Bab 4

4.4K 240 30
                                        

"Mas ... bekalnya!"

"Tidak usah," Aku merengut, tapi Mas Rizal pergi begitu saja.

"Eh ... ini!" langkah kecilku mencoba menggapai langkah panjang Mas Rizal.

"Aku bilang tidak usah, kan?"

Aku termenung, memandang wajahnya yang berada lebih tinggi dari pandanganku.

De Javu.

Ini seperti pernah terjadi dalam hidupku.

Aku menatap nanar Mas Rizal yang sudah berlalu, meninggalkanku bersama angin yang dingin di pagi hari.

Sedingin dia.

***

"Kenapa tadi gak mau bawa bekal dariku, Mas?"

" ... "

"Mas?"

"Kamu kenapa selalu ngajak ngobrol kalau lagi makan, Rey?"

Aku menelan ludah, sorot mata dingin itu rasanya hadir kembali.

Aku membisu, lalu melahap suapan terakhir.

"Rey?"

"Hm? Katanya gak mau ngobrol?"

"Rey, apa kamu pernah mencintai seseorang selain aku?"

Aku menggeleng, "tidak."

"Sama sekali?"

"Ya, sama sekali tidak."

"Atau mungkin, pernah menjalin suatu hubungan saat di kampus atau sekolah?"

"Rasanya aku pernah bilang, kalau kamu adalah cinta pertamaku, Mas."

"Bisa saja itu bohong."

Aku meletakkan sendok ke atas piring, "kenapa sih, kayaknya Mas gak pernah percaya sama aku?"

"Karena ini ... memang terasa konyol,"

"Konyol apanya, Mas?"

"Ah ... aku ngantuk," Mas Rizal beranjak dari karpet, lalu melangkah ke dapur bersama piring bekas makan miliknya.

Akupun segera mengekor, tapi ia malah menghindar, selepas cuci tangan di washtafel, ia segera pergi masuk ke dalam kamar.

"Kenapa lagi, sih?" tanyaku pada diri sendiri seraya mengikutinya.

Kulihat dia menggulung diri bersama selimut tebal, sepertinya ada sesuatu yang tidak beres.

"Mas ... jangan ngebelakangin begitu,"

Aku menggoyang-goyangkan tubuhnya, namun ia masih bergeming.

"Mas ..."

"Apa sih, Rey?" Ia timbul ke permukaan, memasang wajah tak suka dengan apa yang kulakukan barusan.

"Peluk ... "

"Bisa tidak, sehari saja jangan manja seperti itu? Sehari saja tak menyentuhku, Rey!"

Aku tertegun, bayangan masalalu seperti kembali menghantuiku.

Tapi kenapa? Apa alasannya? Bukankah mas Rizal sudah mencintaiku?

Aku tak berani bertanya, hanya membiarkannya kembali bersembunyi ke dalam selimut tebal.

***

"Dek Rey, yang ini aku suka banget! Tapi paduan warnanya jangan sama merah, pakai mustard bagus, Dek Rey!"

"Iya-iya, nanti kalau udah ready aku pasti kasih tahu, Mbak."

"Oke, sip! Aku pamit dulu ya, Rey?"

The Untouchable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang