"Oh iya, waktu di mall itu kenapa kamu tiba-tiba memelukku?"
"Harus kujelaskan, ya?"
"Iya, lah! Waktu itu kan aku gak boleh nyentuh kamu,"
"Waktu itu aku melihat Agung dan komplotannya, jadi aku menyembunyikanmu karena saat itu dia tahunya aku sudah bercerai denganmu,"
"Bercerai? Kapan kita bercerai?"
Mas Rizal menggaruk kepala, "aku hanya berbohong padanya, Rey. Agar dia tak memecatku saat itu,"
"Tapi memang akunya saja yang terlalu bodoh, takut pada ancaman pria itu. Pusing kalau diingat lagi,"
"Aku juga melarangmu untuk menjemputku ke kantor, karena aku benar-benar takut saat itu. Sama sekali tak terpikir di benakku jika malu mempunyai istri sepertimu,"
"Aku ... malah bangga," katanya sambil tertunduk, datar dan kaku.
Aku tersenyum, "Mas, aku ke swalayan dulu, kasihan nanti Arkan dan Aisha kalau gak disuguhi apa-apa,"
"Biar aku saja, Rey."
"Tidak usah, Mas kalau beli makanan suka salah,"
Mas Rizal mencibir, membuatku terkekeh.
***
Aku kaget bukan main saat melihat kasir yang melayaniku adalah Wina, wanita yang membuat dadaku sesak saat itu.
Sepertinya wanita ini memang sudah pindah dari gedung tempat Mas Rizal bekerja, kami sama-sama kikuk, apalagi saat memberikan struk pembayaran, rasanya aneh sekali.
"Mbak, tunggu!"
Aku merengut saat melihat Wina ikut ke luar dari toko, dia mendekat ke arahku dengan cepat.
"Mbak ... saya Wina, masih ingat?"
Aku mengangguk, "tentu,"
"Mbak, maafkan saya. Saya memang terobsesi pada suami Mbak, maaf juga soal perkataan saya waktu itu. Tapi saya sudah melupakan beliau, saya sudah menata hidup dengan baik. Sekali lagi maafkan saya."
Aku tersenyum, kuelus samping bahunya lembut, "tidak apa-apa, semua orang mempunyai perasaan yang tak bisa dikendalikan, semoga kamu segera mendapatkan jodoh yang baik dan soleh, ya."
Aku terkejut saat Wina memelukku, "terima kasih, Mbak ... terima kasih, Rizal sangat beruntung mempunyai istri seperti Mbak."
***
Semua permasalahan yang mengendap di dalam hidup sepertinya sudah berlalu.
Keceriaan yang hampir saja punah perlahan kembali menghampiri hati.
Dengan bahagia aku melangkah, menggapai pintu rumah yang sedikit terbuka.
"Bukan begitu, Mas! Gini, nih!" Aku mengurungkan niat saat mendengar suara pria di dalam rumah.
Dengan hati-hati aku mengintip lewat cela pintu, rupanya Arkan dan Aisha sudah datang.
"Rey, aku sangat mencintaimu," Arkan seperti mengajarkan sesuatu pada suami dinginku itu.
"Ah! Lebay! Jangan begitu dong!"
"Ya emangnya Kakak gak cinta? Ngomong gitu doang susahnya minta ampun!"
Aku tersenyum geli melihat Mas Rizal yang kebingungan.
"Memangnya Kakak mau ajak Kak Rey kemana?"
"Bioskop," jawabnya singkat.
"Kok, Bioskop? Ajak aja ke Monas sambil nikmatin angin,"
"Sudah lama gak ke Bioskop sama dia,"
"Ya kalau begitu, Kak Rizal pegang tangannya aja pas lagi makan popcorn, pura-pura gak sengaja gitu," ujar Aisha ikut mengajari.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untouchable Love
RomanceSudah Terbit (Sentuh Aku Mas Season 2) Mengapa perjanjian yang kita buang itu harus kamu pungut lagi? Mengapa tak ingin menyentuhku dengan rasa dan cinta lembutmu lagi, Mas? -Rerey-