Bogor, 18 Februari 2019
Kini aku sedang berjalan di dalam sebuah mall besar bersama dengan Kevino. Tadi, parfum yang ia berikan sudah kupakai. Benar, parfumnya mampu menutupi bau badanku walaupun tidak sepenuhnya tertutupi. Ya, mungkin bagi orang yang berjarak sangat dekat, mungkin satu meter di sekitarku, masih bisa mencium bau ikan busuk itu.
Tanpa tujuan, kami sedari tadi hanya berkeliling ke seluruh pejuru mall. Entah apa yang kami cari. Hanya ingin melihat-lihat saja. Sambil sesekali melakukan percakapan-percakapan kecil.
"Ehm ... aku lapar, hehehe." Ucap Kevino disambung dengan kekehan di akhir kalimatnya.
Aku ikut terkekeh sesaat, "mari makan!" Ajakku.
Ia menganggukkan kepalanya antusias, lalu kami berjalan menuju lift yang akan membawaku ke foodcourts yang tepatnya berada di lantai tiga.
Aku masuk ke dalam lift. Seketika pandangan semua orang yang berada di dalam lift teralihkan padaku dan Kevino. Mereka melihatku heran dan mungkin jiji. Ah aku tahu apa yang akan terjadi setelah ini.
"Apa bau ikan busuk ini berasal dari kalian?" Tanya salah seorang penumpang lift.
"Iya, kami baru saja dari pasar dan baju kami terciprat air bekas rendaman ikan busuk. Maaf jika kalian tidak nyaman." Kevino menjelaskannya, aku menundukkan kepala. Ia membungkukkan badannya meminta maaf, aku mengikutinya.
"Sudah kubilang, kamu tidak akan semalu yang kamh bayangkan." Bisik Kevino.
Lift berdenting, berhenti di lantai tiga. Aku keluar dari lift diikuti oleh Kevino di belakangku. Kami menuju foodcourts yang letaknya tak jauh dari tempat kami saat ini. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh stand makanan ketika baru saja tiba di tempst tujuan. Disana ada mie ayam, bakso, nasi goreng, ayam penyet, ayam bakar, ikan, dan banyak makanan lainnya.
Aku menghadapkan badanku pada Kevino, "apa yang ingin kamu makan?"
"Bagaimana jika kita makan ayam penyet? Sudah lama aku tidak memakannya." Tawar Kevino.
Aku menganggukkan kepalaku dengan wajah berbinar lalu kami menuju stand ayam penyet, memesan paket ayam penyet untuk dua porsi, membayar totalan lalu mencari tempat duduk.
Kami duduk di meja nomor 127 tepatnya ada di balkon mall itu. Sejuk dan indah. Pemandangannya indah, langsung tertuju pada padatnya rumah-rumah di daerah bogor. Aku menikmatinya, begitu juga Kevino yang baru menikmatinya setelah lama ia berada di London. Bicara soal London, ada yang ingin kutanyakan pada Kevino.
Aku mengeluarkan parfum yang tadi Kevino berikan, "ini untukku?" Tanyaku sambil menunjukkan parfumnya.
"Iya. Ambil saja. Sengaja ku beli untukmu." Ucapnya santai.
"Aku mengangkat sebelah alisku, "bukankah kamu membelinga di London?"
Ia menampilkan wajah kagetnya, "bagaimana kamu bisa tahu?"
"Ini parfum yang kuinginkan. Tapi, parfum ini tidak terjual di pasaran indonesia. Maka dari itu bisa kusimpulkan bahwa kamu membelinya di London."
"Iya, aku membelinya di London. Bunda memberitahuku bahwa ada seorang perempuan cantik yang berkonsultasi padanya, ia menceritakan padaku semua yang perempuan cantik itu ceritakan pada bunda. Lalu aku terpikir untuk membeli parfum itu, barangkali membantu. Dan benar saja, itu membantu." Ucapnya menjelaskan. Aku tersipu malu mendengarnya.
"Sebelum aku menggunakan parfum ini, apa kamu tidak merasa risih karena ikan busuk berjalan ini?"
"Sekedar informasi untukmu, aku tidak bisa mencium aroma apapun."
Aku kaget. Ini ... Terdengar seperti lelucon, "apa maksudmu?"
"Benar. Aku pernah mengalami kecelakaan saat kecil, hidungku terluka parah dan entah bagaimana bisa aku kehilangan fungsi indra penciumanku. Aku tidak bisa mencium aroma apapun. Maka dari itu, aku tidak pernah risih akan kehadiranmu. Mungkin ini nikmat tuhan yang diberikan untukmu." Entah kenapa, aku merasa sedih akan penuturannya.
"Jika kamu bisa mencium bau ini, apa kamu masih akan berteman denganku?"
"Masih. Satu kekurangan seseorang bisa tertutupi dengan beribu kelebihan orang tersebut, walau terkadang banyak dari mereka yang lebih memilih untuk menutup beribu kebaikan seseorang dengan satu kekurangannya. Tapi tidak denganku."
"Apa ... Bunda juga mengalami hal yang sama denganmu?"
"Iya, bunda terlibat dalam kecelakaan itu. Bunda sedang menyetir mobil yang seharusnya membawaku dan bunda ke rumah kakekku. Tapi, itu justru membawa kamk ke rumah sakit."
Aku diam. Masih sedikit tidak percaya dengan penuturan Kevino. Tapi itu terbukti, bahkan tidak ada orang yang indra penciumannya berfungsi normal berani mendekatiku, kecuali orang suruhan seperti beberapa pekan lalu.
Tapi jujur, aku senang. Tuhan seolah memberi malaikat untukku. Mereka baik dan sangat membantuku, memotivasiku, menyemangatiku, menolongku, dan lain sebagainya. Aku mensyukuri kekurangan mereka dan mereka mensyukuri kelebihanku.
"Ingat ya, setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing." Ucao Kevin.
Ia menarik nafas panjang, "kamu Keyra. Kelebihannya banyak, ia pintar dalam berbagai hal seperti menari, memainkan biola, bermain basket, studi ilmiah dan lainnya. Selain itu, ia cantik, tubuhnya langsing dan tegal. Tapi kekurangannya, ia memiliki penyakit thrymethylaminuria dan photophobia. Hanya itu."
"Sedangkan aku, Kevino. Kelebihanku juga banyak. Seperti pandai dalam segala bidang seperti olimpiade sains, kejuaraan olahraga, peringkat pararel, studi di London dan pastinya ganteng. Tapi aku juga memiliki kekurangan, kehilangan fungsi indra penciumanku. Hingga beberapa kali aku dijaili oleh temanku." Lanjut Kevino.
Kevino. Nama tampan yang cocok dengan pria tampan. Ia pintar berbicara dan mensugesti orang lain. Ia baik dan senang menbantu. Sifat turunan bundanya sangat terasa pada Kevino.
Aku sangat berterima kasih. Pada bunda, pada kevino. Mereka berdua benar-benar menginspirasiku. Entah kenapa, ketika melihat mereka rasanya aku ingin hidup lebih lama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OK - BODY SHAMING
NouvellesAku memang berbeda, tidak seperti kebanyakan orang pada umumnya. Tubuhku memang jauh dari kata sempurna, tidak seperti kebanyak orang pada umumnya. Aku memang terlihat kotor dan mungkin bau. Tapi apa salah jika aku hidup? Bukankah hidup seseorang it...