pria itu membalikkan badan dan kini berdiri separuh wajahnya mulai kelihatan jelas. Kinan mengucek matanya perlahan, dan bergumam sendiri, apa itu Java?

Bening berlari ke arah Kinan yang sudah mengenakan perlengkapan panjat dinding.
" Mama, mas Biru mau lomba..ayo sini... !!!

Biru dan pria itu kemudian menoleh ke arah Kinan yang kini ada di belakang mereka.

"Mama, minta tolong jadi jurinya ya, Biru mau lomba panjat dinding sama om Arvin..."

"Hah?.." Kinan semakin terkejut saat matanya menatap pria yang disebut sebagai om Arvin tadi dan kini juga sedang menatapnya dengan mimik keheranan.

Sementara Arvin juga tak kalah heran, " Biru, anak lo?" Biru juga akhirnya ikut kaget karena tak menyangka bahawa mamanya mengenal Om Arvin, pria yang dikenalnya di Bremgra ini beberapa minggu terakhir sejak mereka kembali ke Jakarta.

"Heh, iya.." Kinan menjawab pendek.

"Masih mau bilang kebetulan lagi?" Arvin mengedipkan sebelah matanya. Kinan seketikaa melengos.

"Hai..kalian udah saling kenal? Om Arvin kenal mama dari mana?" Biru yang penasaran memecah percakapan antara mamanya dan om Arvin. Dia tak menyangka kalau mamanya mengenal Om Arvin.

"Kenal di kantor, mama mu auditor di kantor Om Arvin," Arvin menjelaskan ke Biru tanpa menyebut kalau mereka kenal di aplikasi kencan online.

"Oooh pantesan.. Ayo om, buruan kita balapan", Biru lagi-lagi memecah keheningan sesaat antara Arvin dan Kinan.

"Ayo..." Arvin kemudian melumuri kedua tangannya dengan bedak agar tangannya tidak licin saat memenjat dinding itu.

Kemudian terjadilah balapan antara Biru dan Arvin yang diakhiri dengan kemenangan Biru yang memang cukup lincah. Kinan yang jadi juri cukup heran karena pas perlombaan dilihatnya Arvin sangat santai sekali dan tidak ingin memenangkan permainan ini. Cenderung mengalah dari Biru.

"Yeaaaay menaaaang, jadi ditraktir ke Dufan kan om...." tanya Biru yang tampak bahagia saat Arvin sudah turun.

"Pasti donk.."

"Ajak mama dan Bening boleh gak?"

"Boleh bangeet.. the more the merrier kaaan.. biar makin seruuu.. "Arvin menoleh ke arah Kinan yang akhirnya memalingkan muka saat paham mengapa Arvin mengalah dalam permainan tadi.

"Ayo Kin, giliran kamu panjat dinding nya.."Arvin menawarkan tempatnya memanjat tadi untuk Kinan.

"Tampaknya aku tiba-tiba gak mood, next time aja deh.."Kinan tiba-tiba berubah pikiran.

"Oh gitu, yaudah gak papa kita malah bisa lekas cabut dari sini dan bisa cari pizza sesuai dengan  janjiku sama Arvin tadi buat nraktir dia sama mama dan adeknya," Arvin kembali melirik Kinan dengan penuh kemenangan. Sementara Kinan melotot ke arah Arvin yang masih tersenyum simpul sambil menatapnya tajam menggoda

******
Jangan lupa vote dan commentsnya ya guys..biar author semangat menulis lagi.. terima kasih reader kesayangan semuanya...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When There is no CoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang