e.n.a.m

3.5K 202 0
                                    

Teeetttt.....teeeeetttt......

Sayup Vanessa mendengar suara bel dari arah pintu apartement nya.

Rasanya Vanessa sudah membiarkan suara bel itu sejak beberapa menit yang lalu karena tidak sanggup melayani orang saat ini, ia pikir orang yang tampak memaksa menekan bel sejak tadi itu sudah menyerah dan pergi dari depan pintu apartementnya, tapi nampaknya orang itu masih bertahan.

Menelungkupkan wajah diatas bantal dan mendesah, berharap orang itu paham ke engganan Vanessa membuka pintu, beberapa menit berlalu dan suara berisik itu lagi-lagi mengganggu, Vanessa akhirnya memaksakan diri untuk beranjak bangun dan turun dari tempat tidurnya meski sedikit limbung.

Ketika membuka pintu, Vanessa tidak pernah berpikir sosok ini yang akan dia lihat, berdiri tepat dihadapannya dengan wajah yang tampak sedikit menahan kesal, yang Vanessa ingat tiba-tiba saja tubuhnya didorong untuk berjalan masuk dan orang itu sudah menyelimutinya kembali dengan selimut di atas tempat tidur, jika kali ini Vanessa dalam keadaan baik-baik saja, mungkin sekarang dia sudah berteriak dan menelpon keamanan, namun yang terjadi kini Vanessa terlarut dalam lelah, tubuhnya dan juga kesadarannya seolah berkhianat, menghilang begitu saja.

📢📢📢

Harum..
Vanessa menghirup udara sedalam-dalamnya dan mendesah, perutnya serta merta merongrong meminta untuk dipenuhi dengan sup daging dan nasi hangat, namun seketika itu Vanessa tertegun, dia ingat tidak memiliki bahan makanan itu dalam lemari pendingin di apartementnya, didorong perasaan aneh yang menyeruak, Vanessa berusaha membuka mata meski ruangan di sekitarnya terlihat terang dan sedikit berputar.

Terdengar sayup suara orang sedang berbincang dari luar kamar nya karena pintu kamarnya yang terbuka, dipenuhi perasaan penasaran yang membuncah, akhirnya Vanessa berusaha bangkit.

Salah satu dari 3 orang yang tengah mengibrol itu bangkit kala melihat Vanessa keluar.

"Kenapa keluar?" ucap pria itu, kemudian kedua tangannya tanpa sungkan memegangi kedua lengannya, sedikit memeluk hingga Vanessa tidak limbung.

"Bagaimana keadaan anda?" kini seorang wanita yang tampak seperti seorang dokter berbicara. "Darka menghubungiku dan memintaku mengecek kondisimu."

Vanessa menatap wanita itu mengangguk pelan.

"Maaf tadi membuka lemari bajumu dan mengganti pakaianmu karena basah keringat, tapi kuharap sekarang kau merasa lebih baik meski belum sepenuhnya ok."

"Terimakasih." ucap Vanessa lirih, dalam hati Vanessa mendesah lega karena sempat berpikir yang tidak-tidak tentang pakaiannya yang tiba-tiba berganti dengan bayangan wajah yang terakhir dia lihat.

Dokter tadi mendesah, lalu bangkit dari duduknya.

"Sayang sekali aku harus pamit karena harus kembali kerumah sakit, kuharap kita bisa bertemu lagi dan mengobrol lebih banyak lain waktu." ucap dokter itu seraya melangkah keluar diikuti William, asisten Darka.

Sepeninggal dokter tadi dan juga William, kini tinggalah Darka bersama Vanessa disana, pria itu membantu Vanessa duduk disalah satu sofa dan meninggalkannya sendiri disana tanpa kata.

Tidak lama Darka kembali dengan nampan yang tampak berisi mangkuk yang masih mengepul, sup daging langsung terpikir oleh Vanessa, begitu inginnya Vanessa makan sup itu sekarang, rasanya dia bisa langsung sehat hanya karena makanan itu.

Kedua bola mata Vanessa membulat kala melihat semangkuk sup daging dan nasi hangat, lalu setangkup sandwich dan potongan buah segar sudah tersaji di hadapannya.

Lagi-lagi tanpa kata, Darka bergerak untuk membantu Vanessa makan dengan menyuapinya.

"Aku bisa sendiri." ucap Vanessa selirih mungkin, mencoba tidak menyulut kemarahan yang mungkin bisa saja terjadi melihat wajah kaku Darka di hadapannya.

1. Found You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang