5. Demam (slight!LeoN)

240 25 11
                                    


Genre: Friendship
Rating: ((u ngarep apa di genre 'friendship', bhambanx?)) Aman, aman 👌

***

"Apa? Dibatalkan?"

Hakyeon memasukkan lengannya ke lengan kemeja dengan ponsel yang terhimpit diantara telinga dan bahu. Kedua alis mengernyit setengah marah--nyaris. Meski sebenarnya ia sangat ingin memaki pada udara.

Mendengar nada bicara Hakyeon yang berubah, sang manager di seberang telepon menghela napas, "Ya, jadwalmu hari ini kubatalkan semua. Kau demam hingga pingsan di atas panggung kemarin dan aku setuju dengan usul Leo untuk membuatmu istirahat penuh."

"Hyung!" Hakyeon menggeram frustrasi, "Sudah kubilang aku sudah tidak apa-apa. Aku berangkat ke lokasi photoshoot sekarang!"

"Apa? Tung--"

PIP

Hakyeon menyambar coat dan syalnya, mengabaikan panggilan masuk dari manager yang membuat ponselnya bergetar di dalam saku coat miliknya.

Baru saja ia membuka pintu kamar mahoninya, sebuah figur jangkung sudah lebih dulu menutupi jalan keluar satu-satunya. Kedua lengan terlipat di depan dada sementara kedua netra tajam bak musang menatap lurus ke arahnya.

"Mau kemana?"

Dua pertanyaan singkat, Hakyeon mendengus. Menolak bertatapan langsung dengan netra laki-laki di hadapannya yang menjadi salah satu sumber amarahnya, "...Aku buru-buru, Taekwoon."

GRAB

"Demammu belum turun." ujarnya sembari menggenggam tangan Hakyeon dengan intensitas tidak membiarkannya melangkah lebih jauh, "Saat ini aku yang akan memutuskan kau boleh bekerja atau tidak."

Kekehan halus sarkastik terdengar, Hakyeon menatap kedua netra Taekwoon dengan senyum miring, "Apa? Memangnya siapa kau yang seenaknya mengaturku?"

"Sepertinya kau lupa, aku yang tertua kedua disini. Jika terjadi sesuatu padamu, aku yang akan mengambil alih posisimu sementara."

Hakyeon mengatupkan bibirnya marah. Ia berusaha melepaskan diri dari Taekwoon yang malah mempererat genggamannya.

"Oh, N-Hyung, Leo-Hyung..." Wonshik keluar dari kamarnya, menguap lebar sembari mengucek kedua netranya yang terpejam, "Selamat pa--"

"YA! JUNG TAEKWOON!"

Seketika Wonshik terkesiap. Kantuknya lenyap begitu saja. Hakyeon tidak pernah menaikkan nada suaranya sampai seperti ini semarah apapun laki-laki itu.

Kedua orang yang lebih tua bungkam. Taekwoon menarik napas sembari memejamkan kedua netranya, perlahan melepaskan genggaman di tangan Hakyeon. Sementara lawan bicaranya masih menatap Taekwoon tajam.

"Um...N-Hyung...?" ujar Wonshik sedikit takut.

"...Maafkan aku, Wonshik-ah." Hakyeon terbatuk sesaat, susah payah mempertahankan senyuman yang terlanjur terlihat kikuk bagi Wonshik.

Sementara semuanya terdiam, Hakyeon melenggang pergi tanpa penjelasan.

***

"Hhah..."

Taekwoon menghempaskan diri di sofa dorm, mengusap kepala hingga rambut silvernya kasar.

Tadi itu pertama kalinya ia melihat Hakyeon meninggikan nada bicaranya dan ia tidak mengerti apa yang membuatnya semarah itu. Baik Taekwoon, manager, maupun para member--mereka semua khawatir pada kesehatan sang leader. Belakangan dia bekerja terlalu keras hingga mengabaikan jam istirahatnya dan berakhir dengan demam.

Lalu disaat seperti ini Taekwoon merasa tidak berguna karena gagal menghentikan Hakyeon.

"Aku sudah menghubungi Manager-Hyung," Wonshik mengetuk-ngetuk layar ponselnya, "Dia bilang dia akan mengembalikan N-Hyung ke dorm begitu dia sampai di lokasi."

"Ah, terima kasih." kepala Taekwoon seakan kosong menghadapi Hakyeon yang memiliki kepala sekeras batu.

"Aku juga mengkhawatirkan N-Hyung dan...hanya sedikit terkejut tadi--"

BRAK

Pintu dorm dibuka paksa, menimbulkan suara yang memenuhi indera pendengaran dan dua orang disana sedikit berjengit.

"Eh? N-Hyung--"

GRAB

Hakyeon menghempaskan tubuhnya pada Taekwoon, memeluk laki-laki itu erat. Isakan halus nyaris tidak terdengar lolos dari bibir Hakyeon.

Baik Taekwoon maupun Wonshik cukup terkejut dengan tindakan sepersekian detik yang tiba-tiba itu.

"Hakyeon--"

"...Maaf...maafkan aku..."

"..." Taekwoon bungkam sesaat, kemudian mengusap puncak kepala Hakyeon lembut dengan gerakan teratur, "Kau sudah tahu letak kesalahanmu?"

Yang lebih tua mengangguk pelan, "Aku meneriakimu, menakuti Wonshik, dan...tidak mendengarkanmu..." suaranya memelan di akhir. Usapan di kepalanya membuatnya nyaman, ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Taekwoon.

"Kami hanya mengkhawatirkanmu, Hakyeon-ie,"

"Ung...Aku ta...hu..."

Suara Hakyeon semakin pelan dan berangsur-angsur menghilang. Dahi Taekwoon mengernyit dalam, namun sedetik kemudian ia menghela napas lega saat laki-laki yang memeluknya itu rupanya terlelap dengan napas yang teratur.

Seulas senyum terpatri di bibir sempitnya.

"Err...perlu kubantu memindahkannya ke kamar?" tawar Wonshik.

"Tidak perlu," Taekwoon merengkuh tubuh Hakyeon yang selalu pas dalam pelukannya, "Biarkan seperti ini sebentar saja."

Kapan lagi bisa melihat Hakyeon dengan sisi 'manusiawi'nya--yang hampir tidak pernah ia tunjukkan dihadapan member lain?

FIN

Halcyon DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang