Bogor, 1 Februari 2019
Cahaya senja masuk menelusuri celah-celah jendela di kamarku. Aku melihat siluet sinar itu. Sinarnya sangat cantik, tidak menyilaukan. Sangat hangat dan lembut. Hal itu membuat senja sangat pantas untuk disukai banyak orang.
Jam dinding menunjukkan pukul 15.50. Biasanya, saat sore tiba aku akan memasak makan malam untuk orang tua ku. Biasanya, saat sore tiba aku akan mencium bau gosong ketika aku lupa mematikan kompor setelah memasak. Biasanya, saat sore tiba aku akan menyambut kepulangan kedua orang tuaku dari kantor dan mereka menerimanya dengan perasaan senang sambil memelukku.
Tapi tidak untuk sekarang. Aku sangat ingat perkataan orang tuaku 3 bulan yang lalu, tepat setelah kami pulang dari rumah sakit, tepat setelah kedua orang tuaku mengetahui penyakitku. Pikiranku melayang ke masa itu, membuat rasa sakit dihatiku kembali muncul.
Bogor, 14 Oktober 2018
Aku masuk kedalam rumahku diikuti dengan orang tuaku. Saat itu, muka mereka sangat sulit untuk dijelaskan. Antara sedih, kesal dan malu.
"Apa kau melakukan diet?" Tanya Bunda, entah apa yang aku pikirkan saat itu. Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya, aku hanya bisa terdiam.
"Kenapa kau melakukan itu?" Nadanya sedikit meningkat, membuatku semakin takut.
"Kau tahu kan akibatnya setelah kau diet? Inilah kau sekarang! Ini penyakitmu! Karena apa?! Karena kau diet!" Ini bukan pertanyaan atau pernyataan, ini gertakan.
"Apa salahnya aku diet? Aku tidak tahu jika akhirnya akan seperti ini," Ucapku dengan nada gemetar, air mata yang berada di pelupuk mataku sudah mendesak keluar.
"Bodoh! Trimethylaminuria itu bukan penyakit yang biasa!" Ini bukan akhir yang aku inginkan. Saat itu seharusnya menjadi akhir yang bahagia untukku. Namun malah menjadi awal yang mengerikan untukku. Ini bukan rencanaku. Ini bukan ekspetasiku. Ini bukan juga yang aku pikirkan selama ini.
"Keyra memang bodoh! Keyra diet hanya karena teman-temanku mengejekku di sekolah! Keyra diet hanya karena malu ketika menimbang diri! Keyra diet hanya untuk mengikuti suruhan dari teman-teman Keyra! Keyra tahu Keyra bodoh!"
"Cukup."
"Kenapa? Bunda malu? Bunda malu punya anak seperti Keyra? Bunda malu dengan tetangga? Bunda malu dengan teman bunda? Bunda malu dengan semua orang yang Keyra temui? Iya?"
"Masuk ke kamar! Tidak usah lagi memasak makan malam! Tidak usah lagi menyambut kedatanganku dan ayahmu ketika pulang kantor! Tidak usah lagi memelukku! Kau tidak boleh keluar kamar selagi aku berada di rumah!"
Saat itu juga, tanpa memikirkan apapun aku langsung berlari ke kamarku. Aku mengunci pintunya, aku langsung naik ke kasur dan berbaring disana. Bantal yang berada di atas kasur kugunakan untuk menutup mukaku, aku menangis.
Aku memang diet. Aku memang bodoh. Tapi aku tidak tahu dampak buruk dari diet yang kulakukan. Aku hanya ingin terlihat cantik seperti teman-temanku di sekolah. Aku hanya ingin teman-temanku tidak lagi mengejekku gendut. Hanya karena hal itu, namun dampaknya sangat buruk bagiku.
Bogor, 1 Februari 2019
Inilah aku sekarang, tidak lagi bisa seperti itu. Aku tidak lagi memasak makan malam untuk mereka, aku juga tidak lagi mencium bau gosong, dan terakhir aku tidak lagi diperbolehkan menyambut kedatangan dan memeluk kedua orang tuaku. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain berdiam diri di kamar.
Aku membuka sedikit pintu kamarku, sebatas ingin memastikan apakah orang tuaku sudah pulang atau belum. Aku mengintip dari celah pintu, di ruang tengah kosong. Tandanya, orang tuaku belum pulang. Aku berjalan keluar kamar menuju kulkas untuk mengambil beberapa cemilan lalu kembali lagi ke kamar sebelum orang tuaku pulang.
Baru saja masuk ke kamar, tak lama aku mendengar suara Bundaku dengan nada sedikit berteriak, “Apa kau keluar kamar? Disini sangat bau! Apa kau tidak meminum antibiotiknya? Apa kau tidak mandi menggunakan sabun khusus itu?"
Aku terdiam, tidak ada yang bisa kulakukan selain menangis. Entah kenapa setiap kali aku mendengar kata-kata itu, rasanya seperti ada peluru yang ditembakkan tepat di dadaku. Setiap kali kata-kata itu keluar, saat itu juga peluru tepat mengenai dadaku. Sangat sakit dan menusuk.
Aku selalu bertanya pada diriku, "apa badanku sebau itu?" Tapi tetap. Tubuhku tidak bisa menjawabnya, tubuhku tidak bisa merasakannya, hidungku tidak bisa mencium aromanya, hanya telingaku yang bisa mendengarnya dari mulut orang lain dan mataku yang bisa melihat reaksi orang lain terhadapku.
Bunda masuk kedalam kamarku. Ku lihat dirinya sekilas, aku cukup sakit hati ketika melihatnya sudah lengkap dengan masker yang menutupi hidung dan mulutnya. "Apa kau sudah makan?" tanyanya.
Aku menanggukkan kepalaku, lalu dia kembali keluar dari kamarku. Sejujurnya, aku belum makan. Aku hanya memakan beberapa cemilan saja. Aku sedang tidak mood untuk makan.
Inilah keseharianku di rumah, berdiam diri di kamar dan menangis. Aku hanya merasa tertekan dengan penyakit yang aku alami. Penyakit yang cukup membuat orang disekitarku merasa risih, termasuk orang tuaku yang bahkan sampai malu karena penyakitku.
Trimethylaminuria. Itu nama penyakitku, mungkin kalian semua sangat asing dengan nama penyakit ini. Tidak apa, itu wajar karena penyakitku ini hanya dialami oleh 1 dari 200 ribu orang, dan aku lah satu orang itu. Karena itulah tidak banyak orang yang mengetahui penyakit ini, bahkan sebagian besar dokter sekalipun. Itu adalah penyakit bau badan yang tidak lazim. Aku yang menderita penyakit ini memiliki bau badan yang amis dan sangat menyengat. Terlebih seperti bau sampah atau kotoran. Namun anehnya, yang mencium bau itu hanya orang yang berada disekitarku. Sedangkan aku tidak bisa mencium bau itu.
Aku baru baru ini di vonis menderita penyakit tersebut. Itu membuatku benar-benar tertekan. Aku tidak boleh memakan telur, ikan, daging dan kacang-kacangan. Aku juga harus meminum antibiotik. Aku harus mandi menggunakan sabun khusus. Aku harus selalu memakai wangi-wangian. Setiap sebulan sekali aku harus pergi ke psikolog untuk melakukan konseling karena aku merasa sangat tertekan dan depresi.
Ini semua berawal ketika aku berencana untuk diet atas suruhan dari teman-temanku di sekolah. Pasti kalian bertanya, apa hanya karena diet bisa menyebabkan penyakit Trimethylaminuria? Itu memang bisa. Penyakitku ini disebabkan karena tubuhku kelebihan protein saat melakukan diet.
Saat itu aku tidak memikirkan akan hal itu, yang aku pikirkan hanya: "apa salahnya jika aku ingin kurus dan cantik seperti teman-temanku yang lain?"
For GhibahWriters - Body Shaming Event (Novelet)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OK - BODY SHAMING
Short StoryAku memang berbeda, tidak seperti kebanyakan orang pada umumnya. Tubuhku memang jauh dari kata sempurna, tidak seperti kebanyak orang pada umumnya. Aku memang terlihat kotor dan mungkin bau. Tapi apa salah jika aku hidup? Bukankah hidup seseorang it...